Mengenal Sensory Processing Disorder pada Anak

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   14 Juni 2023

“Sensory processing disorder merupakan gangguan sensorik pada anak yang menyebabkan mereka bereaksi berlebihan, atau bahkan tidak memberikan reaksi apa pun terhadap rangsangan. Untuk mengobatinya, ibu memerlukan terapi yang dilakukan sedari dini.”

Mengenal Sensory Processing Disorder pada AnakMengenal Sensory Processing Disorder pada Anak

Halodoc, Jakarta – Anak-anak pengidap sensory processing disorder sering berperilaku dengan cara yang membingungkan orang tua. Mereka mungkin memberikan reaksi berlebihan terhadap hal-hal kecil seperti suara keras, cahaya terang, atau pakaian yang tidak nyaman.

Mereka juga cenderung kurang terampil dalam memberikan respon motorik. Nah, karena sensory processing disorder dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, penting sekali bagi ibu untuk mengetahui kondisi ini secara lebih lengkap.

Apa Itu Sensory Processing Disorder?

Sensory processing disorder (SPD) adalah suatu kondisi yang memengaruhi cara otak anak untuk memproses informasi sensorik. Informasi sensorik mencakup hal-hal yang berhubungan dengan panca indra meliputi, melihat, mencium, mendengar, merasakan, dan menyentuh. SPD dapat memengaruhi hanya satu panca indra saja atau seluruhnya.  

Beberapa orang dengan sensory processing disorder bisa terlalu sensitif terhadap hal-hal di sekitar mereka. Misalnya, ketika mendengar suara yang menurut orang biasa tidak terlalu kencang, tetapi bisa menjadi sangat mengganggu bagi pengidap SPD. Atau sentuhan ringan dari kemeja dapat membuat kulit mereka lecet.

Namun, di sisi lain, gangguan ini juga dapat menyebabkan efek sebaliknya. Beberapa pengidap SPD mungkin membutuhkan lebih banyak rangsangan untuk merasakan sesuatu. Hal ini akan berpengaruh bagi kehidupan sosial dan kondisi emosional mereka.

Penyebab Sensory Processing Disorder

Penyebab pasti dari gangguan sensorik ini masih belum diidentifikasi. Namun, sebuah studi yang dilakukan pada anak kembar menemukan bahwa, hipersensitivitas terhadap cahaya dan suara mungkin terjadi karena faktor genetik yang kuat.

Adapun menurut penelitian lain yang menunjukan, anak-anak dengan sensory processing disorder memiliki aktivitas otak yang tidak normal ketika terpapar cahaya dan suara secara bersamaan. 

Meski begitu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara spesifik penyebab kondisi ini.  Ketahui juga gangguan perkembangan anak lainnya di sini, “4 Gangguan Perkembangan Anak yang Harus Diwaspadai.”

Gejala Sensory Processing Disorder

Gejala sensory processing disorder bisa berbeda-beda bagi setiap anak. Hal ini dikarenakan, SPD dapat menyebabkan anak menjadi sangat sensitif atau kurang sensitif. Atau bahkan dalam beberapa kasus, anak bisa mengalami keduanya, yaitu campuran antara terlalu sensitif dan kurang sensitif.

Anak yang terlalu peka terhadap rangsangan mungkin memiliki beberapa gejala berikut:

  • Mereka merasa pakaian yang dipakai terlalu gatal.
  • Merasa lampu nampak terlalu terang.
  • Suara tertentu terdengar terlalu keras.
  • Sentuhan lembut terasa seperti sentuhan yang keras.
  • Merasakan tekstur makanan dapat membuat mereka muntah.
  • Takut bermain ayunan.
  • Bereaksi berlebihan terhadap gerakan tiba-tiba.
  • Memiliki masalah perilaku.

Terkadang gejala ini juga terkait dengan keterampilan motorik yang buruk, seperti memegang pensil atau gunting. Sementara itu bagi anak yang kurang sensitif terhadap rangsangan, gejala yang mereka alami antara lain:

  • Tidak bisa duduk diam.
  • Suka melompat dari ketinggian dan berputar.
  • Kurang memahami bahasa tubuh.
  • Kurang memahami pentingnya ruang privasi.
  • Sering mengunyah sesuatu (termasuk tangan dan pakaian mereka).
  • Memiliki masalah tidur.
  • Tidak menyadari ketika wajah kotor atau hidung meler.

Pada dasarnya anak dengan sensory processing disorder yang kurang sensitif memang lebih aktif, sebab mereka membutuhkan rangsangan lebih untuk bisa merasakan sesuatu.

Perawatan untuk Anak dengan Sensory Processing Disorder

Terapi merupakan jenis perawatan yang bisa dilakukan untuk mendukung pertumbuhan anak dengan sensory processing disorder. Ada beberapa jenis terapi yaitu:

  • Terapi sensori integrasi

Terapi ini dilakukan dengan mengajak anak untuk melakukan kegiatan menyenangkan, yang dapat melatih mereka menerima berbagai rangsangan. Tujuannya, supaya anak dapat mengembangkan keterampilan ketika menghadapi berbagai rangsangan dari luar.

  • Diet sensorik

Meskipun namanya diet, tetapi terapi ini tidak melibatkan pola makan. Diet sensorik sering kali digunakan untuk melengkapi terapi SPD lainnnya. Aktivitas ini dirancang untuk membantu anak tetap fokus dan teratur sepanjang hari.

  • Terapi okupasi

Terapi ini dapat membantu mengatasi gejala SPD terkait dengan keterampilan motorik halus. Seperti menulis dan memegang gunting. Selain itu, terapi okupasi juga membantu mengembangkan keterampilan motorik kasar, misalnya menaiki tangga dan melempar bola. Terapi ini sangat bermanfaat untuk mengajarkan anak keterampilan sehari-hari dan cara menggunakan peralatan.

Itulah informasi seputar sensory processing disorder pada anak. Apabila si kecil mengalami beberapa gejala di atas, jangan ragu untuk tanyakan langsung pada dokter lewat aplikasi Halodoc. Ayo download Halodoc sekarang untuk sesi konsultasi yang lebih mudah.

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2023. Sensory Processing Disorder.
Familydoctor. Diakses pada 2023. Sensory Processing Disorder (SPD).