Mengenal Bradipnea: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   15 November 2023

“Bradipnea adalah gangguan pada pernapasan yang membuat laju pernapasan menjadi lebih lambat. Kondisi ini bisa terjadi akibat beberapa faktor, seperti penyalahgunaan opioid, stres, cedera kepala, hingga keracunan zat kimia.”

Mengenal Bradipnea: Penyebab, Gejala, dan Cara MencegahnyaMengenal Bradipnea: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Halodoc, Jakarta – Normalnya orang dewasa bernapas antara 12-20 kali per menit. Namun, jika jumlah napas kurang dari itu, bisa jadi kamu mengalami bradipnea.

Bradipnea adalah laju pernapasan yang lambat dan tidak normal. Kecepatan pernapasan dibawah 12 atau lebih dari 25 kali per menit, menandakan adanya gangguan kesehatan yang perlu kamu waspadai.

Nah, apa saja sih penyebab dan cara mengatasi bradipnea yang perlu diketahui? Berikut ulasannya!

Berbagai Penyebab Bradipnea

Bradipnea dapat terjadi pada siapa saja. Kondisi ini umum terjadi ketika pengidapnya sedang tertidur maupun sedang terbangun. Bradipnea juga berbeda dengan apnea yang merupakan kondisi dimana napas benar terhenti saat tidur. 

Cari tahu lebih banyak mengenai sleep apnea melalui artikel berikut “Ini Alasan Sleep Apnea Bisa Berbahaya bagi Pengidapnya”.

Pernapasan yang menjadi lambat bisa menjadi tanda bahwa tubuh kekurangan oksigen. Kondisi ini bisa terjadi akibat beberapa penyebab, seperti:

1. Penyalahgunaan opioid

Opioid merupakan kelompok obat yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Namun, penyalahgunaan obat ini dapat menyebabkan seseorang mengalami bradipnea. 

Kandungan obat ini dapat menempel pada reseptor pada sistem saraf pusat dan memperlambat laju pernapasan secara drastis. Jika penggunaan yang secara berlebihan tidak segera dihentikan, obat ini dapat berisiko menyebabkan henti napas sepenuhnya.

Ada beberapa kelompok obat yang berisiko menyebabkan bradipnea, seperti heroin, morfin, hidrokodon, dan oksikodon.

2. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kondisi dimana kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Kondisi ini dapat memengaruhi metabolisme hingga proses bernapas.

Otot-otot pada saluran pernapasan menjadi lemah sehingga tidak dapat memenuhi kapasitas paru-paru dengan baik.

3. Mengalami keracunan tubuh

Mengalami keracunan juga dapat memengaruhi tubuh dengan memperlambat pernapasan. Misalnya seperti bahan kimia yang dikenal sebagai natrium azida yang sering ditemukan dalam pestisida. Kelebihan bahan kimia ini dapat menyebabkan sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular menjadi lebih lambat. 

Selain itu, karbon monoksida yang terserap melalui paru-paru dan terakumulasi dalam darah, juga dapat menyebabkan rendahnya kandungan oksigen dalam darah. Hal ini dapat membuat napas menjadi lebih lambat.

4. Cedera kepala

Otak khususnya pada bagian bawah dan sumsum tulang belakang terkait dengan paru-paru dan otot pernapasan untuk bernapas. Mengalami cedera kepala yang cukup berat dapat memengaruhi otak untuk memberikan sinyal pada paru-paru dan otot pernapasan, untuk melakukan pernapasan secara normal.

5. Stres dan gangguan kecemasan

Bukan hanya meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental, stres yang tidak diatasi dengan baik juga dapat menyebabkan bradipnea. Hal ini karena gangguan kesehatan mental dapat memicu gangguan pada saluran napas.

Selain bradipnea, stres juga dapat menyebabkan dampak lain pada kesehatan. Simak ulasannya melalui artikel “Stres Berkepanjangan, Bagaimana Dampaknya Bagi Tubuh?”.

Kenali Gejala Bradipnea

Napas yang menjadi lambat dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Dengan kata lain, bradipnea dapat menyebabkan gejala umum yang serupa dengan kekurangan oksigen. Contohnya seperti pusing, kebingungan, dan perubahan warna kulit menjadi biru.

Namun, selain itu, keluhan tersebut juga dapat disertai dengan gejala lainnya sesuai dengan penyebabnya, seperti:

  • Penyalahgunaan opioid dapat menyebabkan gejala lainnya, seperti gangguan tidur, sembelit, penurunan kesadaran, hingga gatal-gatal.
  • Hipotiroidisme menyebabkan gejala, seperti lesu, kulit kering, dan rambut rontok.
  • Keracunan zat tertentu memicu gejala, seperti sakit kepala, ruam, lemas, mual, dan muntah.
  • Paparan karbon monoksida menyebabkan gejala, seperti pusing, gagal napas, toksisitas kardiovaskular, hingga koma.

Cara Mencegah Bradipnea

Bradipnea memerlukan pengobatan secara langsung dokter. Biasanya, kondisi ini bisa ditangani dengan melakukan terapi oksigen. Dengan begitu, kebutuhan oksigen dalam tubuh dapat terpenuhi dengan baik.

Selain memenuhi oksigen, cari tahu juga cara menjaga sistem pernapasan yang baik melalui artikel “4 Cara Efektif agar Memiliki Sistem Pernapasan yang Baik”.

Jangan lupa untuk selalu melakukan pencegahan agar kondisi ini tidak terjadi berulang. Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan, seperti:

  • Membatasi asupan alkohol.
  • Mencegah paparan karbon monoksida dan bahan kimia lainnya.
  • Rutin mengelola stres.
  • Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk memastikan kondisi kesehatan tubuh.
  • Mencegah berbagai kecelakaan yang menyebabkan cedera kepala. 

Melansir dari Traumatic Brain Injury dengan judul Traumatic Brain Injury Prevention and Awareness, dalam kegiatan sehari-hari, kamu bisa mencegah kecelakaan dan cedera kepala dalam lingkungan rumah tangga dengan menambah penerangan di dalam rumah.

Selain itu, untuk mencegah cedera kepala akibat berkendara, kamu bisa meningkatkan fokus berkendara, menggunakan sabuk pengaman, dan penggunaan helm. Sedangkan untuk mencegah cedera kepala saat berolahraga, kamu juga bisa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai untuk mencegah benturan fisik.

Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Bradypnea.
Healthline. Diakses pada 2023. Bradypnea.
Medical News Today. Diakses pada 2023. What to Know about Bradypnea (Slow Breathing).
Traumatic Brain Injury. Diakses pada 2023. Traumatic Brain Injury Prevention and Awareness.