Mana yang Lebih Berbahaya, Hipotensi atau Hipertensi?
“Hipertensi dan hipotensi merupakan dua kondisi kesehatan yang ditandai dengan angka tekanan darah abnormal. Kedua kondisi ini tentu bisa memicu munculnya banyak masalah kesehatan, bisa saja ringan atau justru membahayakan. Namun, sebenarnya mana yang lebih perlu diwaspadai?”
Halodoc, Jakarta - Tekanan darah menjadi salah satu dari empat tanda penting pada tubuh yang dipakai sebagai tolak ukur untuk mengetahui kondisi kesehatan secara keseluruhan. Angka tekanan darah bisa dengan mudah diketahui melalui pemeriksaan tekanan darah.
Tekanan darah dikatakan normal jika berada pada kisaran 90/60 mmHg sampai 120/80 mmHg. Angka yang lebih dari batas tersebut menunjukkan indikasi hipertensi, sedangkan angka di bawah batas menunjukkan kondisi hipotensi. Lalu, mana yang lebih mengkhawatirkan?
Hipotensi Bisa Menunjukkan Kondisi Kesehatan Tertentu
Tak seperti hipertensi, kasus hipotensi ternyata tak banyak terjadi. Biasanya, masalah kesehatan ini muncul pada orang dengan aktivitas fisik yang tinggi atau sering melakukan olahraga dalam intensitas berat.
Baca juga: Stres Bisa Bikin Hipertensi, Benarkah?
Meski begitu, tekanan darah rendah juga bisa terjadi karena banyak faktor lainnya, seperti hipotensi ortostatik, malnutrisi, perdarahan, masalah hormon, konsumsi obat tertentu, hingga ganggan jantung. Gangguan kesehatan ini pun cenderung terjadi tanpa gejala khas. Biasanya, tanda yang sering muncul, yaitu:
- Pusing dan lemas.
- Mual dan ingin muntah.
- Pandangan mengabur dan kehilangan keseimbangan.
- Jantung berdebar.
- Sesak napas, bahkan hingga pingsan.
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Kulit tampak pucat dan dingin saat disentuh.
Kamu tidak boleh menganggap remeh kondisi ini karena komplikasi yang ditimbulkan bisa sangat membahayakan. Sebut saja syok yang terjadi karena tekanan darah berkurang secara signifikan. Akibatnya, tubuh pun tidak mendapatkan oksigen sesuai dengan kebutuhan.
Asupan oksigen yang tidak terpenuhi bisa mengakibatkan organ mengalami gangguan, misalnya jantung, ginjal, dan otak. Jika tidak dilakukan penanganan, komplikasi akan lebih buruk lagi, bahkan bisa berujung pada kematian.
Baca juga: Ketahui Perbedaan Hipotensi dan Anemia
Lalu, adakah cara mengatasinya? Ada, yaitu perbanyak konsumsi cairan, bisa dari makanan, minuman, atau infus. Biasanya, dokter juga akan menyarankan kamu menghentikan konsumsi obat yang berdampak pada hipotensi dan melakukan pengobatan pada penyebabnya.
Apabila syok sudah terjadi, penanganan perlu dilakukan sesegera mungkin. Dokter bisa memberikan obat dan terapi oksigen untuk membantu menstabilkan tekanan darah, misalnya memberikan adrenalin.
Hipertensi yang Sering Terjadi Tanpa Gejala
Sementara itu, tekanan darah tinggi menjadi masalah kardiovaskular yang paling sering terjadi, terlebih pada lansia. Berdasarkan data dari WHO tahun 2019 lalu, terdapat sekitar 1,1 miliar orang yang mengidap hipertensi di seluruh dunia.
Sementara di Indonesia, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2013, tercatat sekitar 25,8 persen masyarakat Indonesia mengidap tekanan darah tinggi.
Baca juga: 5 Tanda Orang yang Berpotensi Terkena Hipertensi
Hipertensi bisa terjadi karena banyak faktor, mulai dari genetik, kondisi medis tertentu, sampai pada pola hidup dan pola makan yang tidak sehat. Stres dan jarang berolahraga serta konsumsi alkohol berlebihan juga berperan dalam peningkatan tekanan darah pada seseorang.
Sayangnya, tidak banyak yang mengetahui bahwa hipertensi bisa menjadi masalah kesehatan yang membahayakan. Ini karena tekanan darah tinggi terjadi tanpa gejala khusus. Biasanya, gejala baru akan terasa apabila tekanan darah sudah meningkat sangat tinggi dan ada masalah pada fungsi organ. Saat hal ini terjadi, gejala yang dirasakan, yaitu:
- Sakit kepala atau pusing;
- Tubuh lemas dan pandangan mengabur;
- Nyeri pada dada dan sesak napas;
- Jantung sering berdebar dan sering mimisan;
- Mual dan ingin muntah.
Apabila sudah tidak terkendali, tekanan darah tinggi bisa berkembang menjadi hipertensi maligna, yaitu suatu kondisi yang sangat berbahaya. Ada komplikasi yang berbahaya jika ini terjadi, seperti masalah ginjal, stroke, dan jantung koroner.
Cara termudah mengatasi masalah hipertensi adalah perubahan pola makan dan gaya hidup. Rutin berolahraga, mengurangi asupan garam, dan penuhi asupan cairan tubuh misalnya.
Mana yang Lebih Berbahaya?
Baik hipotensi maupun hipertensi sama berbahayanya. Pasalnya, keduanya sangat berisiko menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Kehilangan cairan atau darah menjadi salah satunya. Berkaitan dengan hipertensi, akan rentan terjadi gagal jantung, kerusakan pembuluh darah, gagal ginjal, dan serangan jantung.
Oleh karena itulah, kamu tidak boleh meremehkan keduanya. Selalu pastikan kamu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Gunakan saja aplikasi Halodoc jika kamu ingin tanya dokter dan mendapatkan pengobatan lebih mudah. Cukup download aplikasinya di ponselmu sekarang juga!
Referensi: