Ketahui 6 Kesalahpahaman Mengenai Terapi

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   14 Juni 2020
Ketahui 6 Kesalahpahaman Mengenai Terapi Ketahui 6 Kesalahpahaman Mengenai Terapi

Halodoc, Jakarta – Psikoterapi atau yang biasa disebut dengan “terapi” adalah bentuk perawatan yang bertujuan untuk menghilangkan tekanan emosional dan masalah kesehatan mental. Terapi harus dilakukan oleh profesional terlatih seperti psikiater, psikolog, pekerja sosial atau konselor berlisensi. Terapi biasanya terdiri dari berbagai jenis perawatan dan strategi tertentu tergantung kondisi yang dialami seseorang. 

Namun, ada banyak kesalahpahaman mengenai terapi yang telah berkembang di masyarakat. Kesalahpahaman ini membuat sebagian orang enggan untuk melakukan terapi. Berikut sejumlah kesalahpahaman mengenai terapi yang perlu diluruskan. 

Baca juga: Kapan Seseorang Membutuhkan Psikoterapi?

Sejumlah Kesalahpahaman Mengenai Terapi

Melansir dari Psychology Today, ada banyak mitos tentang terapi yang selama ini berkembang di masyarakat, di antaranya:

  1. Terapi Hanya untuk Orang yang Gila atau Sakit Mental 

Selama ini terapi dianggap hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mengidap gangguan mental. Padahal, seseorang yang masih merasa sehat juga bisa melakukan terapi apabila mereka punya masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti masalah dengan hubungan, keraguan diri, kepercayaan diri, harga diri, stres kehidupan kerja, transisi kehidupan, depresi, dan kecemasan. 

  1. Terapis Hanya Duduk di Belakang Meja

Terapis yang terlatih tahu bahwa jarak antara mereka dan klien penting agar terapi berjalan dengan baik. Adanya jarak dengan klien dapat menciptakan otoritas dan intimidasi yang halus. Akibatnya, klien bisa merasa tidak nyaman atau untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan perawatan. Terapis yang terlatih pasti akan bertanya apakah jaraknya nyaman dan tidak membuat catatan sampai sesi berakhir.

  1. Terapis dan Klien Harus Berhubungan Dekat

Hubungan terapeutik adalah hubungan psikologis yang intim tetapi sangat profesional. Ada komitmen dan etika yang harus dipegang teguh oleh terapis bahwa hubungan dengan klien terbatas pada sesi konseling, email, telepon, atau kontak teks yang diperlukan. Dokter yang melanggar batas antara hubungan profesional dapat kehilangan lisensinya. 

  1. Terapis Kebanyakan Hanya Bicara

Adegan yang ditayangkan dalam berbagai film dan acara TV kebanyakan menggambarkan terapis hanya mendengarkan klien curhat, mengangguk setuju, dan kemudian memberikan kata-kata untuk menenangkan kliennya. Pada kenyataannya, terapis sudah dilatih aktif berkolaborasi dengan klien dan melibatkan klien untuk menyelesaikan masalahnya bersama-sama. 

Baca juga: Inilah Hal yang Menyebabkan Prasangka

Bersama-sama dengan terapis, klien akan dibantu untuk mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, dan memantau kemajuan dengan memberikan pekerjaan rumah dan tugas membaca sebagai bagian dari proses.

  1. Terapis Dapat Meresepkan Obat

Terapis bisa mencakup pekerja sosial berlisensi, terapis perkawinan berlisensi dan terapis keluarga, konselor praktik berlisensi dan psikolog berlisensi. Terapis dilatih untuk punya keterampilan membantu klien agar dapat mengatasi masalah mereka.

Sedangkan psikiater adalah dokter medis yang biasanya melakukan praktek untuk meresepkan dan memantau obat-obatan psikotropika. Psikiater perlu bekerja sama dengan terapis agar dapat meresepkan obat-obatan yang tepat kepada pasien. 

  1. Terapi dapat Menyelesaikan Masalah dalam Satu atau Dua Sesi

Satu sesi terapi dapat menghabiskan waktu rata-rata sekitar 50 hingga 60 menit dan sesi pertama pada dasarnya adalah sesi berkenalan saja. Untuk sampai pada inti masalah, terapis membutuhkan lebih banyak tergantung masalah yang dihadapi klien. 

  1. Terapis Dapat Membuat Klien Merasa Lebih Baik Setiap Sesi

Klien adalah peserta aktif sementara terapis membantu mereka menghadapi dan mengungkap apa pun yang mengganggu pikirannya. Proses itu membutuhkan waktu dan awalnya bisa sulit dan menyakitkan. Perasaan yang muncul adalah bagian dari proses terapeutik. 

Baca juga: Waspada, Ini Dampak Sering Curhat di Media Sosial

Itulah sejumlah mitos atau kesalahpahaman mengenai terapi yang berkembang di masyarakat. Kalau kamu berencana untuk menjalani terapi dan masih ada hal yang ingin ditanyakan, kamu bisa berdiskusi dengan psikolog melalui aplikasi Halodoc. Lewat aplikasi, kamu dapat menghubungi psikolog kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.

Referensi:
Psychology Today. Diakses pada 2020. 10 Common Myths About Therapy.
Psychology Today. Diakses pada 2020. Therapy.