Melihat yang Tidak Nyata Bisa Jadi Tanda Psikosis
Halodoc, Jakarta - Psikosis merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut kondisi mental yang terganggu oleh delusi dan halusinasi. Pengidap psikosis biasanya akan mengalami kesulitan dalam membedakan kenyataan dan imajinasi. Pada suatu waktu, mereka akan memiliki pandangan yang salah terhadap sesuatu atau memiliki persepsi yang kuat atas sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Secara medis, psikosis sering kali disebut sebagai pencetus utama dari berbagai penyakit kejiwaan lainnya, seperti skizofrenia, depresi, gangguan skizoafektif, dan bipolar. Gejala psikosis yang dialami setiap pengidapnya pun bisa berbeda-beda. Tergantung pada penyebab, usia, dan keparahan kondisi. Namun, delusi dan halusinasi merupakan 2 gejala utama dari gangguan ini. Berikut dijabarkan satu persatu:
1. Delusi
Delusi atau waham adalah kondisi ketika seseorang memiliki keyakinan yang kuat dan tidak terpatahkan terhadap sesuatu yang tidak nyata. Misalnya, mempercayai bahwa dirinya menderita penyakit yang mematikan, padahal kondisinya sehat.
2. Halusinasi
Halusinasi adalah kondisi ketika seseorang mendengar, melihat, merasakan, atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau tidak dialami orang lain. Misalnya, mendengar suara orang berbincang, padahal ia tengah sendirian di suatu tempat.
Pada anak-anak, aktivitas yang menggambarkan perilaku halusinasi, seperti misalnya memiliki teman imajinasi, bukan berarti gejala psikosis. Hal itu bisa saja hanyalah bentuk imajinasi anak-anak, serta merupakan tahapan yang normal dan tergolong wajar.
Selain delusi dan halusinasi, pengidap psikosis juga biasanya akan mengalami beberapa gejala lain, sebagai berikut:
- Sulit berkonsentrasi.
- Gangguan tidur.
- Gelisah.
- Mudah curiga.
- Sering berbicara melantur.
- Gangguan suasana hati (mood).
Apa Penyebabnya?
Hingga saat ini, belum diketahui apa penyebab pasti dari psikosis. Namun, para ahli menduga kondisi ini disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor, seperti genetik, lingkungan, dan penyakit tertentu. Memiliki pola tidur yang buruk, mengonsumsi alkohol, ganja, mengalami trauma akibat kehilangan seseorang yang dicintai, merupakan beberapa hal yang dapat memicu munculnya kondisi.
Selain itu, psikosis juga dapat terjadi karena adanya gangguan pada otak seperti penyakit parkinson, penyakit Huntington, tumor otak, stroke, alzheimer, epilepsi, dan infeksi yang menyerang otak seperti HIV dan sifilis. Pada beberapa kasus, gangguan mental ini juga dapat terjadi karena adanya faktor genetik. Penelitian pun membuktikan jika salah satu anak kembar identik mengidap psikosis, ada kemungkinan 50 persen kembar lainnya pun akan mengalami hal yang sama.
Pengobatan yang Dapat Dilakukan
Psikosis harus segera mendapat penanganan. Sebab jika dibiarkan, gejala yang ada akan semakin memburuk dan berdampak pada kemampuan pengidap dalam menjalin hubungan sosial. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi psikosis pun berbeda-beda, tergantung penyebab yang menyertainya. Dalam menangani psikosis, dokter jiwa biasanya akan menganjurkan obat-obatan dan terapi tertentu sesuai dengan kondisi yang dialami.
Itulah sedikit penjelasan mengenai psikosis. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal penyakit ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu 1 jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan