Ketahui Perbedaan Fobia Sosial dengan Rasa Malu
Halodoc, Jakarta - Rasa malu dan gangguan kecemasan sosial atau fobia sosial memang memiliki banyak kesamaan. Apabila selama ini kamu dicap sebagai orang yang pemalu, pernahkah kamu berpikir bahwa ini bisa saja menjadi sesuatu yang lebih serius? Pasalnya fobia sosial bukan hanya rasa malu yang ekstrem. Ada beberapa perbedaan mendasar yang perlu dipahami.
Banyak orang mengalami rasa malu dan tidak nyaman, terutama dalam situasi baru atau dengan orang asing. Namun, umumnya hal ini dapat diatasi setelah ia melakukan pemanasan dan bersantai setelah beberapa saat. Berbeda dengan rasa malu, mereka yang memiliki fobia sosial tidak dapat mentoleransi situasi ini. Mereka hampir tidak mungkin untuk bersantai di lingkungan sosial atau kerjanya.
Baca juga: Bullying Bisa Sebabkan Fobia Sosial pada Remaja
Fobia Sosial Vs. Rasa Malu
Sayangnya, gangguan kecemasan sosial (SAD) sering dianggap sebagai rasa malu yang ekstrim. Alasan mengapa banyak orang tidak mencari bantuan untuk SAD adalah karena mereka tidak menyadari bahwa mereka memiliki gangguan psikologis ini.
Melansir dari laman Very Well Mind, statistik menunjukkan bahwa walaupun gejala biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, hanya sekitar 50 persen orang dewasa dengan gangguan tersebut menerima perawatan dan menunggu lama untuk melakukan pengobatan.
Secara umum, gejala utama yang membedakan rasa malu dari fobia sosial adalah:
-
Intensitas rasa takut;
-
Tingkat penghindaran;
-
Gangguan fungsi yang disebabkannya dalam kehidupan seseorang.
Orang dengan gangguan kecemasan sosial tidak hanya merasa gugup sebelum berpidato. Mereka mungkin khawatir tentang pidato selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelumnya, kurang tidur karena kecemasan, dan memiliki gejala kecemasan yang intens selama situasi yang ditakuti seperti jantung berdebar, sesak napas, berkeringat, atau gemetar.
Gejala-gejalanya biasanya tidak hilang tetapi memburuk saat situasi berlanjut. Orang dengan SAD biasanya menyadari bahwa ketakutannya tidak berdasar tetapi masih tidak dapat mengendalikannya.
Baca juga: 15 Gejala yang Timbul dari Gangguan Kecemasan
Masih banyak orang yang menganggap pengidap fobia sosial identik dengan orang yang pendiam, canggung secara sosial, dan umumnya mengisolasi diri mereka. Hal ini adalah mitos. Tentu saja ada pengidap kecemasan sosial dengan karakteristik seperti itu. Namun, banyak juga pasien yang cukup kompeten secara sosial, dan beberapa remaja bahkan anak-anak populer atau atlet bintang di sekolah.
Penting digaris bawahi bahwa pengidap kecemasan sosial sangat takut ditolak, dikritik, dihakimi, atau dianggap tidak menguntungkan saat melakukan suatu hal. Dengan demikian, seseorang dengan fobia sosial bisa saja terlihat hebat saat bergaul dengan seseorang, atau saat ia menyampaikan pendapat. Namun, ketika ia membayangkan kemungkinan tidak disetujui atau ditolak, maka ia akan menjadi pemalu. Dengan demikian, fobia sosial tidak sama dengan rasa malu belaka.
Jika kamu melihat seseorang memiliki kejanggalan seperti yang digambarkan tadi, sebaiknya diskusikan dahulu dengan psikolog di Halodoc. Kamu bisa menanyakan apakah gejala yang seseorang alami tersebut normal atau tidak. Jika dirasa hal ini diperlukan perawatan, maka kamu bisa buat janji dengan psikolog atau psikiater di rumah sakit terdekat.
Baca juga: 4 Cara Mencapai Ketenangan untuk Mengurangi Kecemasan
Sederhananya, Fobia Sosial adalah Kebalikan dari Narsisme
Beberapa ahli menggambarkan bahwa fobia sosial adalah kebalikan dari narsisme. Orang-orang dengan narsisme memiliki perasaan diri yang meningkat dan ingin mengarahkan sorotan ke diri mereka sendiri. Sementara orang-orang dengan kecemasan sosial memiliki perasaan diri yang kempes dan menghindari sorotan ilusi ini.
Alasannya, pengidap fobia sosial percaya bahwa semua perhatian yang diberikan padanya juga terselip kritik yang siap menyerangnya saat ia melakukan kesalahan. Alhasil, mereka jadi sering mengerahkan banyak upaya untuk menghindari situasi sosial/kinerja dengan cara apa pun.
Jika tidak dapat dihindari, mereka mungkin menjadi kewalahan dengan kecemasan yang hebat yang dapat menyebabkan reaksi fisiologis, seperti jantung berdebar, hiperventilasi, berkeringat, mual, pusing, sakit kepala, dan sakit perut, serta mengakibatkan serangan panik.