Mengenal Klasifikasi Hipertensi dan Faktor Risiko yang Memengaruhinya

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   03 Januari 2024

"Hipertensi dibagi menjadi beberapa klasifikasi sesuai dengan tingkatan keparahannya. Mengetahui klasifikasi ini membantu kamu agar lebih waspada dengan gejalanya."

Mengenal Klasifikasi Hipertensi dan Faktor Risiko yang MemengaruhinyaMengenal Klasifikasi Hipertensi dan Faktor Risiko yang Memengaruhinya

DAFTAR ISI

  1. Klasifikasi Hipertensi
  2. Faktor Risiko Hipertensi
  3. Cara Mencegah Hipertensi

Halodoc, Jakarta – Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang sering kali tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat berdampak serius pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Itu sebabnya, kamu faktor risikonya supaya lebih waspada. 

Dengan mengetahui penyebab hipertensi, kamu bisa melakukan pencegahan sedini mungkin. Nah, kamu juga perlu mengetahui klasifikasi hipertensi seperti berikut ini!

Klasifikasi Hipertensi

Berikut klasifikasi hipertensi yang perlu kamu ketahui: 

1. Prahipertensi

Ketika tekanan darah sistolik sudah memasuki 120–139 atau diastolik mencapai 80–89 mmHg, artinya ini sudah dalam masuk kategori prahipertensi.

Tahapan ini cenderung jarang menunjukan gejala. Meski begitu, kamu tetap tidak boleh abai dan perlu segera mencari penanganan. 

Pasalnya, prahipertensi sangat berisiko berkembang menjadi hipertensi. Langkah pencegahan yang dapat kamu lakukan yaitu mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat

2. Hipertensi tingkat 1

Hipertensi masuk ke tingkat 1 apabila tekanan darah sistolik telah mencapai 140–159 mmHg atau tekanan darah diastolik mencapai 90–99 mmHg.

Kondisi ini perlu mendapat penanganan segera karena berisiko menyebabkan kerusakan organ. 

3. Hipertensi tingkat 2

Selanjutnya, hipertensi tingkat 2 ditandai dengan tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 100 mmHg.

Pada tahap ini, biasanya pasien membutuhkan lebih dari satu jenis obat. 

Sebab, hipertensi kemungkinan telah menyebabkan kerusakan organ walaupun tidak menimbulkan gejala. 

4. Hipertensi krisis

Tekanan darah yang sudah melampaui 180/120 mmHg sudah masuk dalam kategori hipertensi krisis. Pada tahap ini, pasien harus mendapatkan perawatan sesegera mungkin. 

Apalagi jika mengalami tanda-tanda kerusakan organ seperti nyeri dada, sesak napas, sakit punggung, mati rasa, perubahan penglihatan, atau kesulitan berbicara.

Selain mengetahui klasifikasi hipertensi, ketahui juga Macam-Macam Jenis Hipertensi berikut ini!

Faktor Risiko Hipertensi

Ada beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya hipertensi. Beberapa faktor tersebut adalah:

1. Usia

Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Pada wanita, risikonya meningkat pada usia di atas 65 tahun.

Sedangkan pada pria, risikonya meningkat ketika mencapai usia 45 tahun.  Nah, berikut Tekanan Darah Normal Sesuai Tingkatan Usia yang perlu kamu ketahui. 

2. Mengidap kondisi medis

Selain usia, seseorang yang telah mengidap penyakit kronis juga lebih rentan mengalami tekanan darah tinggi.

Penyakit seperti, diabetes, masalah ginjal, gangguan tidur dan penyakit jantung dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. 

3. Stres

Gaya hidup juga memegang peranan besar dalam perkembangan tekanan darah tinggi.

Stres misalnya, jika berlangsung dalam waktu lama bisa memicu terjadinya tekanan darah. 

4. Konsumsi garam

Garam memiliki sifat menahan cairan dalam tubuh.

Jika terlalu banyak cairan yang terperangkap di dalam pembuluh darah, beban kerja jantung dan pembuluh darah meningkat.

Pada akhirnya, hal ini bisa memicu terjadinya tekanan darah. 

5. Kekurangan kalium

Kalium membantu mengurangi retensi garam dalam tubuh. Kelebihan garam, seperti yang dijelaskan sebelumnya, dapat meningkatkan tekanan darah.

Oleh karena itu, kekurangan kalium dapat memperparah kondisi ini.

6. Kelebihan berat badan alias obesitas

Tubuh yang memiliki berat badan berlebih membutuhkan lebih banyak darah untuk memasok oksigen.

Semakin berat tubuh, semakin tinggi beban darah yang mengalir melalui pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanan pada dinding arteri.

7. Kurang aktivitas fisik

Orang yang kurang aktif secara fisik cenderung memiliki detak jantung yang lebih tinggi saat istirahat dibandingkan dengan yang rutin berolahraga.

Detak jantung yang tinggi dapat meningkatkan beban kerja jantung dan tekanan pada dinding pembuluh darah.

Cara Mencegah Hipertensi

Meskipun tekanan darah berada dalam kisaran aman, kamu tetap perlu melakukan tindakan pencegahan untuk mencegah hipertensi. Apalagi bagi kelompok rentan, seperti lansia.

Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan, yaitu:

  • Mengurangi konsumsi garam.
  • Membatasi konsumsi kafein supaya tidak berlebihan.
  • Membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol.
  • Rutin berolahraga.
  • Menjaga berat badan agar tetap ideal.
  • Mengelola stres dengan baik.

Tekanan darah merupakan indikator vital tubuh yang memberikan gambaran kesehatan secara keseluruhan.

Oleh karena itu, kamu perlu memeriksa tekanan darah secara rutin.

Jika kamu memiliki alat pengukur tekanan darah (tensimeter), periksakan tekanan darah sendiri di rumah secara rutin.

Kalau kamu tidak memilikinya, sebaiknya periksakan tekanan darah secara berkala ke dokter, minimal 1–2 tahun sekali. 

Jika kamu memiliki pertanyaan lain tentang kondisi ini, jangan ragu menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc.

Tunggu apa lagi, download aplikasinya sekarang juga!

Referensi:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2023. Klasifikasi Hipertensi.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Blood Pressure Chart: What Your Reading Means.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Diakses pada 2023. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
American Heart Association. Diakses pada 2023. Understanding Blood Pressure Readings.
Healthline. Diakses pada 2023. Blood Pressure Readings Explained.