Mengapa Gejala Skizofrenia Bisa Muncul saat Usia Remaja?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   07 September 2020
Mengapa Gejala Skizofrenia Bisa Muncul saat Usia Remaja?Mengapa Gejala Skizofrenia Bisa Muncul saat Usia Remaja?

Halodoc, Jakarta – Skizofrenia adalah kondisi yang melibatkan berbagai masalah dengan pemikiran, perilaku, atau emosi. Tanda dan gejala dapat bervariasi, tetapi biasanya melibatkan delusi, halusinasi, atau ucapan yang tidak teratur. 

Gejala skizofrenia umumnya mulai pada pertengahan hingga akhir usia 20-an. Sangat jarang anak-anak dan usia remaja didiagnosis dengan skizofrenia. Ketika gejala skizofrenia muncul di usia remaja biasanya dikarenakan otak mengalami perubahan dan perkembangan pada korteks frontal. Hormon pada pubertas juga menjadi penyebab. Selengkapnya baca di sini!

Perkembangan Area Otak dan Perubahan Hormon

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, gejala skizofrenia jarang muncul di usia remaja. Namun, ketika itu terjadi biasanya dipengaruhi dua hal yaitu perkembangan area otak dan perubahan hormon.

Ada banyak hal yang berubah dan berkembang selama masa pubertas. Hal-hal ini ini dapat memicu gangguan kesehatan pada orang-orang yang berisiko. Perkembangan di area otak yang disebut korteks frontal menjadi penyebab selain juga koneksi antara sel-sel saraf yang dieliminasi saat perkembangan otak mencapai tahap kematangannya.

Baca juga: Skizofrenia Paranoid Punya Kecenderungan Berhalusinasi

Seperti yang diketahui hormon juga memainkan peran utama dalam masa pubertas. Dilansir dari WebMD disebutkan kalau perempuan lebih kecil risiko mengalami skizofrenia karena mengalami masa pubertas lebih awal dan hormon estrogen menjadi pelindung dari perubahan selama pubertas tersebut.

Lebih lanjut mengenai gejala skizofrenia saat usia remaja menurut data kesehatan dari The Whole Child.org disebutkan bahwa tidak ada penyebab tunggal yang memicunya. Ketidakseimbangan kimiawi di otak merupakan faktor bawaan yang diperlukan untuk mengembangkan skizofrenia. Namun, kemungkinan ada banyak faktor lain mulai dari genetik, perilaku, dan lingkungan yang berperan dalam perkembangan kondisi ini.

Kombinasi gen dari kedua orang tua bisa jadi memicu kondisi skizofrenia. Sedikit lebih banyak laki-laki mengembangkan skizofrenia di masa kanak-kanak. Namun, pada masa remaja, skizofrenia memengaruhi pria dan wanita secara setara.

Memang Jarang Terjadi pada Usia Remaja

Skizofrenia jarang terjadi pada anak-anak di bawah usia 12 tahun dan sulit diidentifikasi pada fase awal. Gejala psikotik skizofrenia yang tiba-tiba muncul secara tiba-tiba sering terjadi pada masa remaja pertengahan hingga akhir. 

Baca juga: Ini 3 Cara Mengobati Skizofrenia

Seorang anak yang lahir dalam keluarga dengan satu atau lebih anggota keluarga yang terkena skizofrenia memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan skizofrenia daripada anak yang lahir dalam keluarga tanpa riwayat skizofrenia.

Setelah seorang anak atau remaja didiagnosis mengidap skizofrenia dalam suatu keluarga, peluang saudara kandung yang lain untuk juga didiagnosis skizofrenia adalah 7 hingga 8 persen. Jika orangtua mengidap skizofrenia, peluang anak remaja mengalami gangguan yang sama adalah 10 persen. 

Pada remaja pengidap skizofrenia, perubahan perilaku dapat terjadi secara perlahan, seiring waktu, atau muncul secara tiba-tiba. Secara bertahap anak remaja menjadi lebih pemalu dan menyendiri. 

Baca juga: Melihat yang Tidak Nyata Bisa Jadi Tanda Psikosis

Kemudian mereka mulai berbicara tentang gagasan atau ketakutan yang aneh dan mulai lebih bergantung pada orangtua. Salah satu karakteristik skizofrenia yang paling mengganggu dan membingungkan adalah gejala psikotik yang muncul secara tiba-tiba. 

"Psikotik" mengacu pada ide, persepsi, atau perasaan yang sangat menyimpang dari kenyataan. Berikut ini adalah gejala skizofrenia yang paling umum. Namun, setiap remaja mungkin mengalami gejala yang berbeda.

1. Persepsi terdistorsi tentang realitas (kesulitan membedakan mimpi dan kenyataan.

2. Pemikiran dan ide yang detail dan aneh.

3. Kecurigaan dan/atau paranoia (ketakutan bahwa seseorang, atau sesuatu, akan datang menyakiti).

4. Halusinasi (melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal yang tidak nyata seperti mendengar suara yang menyuruh mereka melakukan sesuatu).

5. Delusi (ide yang tampak nyata tetapi tidak didasarkan pada kenyataan).

6. Kemurungan yang ekstrem.

7. Kecemasan dan/atau ketakutan yang parah.

8. Kurangnya ekspresi emosional saat berbicara.

9. Kesulitan dalam melakukan tugas sekolah.

10. Penarikan sosial (masalah parah dalam berteman).

11. Perilaku tidak teratur atau katatonik (tiba-tiba menjadi gelisah dan bingung, atau duduk dan menatap, seolah-olah tidak bisa bergerak).

Jika anak remaja mengalami hal yang sama, bisa ditanyakan langsung di Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor orangtua bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Referensi:
WebMD. Diakses pada 2020. Why does schizophrenia usually show up in late adolescence?
The Whole Child.org. Diakses pada 2020. Schizophrenia Ages 13-18
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Childhood schizophrenia