Kulit Sering Melepuh Bisa Jadi Epidermolisis Bulosa
Halodoc, Jakarta - Pernahkan kamu melihat seseorang yang kulitnya sering melepuh? Bisa jadi orang tersebut mengidap epidermolisis bulosa. Penyakit ini merupakan suatu gangguan yang membuat kulit dan membran mukosa melepuh. Epidermolisis Bulosa adalah penyakit kulit yang sifatnya genetik dan terjadi pada sekitar 200 bayi yang baru lahir setiap tahunnya.
Kulit yang melepuh akibat epidermolisis bulosa akan terasa sakit dan membuat masalah yang serius apabila terinfeksi. Umumnya, gangguan pada kulit ini terjadi pada lapisan kulit terluar (epidermis), lapisan bawah lamina basal (dermis), atau area lamina lusida (area di antara epidermis dan dermis).
Kulit yang melepuh dapat timbul secara tiba-tiba atau juga dikarenakan kulit yang mengalami gosokan, garukan, atau terkena udara panas. Penyakit ini umumnya menyerang bayi dan anak-anak. Walau begitu, tidak menutup kemungkinan seseorang yang telah remaja dan dewasa dapat mengalami kondisi ini juga.
Penyebab Epidermolisis Bulosa
Penyebab dari epidermolisis bulosa biasanya dikarenakan oleh kelainan gen. Apabila kedua orangtuanya mengalami kelainan gen, hampir dapat dipastikan sang anak dapat mengidap epidermolisis bulosa. Namun, kemungkinan tersebut akan menurun apabila hanya salah seorang saja yang mengalami kelainan gen.
Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa epidermolisisis bulosa terjadi karena adanya enzim sitolitik. Kondisi tersebut terjadi karena struktur protein yang sensitif pada perubahan suhu yang dapat memicu penyakit itu. Selain itu, pada epidermolisis bulosa simpleks diduga terjadi karena adanya pembentukan protein abnormal yang sensitif pada perubahan suhu panas.
Pada beberapa kasus juga, kelainan gen dapat disebabkan oleh kesalahan saat sperma atau sel telur terbentuk. Mutasi tersebut memiliki dugaan terjadi pada gen kolagen atau gen keratin.
Gejala Epidermolisis Bulosa
Pengidap epidermolisis bulosa umumnya memiliki kulit yang rapuh dan mudah rusak hanya dengan sedikit gosokan atau usapan. Tekanan yang sedikit atau bahkan pakaian yang menyentuh kulit dapat menyebabkan lecet. Gejala-gejala terjadinya epidermolisis bulosa tergantung pada jenisnya. Jika secara umum, tanda-tanda seseorang mengidap penyakit ini adalah:
-
Terjadinya lepuhan kulit di tubuh, di kepala, dan di sekitar mata dan hidung.
-
Kulit robek.
-
Kulit terlihat tipis.
-
Kulit mengalami rontok ketika digosok.
-
Kerontokan rambut.
-
Hilangnya kuku di jari tangan dan kaki.
Jenis Epidermolisis Bulosa
Penyakit epidermolisis bulosa terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
-
Epidermolisis bulosa simpleks, jenis ini disebabkan karena kelainan pada gen yang memproduksi keratin lalu menyebabkan lepuhan di lapisan epidermis. Lepuhan ini biasanya muncul di telapak tangan dan kaki. Jenis penyakit ini paling umum ditemukan dibandingkan yang lainnya.
-
Epidermolisis bulosa distropik, pada jenis ini disebabkan oleh kelainan gen yang memproduksi kolagen. Biasanya jenis ini menyerang anak yang baru lahir atau anak-anak.
-
Epidermolisis bulosa junctional, jenis ini merupakan yang paling parah dan dapat menyebabkan kematian. Kondisi dari jenis ini dapat langsung diketahui seketika bayi lahir.
-
Epidermolisis bulosa sindrom Kindler, jenis ini dapat menyebabkan lepuhan hampir di seluruh lapisan kulit tubuh. Pengidapnya sangat sensitif pada sinar matahari dan termasuk langka. Walau begitu, pengidapnya akan membaik sejalan dengan bertambahnya usia.
Pengobatan Epidermolisis Bulosa
Cara mengobati penyakit ini yaitu dengan menghindari gesekan. Pengidapnya disarankan untuk selalu mengenakan pakaian dengan bahan lembut. Lalu, untuk kulit yang mengalami erosi dapat dioleskan dengan salep antibiotik. Selain itu, makanlah makanan yang mengandung protein tinggi untuk menggantikan kehilangan protein ketika luka lecet terjadi.
Jika sudah masuk dalam tahap parah, pengobatan seperti salep kortikostreoid mungkin dibutuhkan. Penanganannya butuh pemeriksaan langsung dan disesuaikan dengan kulit dari pengidapnya.
Itulah penjelasan tentang epidermolisis bulosa. Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar penyakit ini, coba berdiskusi dengan dokter dari Halodoc dengan download aplikasinya ke smartphone kamu!
Baca juga: