Ketahui Cara Kerja Antibodi dalam Melawan Virus COVID-19
Halodoc, Jakarta - Penyebaran dan infeksi virus corona masih terus terjadi. Bahkan, kini penyebarannya semakin pesat saja tanpa menunjukkan tanda kapan akan berakhir. Angka penularan semakin tinggi, angka kematian pun melonjak. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, penambahan kasus baru penyakit COVID-19 setiap harinya kini telah menembus angka lebih dari 6 ribu dengan total kasus mencapai lebih dari 600 ribu. Angka ini dihitung dari mulai awal ditemukannya kasus virus corona pada Maret lalu.
Pemerintah tak hentinya mengimbau pada seluruh lapisan masyarakat untuk terus menjalankan protokol kesehatan sembari menunggu kapan vaksin siap digunakan, seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Tak hanya saat beraktivitas di luar, tetapi juga di dalam rumah. Pasalnya, kini angka penularan tertinggi kasus penyakit mematikan ini hadir dari keluarga.
Baca juga: Virus Corona Menyebar Luas, Ini Beberapa Gejalanya
Cara Kerja Antibodi dalam Melawan Virus
Ketika virus masuk dan menginfeksi tubuh, segera tubuh akan menciptakan antibodi untuk melawan virus tersebut. Lalu, bagaimana sebenarnya antibodi ini bekerja dalam melindungi tubuh dan melawan infeksi virus yang masuk? Simak pembahasannya di bawah ini, yuk!
Sistem imunitas tubuh ternyata tersusun atas beberapa bagian. Ini termasuk pula respons dari garda atau lini pertama yang melibatkan sel-sel kekebalan tubuh, sebagai pengingat tubuh akan bagian sel yang diserang dan memicu infeksi. Respons yang muncul ini mengarah pada proses aktivasi yang kemudian dikenal dengan sistem kekebalan adaptif. Sistem ini ternyata sangat penting untuk masa berikutnya.
Sistem kekebalan adaptif ini ternyata memiliki ciri khas yang kemudian dimanfaatkan dalam pembuatan vaksin. Sementara itu, sel kekebalan adaptif sendiri bekerja dengan melibatkan dua jenis limfosit atau sel darah putih, yaitu sel T dan sel B. Sel T bertugas untuk membunuh sel tubuh yang terinfeksi oleh virus dan menghasilkan sejenis protein yang disebut dengan sitokin. Sedangkan sel B, akan bertugas untuk membuat protein antibodi yang bisa menempel pada virus, sehingga tidak masuk ke dalam sel.
Baca juga: Ini yang Harus Diperhatikan saat Isolasi di Rumah Terkait Virus Corona
Selanjutnya, sitokin akan menjalankan tugasnya untuk mengubah sel B menjadi sel dengan usia yang lebih panjang dan bisa menghasilkan antibodi yang lebih baik lagi. Nantinya, sel B inilah yang akan menjadi memori pada imunitas tubuh, sehingga akan dengan cepat merilis antibodi khusus apabila tubuh terkena paparan virus kembali.
Umumnya, kekebalan sel B berikut kekebalan sel T dan antibodi akan bersama-sama melawan virus yang masuk ke dalam tubuh. Meski begitu, studi menemukan bahwa tidak sedikit orang yang terkena paparan virus corona yang memiliki sel T dan antibodi terhadap virus ini. Sayangnya, studi lain menunjukkan bahwa antibodi tubuh yang tidak mampu bekerja dengan lebih baik pada orang dengan kondisi COVID-19 akan membuat gejalanya tidak menghilang selama berminggu-minggu atau bahkan bulan setelah terinfeksi. Kondisi ini disebabkan karena protein mengganggu proses mekanisme pertahanan, bahkan mampu menyerang organ tubuh.
Lalu, Apa yang Terjadi Setelah Infeksi Usai?
Setelah infeksi terjadi, tingkat antibodi akan mulai menurun, tetapi sel T dan sel B akan bertahan lebih lama. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa antibodi COVID-19 akan mengalami penurunan selama tiga bulan. Bahkan, dalam beberapa kondisi antibodi menjadi tidak bisa dideteksi. Lalu, kecepatan dan skala penurunan antibodi ini ternyata berbeda pada pria dan wanita.
Baca juga: Hadapi Virus Corona, Ini Hal yang Harus dan Jangan Dilakukan
Sementara tingkat antibodi yang dibuat dan berapa lama akan bertahan dipengaruhi oleh seberapa parah infeksi dan paparan terjadi. Meski begitu, kabar baru menunjukkan bahwa antibodi untuk penyakit COVID-19, hanya akan mengalami penurunan kecil selama enam bulan setelah infeksi terjadi. Sel T akan mengalami penurunan selama tiga hingga lima bulan dan menjadi lebih stabil setelah enam bulan. Sementara itu, sel B memori akan lebih berlimpah.
Pun, jika infeksi nantinya terjadi kembali, kemungkinan tidak akan separah ketika infeksi pertama, bahkan bisa terjadi tanpa adanya gejala meski hal ini pun tak selalu terjadi. Meski begitu, seseorang yang sudah kebal terhadap virus tetap bisa menularkannya pada orang lain. Ingat bahwa kekebalan tubuh pada setiap orang berbeda.
Jadi, kamu harus selalu menjaga kesehatan agar tidak terpapar virus corona. Tanya pada dokter segera apabila kamu mengalami gejala yang tidak biasa, gunakan aplikasi Halodoc agar tanya jawab lebih mudah dan cepat.