Mengenal Interaksi Sosial Disosiatif dan Contohnya
"Interaksi sosial disosiatif umumnya memicu ketegangan atau konflik. Nah, konflik tersebut bisa dipicu karena perbedaan kepribadian, nilai, atau tujuan seorang individu atau suatu kelompok."
DAFTAR ISI
- Apa Itu Interaksi Sosial Disosiatif?
- Contoh Interaksi Sosial Disosiatif
- Dampak Interaksi Sosial Disosiatif
Halodoc, Jakarta – Interaksi sosial disosiatif merupakan hubungan antara individu atau kelompok yang bersifat negatif atau konflik. Poin pentingnya berpaku pada kata “disosiatif” yang merujuk pada hubungan yang bersifat tidak harmonis.
Interaksi ini muncul ketika individu atau kelompok saling berkonflik, menunjukkan perilaku antagonis, atau tidak berinteraksi secara positif. Mari ketahui lebih mendalam tentang hal ini!
Apa Itu Interaksi Sosial Disosiatif?
Interaksi sosial disosiatif adalah situasi saat hubungan antara individu atau kelompok bersifat konfrontatif atau tidak seimbang.
Hal ini bisa berkaitan dengan nilai, tujuan, kepentingan atau pandangan yang saling bertolak belakang.
Mayoritas interaksi ini bisa memicu ketidaknyamanan, sikap negatif bahkan konflik verbal dan fisik.
Terdapat faktor-faktor eksternal yang bisa memicu interaksi ini. Mulai dari agama, budaya dan ekonomi.
Namun, konflik ini umumnya muncul akibat perbedaan kepribadian, nilai, atau tujuan seorang individu atau suatu kelompok. Kondisi ini tentu saja berdampak negatif pada individu atau kelompok yang terlibat.
Jenis interaksi ini juga bisa menciptakan ketidakstabilan, meningkatkan ketegangan, dan bahkan berujung pada kekerasan atau konflik yang lebih besar.
Contoh Interaksi Sosial Disosiatif
Berikut adalah beberapa contoh jenis interaksi ini:
1. Konflik antar kelompok
Salah satu bentuk yang paling umum adalah konflik antar kelompok.
Situasi tersebut terjadi saat ada dua kelompok yang punya perbedaan mencolok, seperti ideologi politik, agama atau etnis.
Contohnya diskriminasi ras antara orang kulit putih dan kulit hitam yang terjadi di Amerika Serikat atau konflik agama di Timur Tengah.
2. Bullying
Contoh bentuk interaksi sosial disosiatif di tingkat individu adalah bullying alias perundungan.
Hal ini terjadi ketika seorang atau sekelompok orang mengejek, merendahkan, atau melukai individu lain secara verbal atau fisik.
Perundungan bisa terjadi di manapun, mulai dari lingkungan kerja, sekolah atau tempat tinggal.
Nah, untuk mengetahui masalah kesehatan mental lainnya, kamu bisa cek di sini: Jelajahi Topik Konseling Umum.
3. Perceraian dalam keluarga
Bentuk lain yang terjadi di tingkat keluarga adalah perceraian.
Contoh situasinya adalah konflik antara pasangan yang berujung pada perceraian atau konflik antara orang tua dan anak-anak.
Apakah kamu suka bertengkar? Begini Cara Atasi Konflik Orang tua & Anak.
Dampak Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi ini bisa berdampak luas pada kehidupan individu atau kelompok. Kondisi tersebut bisa memengaruhi aspek sosial, emosional, dan psikologis.
Berikut adalah beberapa dampak yang perlu kamu ketahui:
1. Ketegangan
Jenis inteaksi ini umumnya menciptakan ketegangan dan stres emosional pada individu atau kelompok yang bersangkutan.
Konflik, perdebatan, atau pertengkaran dapat memicu perasaan marah, cemas, dan ketidaknyamanan.
Pada akhirnya, konflik dan ketegangan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Individu yang mengalaminya rentan mengalami depresi, kecemasan, sampai post traumatic stress disorder (PTSD).
2. Merusak hubungan
Konflik sosial juga bisa merusak hubungan antara individu atau kelompok.
Jika terjadi secara berkepanjangan, konflik bisa menyebabkan isolasi sosial atau putusnya hubungan.
Bukan itu saja, interaksi ini juga bisa meningkatkan tingkat ketidakpercayaan di antara individu atau kelompok yang terlibat.
Kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan dalam mencapai kesepakatan atau kerjasama di kemudian hari.
Nah, kamu juga perlu Mengenal Sikap Toxic: Ciri-Ciri dan Cara Menghilangkannya.
3. Ketidakstabilan
Kondisi ini juga bisa memicu ketidakpastian dalam situasi sosial atau politik.
Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas sosial, terutama dalam konteks konflik etnis atau politik.
4. Menurunkan kesejahteraan masyarakat
Dalam beberapa kasus, interaksi ini bisa berkembang menjadi kekerasan fisik atau perusakan properti. Ini pun berdampak pada keamanan dan kesejahteraan masyarakat.
Konflik sosial seringkali memicu pemisahan dan diskriminasi suatu individu atau kelompok.
Mereka yang terlibat bisa mendapat perlakuan tidak adil oleh pihak lain. Hal ini tentu juga bisa menurunkan kesejahteraan.
5. Kehilangan sumber daya
Konflik juga bisa menghabiskan sumber daya, baik dalam hal waktu, uang, atau energi.
Pasalnya, upaya untuk menangani konflik membutuhkan sumber daya untuk tujuan yang lebih produktif.
Dampaknya bisa merugikan individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan.
Itu sebabnya, penting untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola konflik untuk mencegah dampaknya.
Itulah penjelasan mengenai jenis interaksi ini. Jika menemukan kesulitan dalam mengatasi konflik atau permasalahan yang cukup mengganggu kesehatan mentalmu, jangan ragu untuk meminta bantuan psikolog di Halodoc.
Klik gambar di bawah ini untuk mulai konsultasi dengan biaya yang lebih terjangkau.
Referensi:
Study.com. Diakses pada 2023. What are the Social Processes?
Yale University Press. Diakses pada 2023. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes.
School of Postgraduates, Indonesia University of Education. Diakses pada 2023. Dissociative Social Interaction Among Extra-Campus Organizations Of Islamic Students.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan