Kram Perut Datang dan Pergi, Waspada Tanda Obstruksi Usus
Halodoc, Jakarta - Kram perut bisa menjadi tanda atau gejala berbagai kondisi kesehatan. Mulai dari yang ringan seperti pada periode menstruasi, hingga kondisi yang lebih serius seperti obstruksi usus. Hanya saja, kram perut akibat obstruksi usus dapat datang dan pergi, sehingga pengidapnya kerap tidak menyadari kondisi yang dialaminya. Seperti apa gejala lain yang menyertai dan apa yang menyebabkannya? Simak penjelasannya setelah ini.
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa obstruksi usus adalah penyumbatan yang terjadi di dalam usus, baik usus halus maupun usus besar. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan penyerapan makanan atau cairan, di dalam saluran pencernaan. Bila tidak segera ditangani, bagian usus yang mengalami sumbatan bisa mati dan menyebabkan komplikasi serius.
Baca juga: Perut Kram saat Hamil, Pertanda Apa?
Sumbatan di dalam usus itu juga dapat menyebabkan penumpukan makanan, cairan, asam lambung, serta gas yang akan menimbulkan tekanan pada usus. Bila tekanan makin besar, usus bisa robek, dan mengeluarkan isinya (termasuk bakteri), ke rongga perut.
Selain kram perut yang hilang dan timbul, gejala lain yang umum menyertai ketika seseorang mengalami obstruksi usus adalah:
- Perut kembung.
- Sembelit atau diare.
- Perut bengkak.
- Mual dan muntah.
- Hilang nafsu makan.
- Sulit buang angin, karena pergerakan usus terganggu.
Baca juga: 5 Penyebab Obstruksi Usus Terjadi pada Anak-Anak
Dapat Disebabkan oleh Berbagai Hal
Obstruksi usus dapat disebabkan oleh berbagai hal, yang kemudian dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan hal-hal yang menyebabkannya, yaitu:
1. Obstruksi Usus Mekanik
Obstruksi usus mekanik terjadi ketika usus kecil tersumbat. Hal ini bisa dipicu oleh adhesi atau perlengketan usus, yang biasanya muncul setelah operasi perut atau panggul. Kondisi lain yang dapat memicu obstruksi usus mekanik adalah:
- Hernia yang mengakibatkan usus menonjol ke dinding perut.
- Radang usus, seperti penyakit Crohn.
- Benda asing yang tertelan (terutama pada anak-anak).
- Batu empedu.
- Divertikulitis.
- Intususepsi atau usus yang melipat ke dalam.
- Meconium plug (feses pertama bayi yang tidak keluar).
- Kanker usus besar atau ovarium (indung telur).
- Penyempitan kolon akibat peradangan atau jaringan parut.
- Penumpukan feses.
- Volvulus atau kondisi usus yang terpelintir.
2. Obstruksi Usus Non-Mekanik
Obstruksi usus non-mekanik terjadi ketika muncul gangguan pada kontraksi usus besar dan usus kecil. Gangguan dapat terjadi sementara (ileus), dan dapat terjadi dalam jangka panjang (pseudo-obstruction).
Obstruksi usus non-mekanik dipicu oleh sejumlah kondisi, seperti:
- Operasi daerah perut atau panggul.
- Gastroenteritis atau peradangan pada lambung dan usus.
- Apendisitis atau radang usus buntu.
- Gangguan elektrolit.
- Penyakit Hirschsprung.
- Gangguan saraf, misalnya penyakit Parkinson atau multiple sclerosis.
- Hipotiroidisme.
- Penggunaan obat-obatan yang memengaruhi otot dan saraf. Misalnya obat golongan antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline, atau obat nyeri oxycodone.
Baca juga: Pengobatan yang Bisa Dilakukan pada Pengidap Obstruksi Usus
Itulah sedikit penjelasan tentang obstruksi usus. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Talk to a Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan