Ketahui Cara Pencegahan Sindrom Marfan Sejak Dini
Halodoc, Jakarta – Sindrom marfan merupakan satu kondisi yang terjadi karena gangguan genetik. Penyakit ini menyerang jaringan ikat, seperti tulang sejati, tulang rawan, ligamen, tendon, dan adiposa (lemak). Sederhananya, jaringan ikat adalah jaringan yang menyatukan atau menghubungkan sel-sel, organ, dan jaringan tubuh.
Kabar buruknya, penyakit ini sulit, bahkan hampir tidak bisa dicegah. Sebab, sindrom marfan merupakan satu kondisi yang terjadi karena kelainan genetik. Selain tidak bisa dicegah, penyakit ini ternyata juga tidak bisa diobati. Meski demikian, sindrom ini adalah kondisi yang sama sekali tidak boleh dianggap remeh. Sindrom marfan tetap membutuhkan pengobatan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.
Pengobatan yang diberikan untuk pengidap penyakit ini tergantung dari gangguan dan gejala yang dialami. Prosedur yang mungkin dilakukan meliputi perbaikan aorta, skoliosis, koreksi tulang dada, dan kelainan mata. Pengobatan terhadap kondisi ini umumnya dilakukan melalui prosedur operasi.
Gejala Sindrom Marfan
Oleh karena menyerang jaringan ikat yang terdapat di seluruh tubuh, gejala yang muncul karena kelainan ini bisa terjadi di bagian tubuh mana saja. Ada bagian tubuh yang sering mengalami gejala, di antaranya:
1. Sistem Kardiovaskular
Dampak sindrom marfan bisa terjadi pada sistem kardiovaskular dan menjadi gejala yang paling berbahaya. Sebab, kerusakan jaringan ikat terjadi di arteri besar yang vital, yaitu aorta. Beberapa gejala sistem kardiovaskular terkait sindrom marfan adalah aneurisma aorta atau aorta membesar dan berisiko ruptur.
Tak hanya itu, diseksi aorta juga berisiko terjadi. Diseksi aorta adalah kondisi terjadi robekan pada lapisan paling dalam dari dinding aorta, sehingga terjadi penumpukan darah yang menyebabkan tekanan antara lapisan dalam dan lapisan luar aorta yang juga berujung ke ruptur aorta. Sindrom marfan juga dapat menyebabkan kerusakan katup jantung berupa malformasi dan gangguan elastisitas yang menyebabkan gagal jantung.
2. Penglihatan
Sindrom marfan juga bisa memicu munculnya gejala di organ penglihatan dan menyebabkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa atau ektopia lentis merupakan kondisi lensa tidak berada pada posisi anatomis yang normal karena terjadi kelemahan di struktur yang menopang kedudukan lensa.
Tak hanya itu, penyakit ini juga bisa menyebabkan gejala lain pada penglihatan. Penyakit ini bisa menyebabkan masalah retina, yaitu terjadi peningkatan risiko lepasnya atau robeknya retina yang berakibat fatal pada penglihatan pengidap. Pengidap sindrom marfan cenderung mengalami glaukoma atau katarak pada usia relatif muda. Glaukoma adalah kondisi yang menyebabkan peningkatan tekanan pada mata, sedangkan katarak adalah kondisi lensa mata mengalami kekeruhan.
3. Sistem skeletal
Sindrom marfan juga bisa mengganggu perkembangan tulang. Alhasil, penyakit ini sering menyebabkan gangguan postur, seperti skoliosis, kecekungan dan kecembungan pada tulang dada, nyeri kaki, serta nyeri punggung bawah.
Pengidap sindrom marfan juga berisiko mengalami komplikasi saat hamil. Kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan di dinding aorta, sehingga pada kehamilan ketika jantung harus memompa darah lebih dari biasanya, beban di aorta meningkat yang dapat menyebabkan ruptur diseksi aorta.
Cari tahu lebih lanjut seputar sindrom marfan atau gangguan lain dengan bertanya kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lebih mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar masalah kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan