Ketahui Penyebab Skizofrenia pada Anak
Halodoc, Jakarta - Mau tahu seberapa banyak pengidap skizofrenia di dunia? Menurut data dari WHO, kira-kira lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia mengidap gangguan mental ini. Hal yang bikin resah, pengidap skizofrenia ini berisiko 2–3 kali tinggi mengalami kematian lebih awal ketimbang mereka yang tidak mengidapnya.
Dari banyaknya penyakit mental yang ada, skizofrenia merupakan salah satu yang mesti diwaspadai. Skizofrenia masuk ke dalam gangguan jiwa kelompok psikosis yang bisa mengacaukan pikiran dan kesadaran pengidapnya.
Skizofrenia sendiri merupakan gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Ketika menyerang seseorang, skizofrenia akan membuat pengidapnya mengalami delusi, halusinasi, kekacauan dalam berpikir, mengasingkan diri dari orang lain, hingga mengalami perubahan perilaku.
Pertanyaanya, hal apa sih yang bisa menyebabkan skizofrenia pada anak-anak?
Baca juga: Benarkah Orang Introvert Rentan Mengalami Skizofrenia?
Ketidakseimbangan Hormon hingga Narkoba
Hingga kini penyebab pasti skizofrenia masih menjadi misteri. Akan tetapi, ada sejumlah faktor yang bisa memicu gangguan mental ini. Misalnya, bentuk struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal, faktor genetik dari orangtua, atau lahir dengan kondisi prematur.
Di samping itu, ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamine serta peningkatan aktivasi pada sistem kekebalan tubuh juga bisa memicu skizofrenia. Ibu hamil jug mesti waspada terhadap gangguan mental ini, sebab kekurangan nutrisi dan paparan racun serta virus bisa meningkatkan risiko anak mengidap skizofrenia.
Selain hal di atas, ada pula beberapa faktor lainnya yang bisa memicu skizofrenia. Contohnya:
-
Faktor genetik dari orangtua.
-
Bentuk struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal.
-
Lahir dengan kondisi prematur.
-
Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamine.
-
Kekurangan oksigen, nutrisi, dan terkena virus saat didalam kandungan.
-
Peningkatan aktivasi pada sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, faktor lingkungan juga diduga bisa menyebabkan skizofrenia pada anak. Menurut beberapa penelitian, wanita hamil dengan tingkat stres yang tinggi bisa menyebabkan skizofrenia pada keturunan mereka. Tak cuma itu saja, faktor lingkungan yang bisa memicunya. Kehilangan orangtua di masa kecil atau kekerasan fisik pada anak diduga bisa memicu skizofrenia pada anak.
Baca juga: Skizofrenia Dialami Bumil, Ternyata Ini Dampaknya
Ada satu hal lain yang mesti diwaspadai. Ternyata, penyalahgunaan narkoba juga bisa memicu terjadinya skizofrenia. Ingat, penyalahgunaan narkoba pada anak-anak atau remaja bukanlah barang baru. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, sebanyak 5,9 juta anak-anak menjadi pecandu narkoba.
Kecanduan narkoba memang bisa menimbulkan sederet masalah bagi otak. Salah satunya gangguan jiwa berat atau skizofrenia. Selain itu, kecanduan narkoba jenis ganja juga sering dikaitkan dengan kondisi neuropsikiatri seperti skizofrenia.
Pengguna narkoba jenis ini bisa mengalami penurunan kualitas pada talamus otak. Kerusakan ini menyerupai kerusakan yang ditemukan pada pengidap skizofrenia.
Peran Penting Terapi
Ingat, jangan menganggap remeh kondisi mental ini. Hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkan skizofrenia secara total. Namun, ada terapi berupa perawatan psikososial atau rehabilitasi yang efektif dapat membuat pengidap skizofrenia memiliki kehidupan yang produktif, sukses, dan mandiri. Dengan obat dan terapi yang tepat, sekitar 25 persen dari pengidap skizofrenia bisa sembuh.
Selain itu, terapi psikososial juga bisa bermanfaat bagi pengidap skizofrenia. Contoh terapi ini adalah terapi keluarga, pengobatan komunitas asertif, dukungan pekerjaan, remediasi kognitif, pelatihan keterampilan, terapi perilaku kognitif (CBT), intervensi modifikasi perilaku, dan intervensi psikososial untuk penggunaan zat, dan pengaturan berat badan.
Baca juga: Inilah Jenis-Jenis Skizofrenia yang Perlu Diketahui
Meski menjadi jenis penyakit yang akan diidap seumur hidup, tetapi penggunaan obat tertentu disinyalir mampu mengurangi tingkat keparahan gejalanya, sehingga pengidap bisa tetap beraktivitas seperti biasa.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
US National Library of Medicine National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Schizophrenia.
WHO. Diakses pada 2020. Schizophrenia.
NHS Choices UK. Diakses pada 2020. Health A-Z. Schizophrenia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Diseases and Conditions. Schizophrenia.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan