Mengalami Enuresis, Kapan Waktu Tepat Periksa ke Dokter?
“Meski enuresis cukup normal, tidak ada salahnya bagi orang tua untuk memeriksakan kondisi ini ke dokter. Pasalnya, kondisi ini mungkin bisa menjadi tanda gangguan kesehatan yang memerlukan perhatian medis.”
Halodoc, Jakarta – Enuresis atau bed-wetting adalah buang air kecil tidak sengaja yang terjadi saat tidur. Enuresis nokturnal atau mengompol di malam hari adalah jenis gangguan enuresis yang paling umum.
Sementara, enuresis diurnal adalah sebutan untuk mengompol di siang hari. Beberapa anak dapat mengalami salah satu atau keduanya.
Perilaku ini mungkin anak lakukan dengan sengaja atau tanpa kesadaran mereka. Kondisi ini tidak dapat dokter diagnosa hingga anak berusia 7 tahun atau lebih. Meski kondisi ini normal terjadi, tetapi jika anak terus mengalaminya itu bisa menandakan gangguan kesehatan lain.
Waktu yang Tepat untuk Memeriksakan Enuresis ke Dokter
Enuresis adalah masalah yang umum pada anak-anak. Perkiraan menunjukkan bahwa 7 persen anak laki-laki dan 3 persen anak perempuan usia 5 tahun mengalami enuresis.
Angka ini akan turun menjadi 3 persen untuk anak laki-laki dan 2 persen untuk anak perempuan pada usia 10 tahun. Kebanyakan anak akan sembuh dari kondisi ini pada saat mereka menjadi remaja.
Meski kondisinya cukup normal, tidak ada salahnya bagi orang tua untuk memeriksakan kondisi ini ke dokter. Pasalnya, enuresis mungkin bisa menjadi tanda gangguan kesehatan yang memerlukan perhatian medis.
Sebaiknya, orang tua berkonsultasi dengan dokter jika:
- Anak masih mengompol setelah usia 7 tahun.
- Anak mulai mengompol kembali setelah beberapa bulan tidak kambuh.
- Anak mengompol yang disertai dengan buang air kecil yang menyakitkan, rasa haus yang tidak biasa, urine berwarna merah muda atau merah, tinja yang keras, atau mendengkur.
Dokter akan memeriksa riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi gangguan medis yang mungkin menyebabkan keluarnya urin, yang disebut inkontinensia.
Tes laboratorium juga dapat dokter lakukan, seperti urinalisis dan pemeriksaan darah untuk mengukur gula darah, hormon, dan fungsi ginjal.
Kondisi fisik yang dapat menyebabkan inkontinensia antara lain diabetes, infeksi, atau cacat fungsional atau struktural yang menyebabkan penyumbatan pada saluran kemih.
Enuresis juga dapat dikaitkan dengan pengaruh obat-obatan tertentu yang menyebabkan perubahan perilaku sebagai efek samping. Jika penyebab fisik tidak ditemukan, dokter akan mendasarkan diagnosis enuresis pada gejala dan perilaku anak saat ini.
Cara Mengatasi Enuresis pada Anak
Perawatan mungkin tidak diperlukan untuk kasus enuresis ringan, karena sebagian besar anak dengan kondisi ini akan sembuh saat mereka remaja.
Jika ingin melakukan pengobatan, orang tua perlu mempertimbangkan kondisi mental anak juga, seperti apakah harga diri anak dipengaruhi oleh mengompol.
Dalam pengobatan, dokter biasanya merekomendasikan terapi yang bertujuan untuk mengubah perilaku yang paling sering direkomendasikan. Terapi perilaku efektif pada lebih dari 75 persen pengidap.
Obat-obatan juga tersedia untuk mengobati enuresis, tetapi umumnya hanya digunakan jika kelainan tersebut mengganggu fungsi anak dan biasanya tidak dianjurkan untuk anak di bawah usia enam tahun.
Dokter biasanya meresepkan obat untuk mengurangi jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal atau untuk membantu meningkatkan kapasitas kandung kemih.
Obat yang biasa digunakan termasuk desmopressin acetate, yang memengaruhi produksi urine ginjal, dan imipramine, antidepresan yang juga berguna untuk mengobati enuresis.
Itulah pembahasan mengenai enuresis dan kapan waktu tepat ke dokter. Jika kamu memiliki pertanyaan seputar kondisi kesehatan, kamu bisa bertanya pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Yuk, segera download aplikasi Halodoc melalui Play Store maupun App Store.