Mengapa Bayi Tanpa ASI Rentan Kena Bronkiolitis?
Halodoc, Jakarta – Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dianjurkan untuk dilakukan hingga bayi berusia 6 bulan. Tak dapat dimungkiri, ASI merupakan makanan utama dan memiliki segudang manfaat untuk bayi. Manfaat ASI banyak mengandung zat makanan serta zat penyerap berupa enzim yang tidak akan mengganggu enzim di usus.
Sayangnya, profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 menunjukkan, hanya ada 29,5 persen bayi di Indonesia yang mendapat ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan. Sementara itu, ada 54, persen bayi yang mendapat ASI Eksklusif pada usia 0—5 bulan.
Padahal, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, ASI harus diberikan pada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan dan minuman lain. Pemberian ASI secara eksklusif sangat dianjurkan untuk mendukung perkembangan Si Kecil. Dalam setiap tetes air susu ibu, terkandung nutrisi yang kaya akan antibodi. Kandungan ini berperan penting dalam membangun daya tahan tubuh yang baik pada anak sehingga tidak mudah terserang penyakit, dan dapat menurunkan risiko infeksi.
Artinya, bayi tanpa ASI akan dengan membawa risiko memiliki kekebalan tubuh yang lemah dan mudah terserang virus penyebab penyakit, termasuk bronkiolitis pada bayi. Lantas, apa yang menyebabkan pemberian ASI pada bayi bisa berhubungan dengan risiko bronkiolitis?
Apa Itu Bronkiolitis?
Bronkiolitis terjadi karena adanya infeksi pada saluran pernapasan kecil di paru-paru yang disebut bronkiolus. Infeksi ini menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran tersebut, yang bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan. Kondisi ini sering menyerang bayi dan anak-anak yang berusia di bawah 2 tahun.
Berita buruknya, kondisi ini sering tidak disadari oleh para orangtua. Sebab, bayi yang mengalami bronkiolitis cenderung menunjukkan gejala yang menyerupai pilek biasa atau gejala batuk ringan. Pada beberapa hari kemudian, barulah gejala tersebut berkembang dan bisa menyebabkan Si Kecil mengalami batuk kering disertai mengi dan demam. Nah, penyakit bronkiolitis inilah yang paling sering menyerang bayi tanpa ASI.
Pasalnya, infeksi virus menjadi lebih mudah menembus tubuh bayi yang memiliki imunitas rendah. Maka dari itu, pemberian ASI pada bayi sangatlah penting, terutama pada 6 bulan awal dan kemudian dilanjutkan dengan makanan pendamping hingga usia 2 tahun.
Ada beberapa jenis virus yang bisa jadi penyebab bronkiolitis ini, termasuk virus pilek dan flu. Namun, yang paling sering adalah bronkiolitis terjadi karena serangan dari respiratory syncytial virus (RSV). Virus yang satu itu bisa menular jika Si Kecil berada di sekitar dan terpercik air liur dari batuk atau bersin anak lain yang sudah terinfeksi.
Bronkiolitis pada bayi sering ditunjukkan lewat gejala seperti batuk-batuk disertai lendir berwarna kuning keabuan atau hijau, sakit pada tenggorokan, sesak napas, hidup tersumbat, hingga demam ringan.
Jika menemukan gejala-gejala bronkiolitis tersebut pada bayi, sebaiknya segera bawa Si Kecil untuk menemui dokter. Apalagi jika gejala tidak kunjung mereda setelah beberapa hari. Sebab, kondisi dan gejala yang serupa bisa saja merupakan tanda dari penyakit lain. Seperti alergi, asma, pilek, pneumonia atau radang paru-paru, hingga tuberkulosis (TBC).
Jika ibu ragu, bisa gunakan aplikasi Halodoc untuk berdiskusi dengan dokter seputar masalah pernapasan yang terjadi pada Si Kecil. Dokter di Halodoc bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan rekomendasi terbaik dan saran dari dokter terpercaya. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play!
Baca juga: