Ketahui Perbedaan Hipotensi dan Anemia

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   22 Januari 2019
Ketahui Perbedaan Hipotensi dan AnemiaKetahui Perbedaan Hipotensi dan Anemia

Halodoc, Jakarta – Anemia atau kurang darah adalah salah satu masalah kesehatan yang sangat sering dialami oleh kaum Hawa. Karena punya gejala yang mirip dengan tekanan darah rendah (hipotensi), yaitu berupa rasa lelah dan pusing, maka banyak orang mengira anemia dan tekanan darah rendah itu sama. Padahal, kedua kondisi ini sebenarnya jauh berbeda. Biar kamu bisa melakukan penanganan yang tepat, ketahui dulu perbedaan hipotensi dan anemia di sini.

Bedanya Anemia atau Hipotensi

Anemia adalah kondisi ketika kadar hemoglobin (zat merah darah) dalam tubuh seseorang berada di bawah kisaran normal. Itulah sebabnya anemia sering disebut juga dengan kurang darah. Kadar normal hemoglobin berbeda-beda pada tiap orang, sebab tergantung usia dan jenis kelaminnya. Pada wanita dewasa, kadar normal hemoglobin adalah 12–16 gram per desiliter (gr/dl), sedangkan pada pria dewasa adalah 13,5–18 gram per desliter.

Seseorang bisa mengalami anemia karena berbagai macam hal, seperti produksi darah yang rendah akibat perdarahan, kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, ataupun karena adanya penyakit kronis misalnya kanker. Biasanya para wanita, terutama wanita hamil dan menyusui adalah kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami anemia. Itulah mengapa ibu hamil dan menyusui dianjurkan untuk lebih banyak mengonsumsi makanan berzat besi tinggi agar pertumbuhan bayi di dalam kandungannya dapat berlangsung optimal.

Anemia memiliki gejala yang cukup mirip dengan hipotensi, karena kekurangan darah memang bisa turut memengaruhi tekanan darah seseorang menjadi rendah. Gejala anemia bervariasi, mulai dari kelelahan, muka pucat, jantung berdetak cepat, tapi tak beraturan, sesak napas, nyeri dada, pening, gangguan kognitif, hingga tangan terasa dingin, begitu pula dengan kaki serta sakit kepala. Tidak hanya gejalanya saja yang mirip, kedua masalah kesehatan tersebut juga bisa terjadi secara bersamaan, walaupun bisa juga tidak.

Baca juga: Bukan Cuma Mudah Letih, Ini 14 Gejala Anemia Defisiensi Besi

Sedangkan masalah kesehatan lain, yang kadang-kadang juga menimpa para wanita adalah hipotensi atau tekanan darah rendah. Masyarakat awam sering menyebutnya dengan istilah darah rendah. Hipotensi adalah kondisi ketika tekanan darah hanya 90 mmHg/60 mmHg atau kurang. Kondisi ini bisa menyebabkan pengidapnya merasa pusing dan sempoyongan, terutama saat melakukan perubahan posisi tubuh secara tiba-tiba. Misalnya, tiba-tiba berdiri dari posisi tidur. Kondisi ini disebut juga hipotensi ortostatik.

Hipotensi lebih sering dialami oleh wanita daripada pria, akibat perdarahan yang tidak bisa dihindari oleh wanita, seperti menstruasi atau melahirkan. Selain itu, hipotensi juga bisa disebabkan karena kehilangan cairan akibat muntah-muntah hebat dan diare serta perdarahan, baik melalui saluran cerna maupun saluran bawah yang terjadi secara tiba-tiba. Obat-obatan tertentu juga bisa memengaruhi tekanan darah menjadi rendah, antara lain obat anti darah tinggi, obat penenang atau obat diuresis (yang biasanya digunakan untuk merangsang buang air kecil).

Baca juga: Melewatkan Sarapan Bisa Sebabkan Hipotensi

Perbedaan Pengobatan untuk Anemia dan Hipotensi

Salah mengenali kondisi hipotensi sebagai anemia membuat banyak pengidap hipotensi mengonsumsi zat besi untuk mengatasinya. Padahal, cara ini tidaklah tepat. Sembarangan mengonsumsi zat besi malah bisa menyebabkan kadar zat besi dalam darah menjadi sangat tinggi, sehingga memicu timbulnya masalah kesehatan lain. Jadi, bila kamu mengalami gejala, seperti pusing, lemas, dan sempoyongan, cari tahu dulu kondisi apa yang menjadi penyebabnya.

Hipotensi atau darah rendah bisa bisa diketahui dengan mengukur tekanan darah dengan menggunakan tensimeter. Sedangkan anemia atau kurang darah, bisa diketahui dengan mengukur hemoglobin dengan menggunakan Hb meter.

Bila kamu positif mengalami anemia, maka dokter mungkin akan memberikan suplemen zat besi atau vitamin B12 serta asam folat, tergantung jenis anemia yang kamu alami. Sedangkan untuk kamu yang mengalami hipotensi, kamu hanya dianjurkan untuk beristirahat yang cukup, hindari minuman berkafein dan alkohol, serta konsumsi makanan dalam porsi kecil, tapi sering. Obat-obatan juga bisa diberikan kepada pengidap hipotensi untuk menambah jumlah darah atau mempersempit arteri agar tekanan darah meningkat.

Baca juga: Mengalami Hipotensi, Ini 4 Makanan yang Bantu Tingkatkan Tekanan Darah

Itulah perbedaan hipotensi dan anemia. Untuk mengukur tekanan darah, kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc, lho. Caranya praktis banget, tinggal pilih fitur Lab Service, dan petugas lab akan datang ke rumahmu untuk memeriksa kesehatanmu. Jangan lupa download Halodoc juga ya di App Store dan Google Play sebagai teman penolong untuk menjaga kesehatan kamu.