Mengidap Sindrom Klinefelter Dapat Pengaruhi Kesehatan Mental
Halodoc, Jakarta – Kromosom seks menentukan jenis kelamin apakah laki-laki maupun perempuan. Normalnya, perempuan memiliki dua kromosom X (XX), sedangkan laki-laki memiliki X dan Y (XY). Tapi dalam kasus yang jarang terjadi, seorang pria dilahirkan dengan kromosom X ekstra (XXY). Ini adalah sindrom Klinefelter atau yang disebut XXY.
Seringkali, laki-laki bahkan tidak tahu bahwa mereka memiliki klinefelter sampai mereka mengalami masalah dalam mencoba memiliki anak. Tidak ada obat, namun bisa diobati. Dengan perawatan yang tepat, sebagian besar laki-laki dengan Klinefelter menjalani kehidupan normal dan sehat.
Gejalanya bervariasi sesuai usia dan kamu tidak selalu mendapatkan semuanya. Beberapa laki-laki menunjukkan gejala sejak dini, namun yang lain tidak menyadari bahwa mereka mengalami klinefelter hingga pubertas atau dewasa. Bahkan,sebagian besar tidak pernah menyadari mereka memilikinya.
Baca juga: Ini Faktor yang Memicu Sindrom Klinefelter
Gejala yang terbaca pada bayi adalah kemungkinan memiliki masalah saat lahir, seperti hernia atau testis yang belum jatuh ke skrotum, lebih tenang dari biasanya, lebih lambat belajar duduk, merangkak, dan berbicara serta otot yang lemah.
Ketika memasuki usia anak-anak, biasanya anak laki-laki yang mengidap sindrom klinefelter akan kesulitan berteman dan berbicara tentang perasaannya, memiliki masalah belajar membaca, menulis, dan mengerjakan matematika, serta punya rasa malu dan rendah diri.
Menginjak usia remaja pengidap sindrom ini akan mengalami gejala payudara lebih besar dari biasanya, kurangnya rambut wajah dan tubuh, otot tumbuh lebih lambat dari biasanya, lengan dan kaki yang lebih panjang, pinggul yang lebih lebar, dan tubuh yang lebih pendek daripada anak laki-laki lain seusia mereka, penis kecil, serta testikel kecil dan keras.
Baca juga: Yang Terjadi pada Pria Kalau Kelebihan Kromosom X
Sedangkan semakin dewasa usia gejalanya akan lebih ke infertilitas (tidak dapat memiliki anak karena mereka tidak dapat menghasilkan cukup sperma), dorongan seks yang rendah, tingkat testosteron rendah, serta masalah dalam mendapatkan dan mempertahankan ereksi.
Banyak masalah yang disebabkan oleh klinefelter, karena kadar testosteron yang lebih rendah ini termasuk memiliki peluang sedikit lebih tinggi untuk:
-
Masalah autoimun, seperti lupus dan rheumatoid arthritis, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang bagian tubuh yang sehat
-
Kanker payudara dan kanker yang memengaruhi darah, sumsum tulang, dan kelenjar getah bening
-
Kondisi dengan kelenjar hormon, seperti diabetes
-
Penyakit jantung dan masalah dengan pembuluh darah
-
Penyakit paru-paru
-
Masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi
-
Tulang lemah disebut osteoporosis
Baca juga: Harus Tahu, Ini 3 Langkah Penanganan Sindrom Klinefelter
Berpengaruh pada Kesehatan Mental
Sindrom Klinefelter dapat melibatkan berbagai gejala kejiwaan. Seperti kehilangan minat, menunjukkan keadaan pasif dan tidak tertarik pada pengalaman imajinatif, bahkan sampai menunjukkan depresi berat, kepribadian skizotipal, dan pola fungsi psikotik. Karenanya, pengidap sindrom ini disarankan untuk juga menjalani konseling dan dukungan untuk masalah kesehatan mental.
Selain itu, aktif dalam kegiatan sosial dan kegiatan fisik juga dilakukan dalam upaya untuk menghindari pengidap sindrom klinefelter berada dalam kondisi depresi yang berlarut-larut. Ini termasuk kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan, komunikasi, dan juga mengekspresikan perasaan, sehingga membawa mood menjadi lebih positif.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai sindrom klinefelter, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan