Mengenal Intoleransi Laktosa pada Bayi
Halodoc, Jakarta – Intoleransi laktosa pada bayi terjadi ketika sistem pencernaan tidak dapat mencerna gula dalam susu. Beberapa bayi dengan intoleransi laktosa biasanya direkomendasikan untuk mengonsumsi susu formula dengan sedikit atau tanpa laktosa.
Gejala intoleransi laktosa pada bayi termasuk diare, perut kembung, lekas marah dan menangis, serta tidak mengalami pertumbuhan ataupun penambahan berat badan yang signifikan. Informasi selengkapnya mengenai intoleransi laktosa pada bayi bisa dibaca di sini!
Baca juga: Begini Intoleransi Laktosa Bisa Terjadi di Dalam Tubuh
Penanganan Bayi dengan Intoleransi Laktosa
Biasanya, bayi terdeteksi mengalami intoleransi laktosa di usia 1 tahun. Lantas bagaimana penanganan bayi dengan intoleransi laktosa? Seperti dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, ASI bukan pantangan buat bayi yang mengalami intoleransi laktosa karena ASI mengandung enzim laktase untuk memecah laktosa tersebut.
Jika bayi mengalami intoleransi laktosa, tanyakan pada Dokter di Halodoc untuk mendapatkan solusi terbaik. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Intoleransi laktosa pada bayi ada dua jenis, yaitu intoleransi laktosa primer dan sekunder. Intoleransi laktosa primer adalah kondisi genetik langka dan bayi biasanya menunjukkan gejala malabsorpsi dan dehidrasi yang jelas. Ini adalah keadaan darurat medis dan bayi akan membutuhkan diet khusus segera setelah lahir.
Baca juga: Jenis Tes yang Dilakukan untuk Diagnosis Intoleransi Laktosa
Sedangkan intoleransi laktosa sekunder disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa. Bayi dengan intoleransi laktosa tidak memiliki cukup enzim laktase dalam tubuh mereka, yang diperlukan untuk mencerna laktosa. Tanpa laktase, laktosa tidak dapat dipecah menjadi unit yang lebih kecil. Ini berarti tubuh tidak dapat mengakses molekul-molekul gula yang penting.
Barry Sears, Ph.D., penulis seri The Zone Diet merekomendasikan untuk menemukan makanan alternatif seperti kedelai, beras, almond, kelapa, macadamia, dan oat. Untuk memenuhi kebutuhan Vitamin D ataupun kalsium pada bayi, ikan berlemak, telur, jamur, sayuran berdaun hijau, dan kacang-kacangan disarankan.
Alergi Susu Vs Intoleransi Laktosa
Alergi makanan dan intoleransi makanan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi. Makanan yang alergi atau intoleran pada bayi bisa ditularkan melalui ASI. Dalam beberapa kasus, makanan yang dikonsumsi ibu bisa memicu alergi atau tidak toleran pada bayi.
Menanyakan kepada dokter ataupun ahli gizi mengenai pola makan yang sebaiknya diadopsi selama menyusui dapat membantu ibu mengidentifikasi jenis makanan mana yang baik untuk nutrisi bayi.
Ketika bayi mengalami intoleransi laktosa, ibu direkomendasikan untuk menyusui bayinya dengan susu formula bebas laktosa. Selain itu, sensitivitas bayi terhadap protein asing (sapi atau kedelai) harus dipertimbangkan sebelum pemberian formula apa pun, karena jenis yang biasa (termasuk yang bebas laktosa) dapat memperburuk masalah ini.
Baca juga: Ketahui Perbedaan Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu Sapi pada Bayi
Perlu diketahui, ada perbedaan signifikan antara alergi susu dan intoleransi laktosa. Alergi susu terjadi ketika sistem kekebalan bayi bereaksi negatif terhadap protein dalam susu sapi. Tubuh melepaskan histamin dan bahan kimia lainnya, yang menyebabkan gejala alergi pada tubuh. Gejala alergi susu pada bayi meliputi:
1. Muntah.
2. Gejala sakit perut seperti menangis berlebihan dan mudah marah (terutama setelah menyusui).
3. Diare.
4. Darah dalam tinja.
5. Biduran.
6. Ruam kulit bersisik.
7. Batuk atau mengi.
8. Mata berair dan hidung tersumbat.
9. Kesulitan bernapas atau warna kulit kebiruan.
10. Pembengkakan (terutama pada mulut dan tenggorokan).
Intoleransi laktosa, tidak ada hubungannya dengan protein susu sapi atau sistem kekebalan tubuh dan lebih melibatkan kondisi sistem pencernaan.