Mau tahu Istimewanya ASI? Ini Manfaatnya Bagi Bayi dan Ibu
Halodoc, Jakarta - Banyak ahli telah sepakat, tak ada satupun asupan yang lebih baik untuk bayi selain ASI. Alasannya jelas, ASI mengandung banyak nutrisi penting yang dibutuhkan bayi dalam tumbuh kembangnya. Mulai dari vitamin, protein, lemak, karbohidrat, dan berbagai mineral penting lainnya.
Hal yang perlu digarisbawahi, bukan hanya bayi yang merasakan manfaat ASI. Sebab, ibu yang memberikan ASI (khususnya ASI ekslusif) juga mendapatkan manfaatnya.
Lantas, apa saja sih manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan ibu?
Baca juga: Tips Agar Bayi Tidak Gumoh Setelah Menyusui
1 . Mencegah Terserang Penyakit
Menurut Kemenkes - Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat, ada beberapa manfaat manfaat ASI eksklusif bagi bayi, salah satunya mencegah terserang penyakit.
ASI eksklusif untuk bayi yang diberikan ibu ternyata mempunyai peranan penting, yakni meningkatkan ketahanan tubuh bayi. Karenanya, bisa mencegah bayi terserang berbagai penyakit yang bisa mengancam kesehatan bayi.
ASI mengandung zat antibodi pembentuk kekebalan tubuh. Nah, zat inilah yang bisa membantunya untuk melawan bakteri dan virus. Alhasil, bayi pun lebih kecil kemungkinan untuk terserang penyakit, seperti diare, alergi, infeksi saluran pernapasan, hingga konstipasi.
Membantu Perkembangan Otak dan Fisik Bayi
Manfaat ASI eksklusif bagi bayi juga bisa membantu perkembangan otak dan fisiknya. Enggak percaya? Masih melansir dari Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat, manfaat ASI eksklusif bisa menunjang sekaligus membantu proses perkembangan otak dan fisik bayi. Hal tersebut dikarenakan, di usia 0 sampai 6 bulan seorang bayi belum diizinkan mengonsumsi nutrisi apapun selain ASI.
Oleh karena itu, selama enam bulan berturut-turut, ASI yang diberikan pada Si Kecil tentu saja memberikan dampak yang besar pada pertumbuhan otak dan fisik bayi selama ke depannya.
Di samping itu, berbagai penelitian juga telah menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASI, memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi.
Meningkatkan Perkembangan Kognitif
Ada satu studi yang lebih spesifik menyebut kalau ASI bisa meningkatkan perkembangan kognitif bayi. Studinya yang berjudul Breast milk and cognitive development—the role of confounders: a systematic review ini, dimuat dalam US National Library of Medicine.
Mau tahu hasilnya? Ternyata, pemberiaan ASI ekslusif bisa meningkatkan perkembangan kognitif bayi. Namun, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor yang berhubungan dengan menyusui. Contohnya, kelas sosial atau IQ ibu (orangtua). Selain itu, studi ini juga dilakukan di negara-negara dengan berpenghasilan tinggi.
Baca juga: Ini Cara Menyimpan ASI yang Tidak Boleh Ditiru
Berat Badan Bayi Ideal
Bayi yang mendapatkan ASI ekslusif lebih besar kemungkinannya tumbuh dengan bobot yang normal. Kok bisa? Menurut para ahli, ASI lebih sedikit merangsang produksi insulin ketimbang susu formula.
Hormon insulin ini senidir bisa memicu pembentukan lemak dalam tubuh. Nah, dengan kata lain, ASI tidak banyak memicu pembentukan lemak pada bayi.
Menariknya lagi, manfaat asi eksklusif bagi bayi juga memiliki kadar leptin yang lebih tinggi. Lepton ini merupakan hormon yang berperan dalam metabolisme lemak dan menimbulkan rasa kenyang.
Memenuhi Seluruh Kebutuhan Nutrisi
Seperti penjelasan di atas, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Sebab, ASI mencukupi semua kebutuhan energi dan zat gizi yang diperlukan Si Kecil selama awal kehidupannya. Khususnya, hingga usianya berusia enam bulan.
Oleh sebab itu, bayi sebenarnya tak perlu diberi susu fomula, minuman, ataupun makanan tambahan sebelum menginjak usia enam bulan. Sebab, ASI saja sudah cukuo memenuhi kebutuhan gizi setiap harinya.
Ibu Juga Merasakan Manfaanya
Selain bagi bayi, pemberian ASI eksklusif bagi ibu menyusui juga memiliki beberapa manfaat. Nah, berikut penjelasannya:
Mengatasi Rasa Trauma
Manfaat asi eksklusif bagi ibu bisa menghilangkan trauma saat persalinan. Tak cuma itu saja, pemberian ASi juga juga sekaligus dengan kehadiran Si Kecil bisa menjadi penyemangat hidup seorang ibu.
Pasca melahirkan biasanya ibu rentan mengalami baby blues syndrome. Kondisi ini biasanya terjadi pada ibu yang belum terbiasa, bahkan tidak bersedia memberikan ASI eksklusifnya untuk bayi mereka.
Namun dengan menyusui, secara perlahan-lahan rasa trauma pun akan hilang sendirinya. Dengan begitu, ibu pun akan terbiasa menyusui bayinya.
Baca juga: Mitos & Fakta Tentang Menyusui
Mencegah Kanker Payudara
Selain membuat kondisi kesehatan dan mental ibu jadi lebih stabil, pemberian ASI eksklusif juga bisa meminimalkan timbulnya risiko kanker payudara. Kok bisa? Menurut Kemenkes - Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat, “Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu dan Bayi”, salah satu pemicu kanker payudara pada ibu menyusui adalah kurangnya pemberian ASI ekslusif pada bayi mereka sendiri.
3. Sebagai KB Alami
Manfaat ASI ekklusif bagi ibu juga bisa bertidak sebagai KB alami. Sebab, ovulasi bisa terhambat ketika Ibu memberikan ASI eksklusif pada Si Kecil. Dalam dunia medis, metode ini disebut dengan metode amenore laktasi. Hal yang perlu digarisbawahi, untuk mendapatkan manfaatnya, ibu disarankan untuk siap menyusui kapanpun ketika bayi membutuhkan.
Selain itu, untuk memperkecil peluang kehamilan, ibu juga tetap disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi yang aman selama menyusui.
Mau tahu lebih jauh mengenai manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan ibu? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa kapan dan di mana saja mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
Baby Center. Diakses pada 2020. How breastfeeding benefits you and your baby.
Kemenkes - Direktorat Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat. Diakses pada 2020. Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu dan Bayi.
US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses pada 2020. Breast milk and cognitive development—the role of confounders: a systematic review.