Ketahui 5 Manfaat dari Program Keluarga Berencana
Halodoc, Jakarta - Kamu tentu pernah dengar tentang program keluarga berencana (KB), bukan? Program skala nasional yang diatur dalam UU No. 10 tahun 1992 ini, dijalankan dan diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk di Indonesia.
Secara sederhana, wujud dari program keluarga berencana adalah untuk mencegah dan menunda kehamilan. Namun, manfaat yang dapat diperoleh sebenarnya lebih dari itu. Program ini juga secara khusus dirancang untuk menciptakan kemajuan, kestabilan, kesejahteraan ekonomi, sosial, dan spiritual setiap penduduk.
Baca juga: Cara Memakai Alat Kontrasepsi yang Tepat
Apa Saja Manfaat Program Keluarga Berencana?
Dari segi medis, program keluarga berencana memiliki banyak manfaat, baik bagi kesehatan fisik ataupun mental. Berikut ini beberapa manfaat yang dimaksud:
1.Mencegah Kehamilan yang Tak Diinginkan
Kehamilan yang tak diinginkan tidak hanya bisa terjadi pada pasangan yang belum menikah saja. Pada beberapa kasus, bisa saja terjadi pada pasangan menikah, karena menilai waktu kehamilan tidak sesuai dengan rencana. Misalnya, jarak antara kehamilan anak pertama dan kedua terlalu dekat.
Ada berbagai risiko komplikasi kesehatan yang mungkin terjadi akibat kehamilan yang tidak direncanakan, baik bagi ibu ataupun bayi. Bagi ibu, bisa ada risiko depresi saat hamil dan setelah melahirkan, sedangkan pada bayi bisa meningkatkan risiko lahir prematur, hingga cacat.
Mengutip laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan alat kontrasepsi seperti yang diusung program keluarga berencana, bisa mencegah kehamilan dan risiko kesehatan jangka panjang yang terkait dengan itu.
2.Mengurangi Risiko Tindakan Aborsi
Kehamilan yang tidak direncanakan dapat meningkatkan risiko aborsi, terutama yang ilegal dan bisa berakibat fatal. Perlu diketahui bahwa di Indonesia, praktik aborsi dianggap ilegal, kecuali dengan pengawasan dokter, dan didasari oleh alasan medis yang kuat.
Baca juga: Tips Memilih Kontrasepsi untuk Wanita
3.Mengurangi Risiko Kematian Ibu dan Bayi
Komplikasi kehamilan yang berbahaya sangat rentan dialami oleh ibu yang hamil dan melahirkan di usia terlalu dini. Beberapa risiko komplikasi yang dapat dihadapi oleh ibu yang hamil di usia sangat muda adalah fistula obstetri, infeksi, perdarahan hebat, anemia, dan eklampsia.
Hal ini umumnya terjadi karena tubuh belum “matang” secara fisik maupun biologis. Akibatnya, sang ibu lebih berisiko mengalami dampak dari kehamilan yang tidak direncanakan dengan matang. Risiko berbagai komplikasi ini juga akan meningkat jika sering hamil dengan jarak yang berdekatan.
Selain bagi ibu, risiko komplikasi yang berbahaya juga bisa terjadi pada bayi. Ibu yang hamil dan melahirkan di usia dini bisa menjadi salah satu penyebab bayi lahir prematur, lahir dengan berat badan bayi rendah, dan kekurangan gizi. Bayi juga berisiko mengalami kematian dini.
Hal ini terjadi karena janin bersaing untuk mendapatkan asupan gizi dengan tubuh ibu yang hamil di usia sangat muda, karena sama-sama masih dalam tahap perkembangan. Jika janin tidak mendapatkan cukup asupan gizi dan darah bernutrisi, ia akan gagal berkembang dalam kandungan.
4.Mencegah HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual
Selain mencegah kehamilan, metode keluarga berencana seperti kondom dapat membantu mencegah HIV/AIDS dan penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual seperti sifilis, klamidia, gonore, atau HPV (human papilloma virus) dapat menular dengan mudah melalui hubungan intim.
Perlu diketahui bahwa penyakit tersebut bisa berbahaya bagi janin. Ibu yang terinfeksi HIV atau HPV bisa menularkan penyakit tersebut pada bayinya dan mengakibatkan komplikasi serius. Oleh karena itu, program keluarga berencana juga diharapkan bisa mencegah risiko penyakit ini.
Baca juga: 13 Fakta Tentang Kontrasepsi IUD yang Perlu Diketahui
5.Menjaga Kesehatan Mental Seluruh Anggota Keluarga
Selain risiko kesehatan fisik, ada pula risiko kesehatan mental yang bisa ditanggung karena kehamilan yang tidak direncanakan. Salah satunya adalah berpotensi merampas hak anak untuk tumbuh secara maksimal dari segala aspek, mulai dari tumbuh kembang secara biologis, sosial, dan pendidikan.
Di sisi lain, ibu juga sangat rentan mengalami depresi saat hamil dan setelah melahirkan. Apalagi jika kehamilan terjadi di usia belia atau bahkan ketika pasangan belum siap memiliki anak.
Tak hanya ibu, sebagai tulang punggung keluarga, pria juga juga bisa mengalami depresi selama istrinya hamil atau melahirkan, karena belum siap secara fisik, finansial, hingga mental untuk menjadi seorang ayah.
Oleh karena itu, melalui program keluarga berencana, kamu dan pasangan bisa menentukan sendiri kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak. Hal ini membuat kamu dan pasangan dapat mempersiapkan kehamilan secara fisik, finansial, dan mental dengan lebih baik.
Itulah sedikit penjelasan mengenai manfaat program keluarga berencana, dari segi kesehatan fisik maupun mental. Diskusikan lebih lanjut dengan dokter di aplikasi Halodoc, terkait metode kontrasepsi apa yang paling tepat untuk kamu dan pasangan.
Referensi:
WHO. Diakses pada 2021. Family Planning/Contraception Methods.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2021. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2021. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana.
BKKBN. Diakses pada 2021. BKKBN Optimis Turunkan Angka Kelahiran Total.
Uptodate. Diakses pada 2021. Patient information: Birth control; which method is right for me? (Beyond the Basics).
Healthline. Diakses pada 2021. How to Figure Out Which Birth Control Method Is Right for You.
WebMD. Diakses pada 2021. Birth Control - Overview.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan