Ketahui 4 Penyebab Pendarahan Setelah Operasi Caesar

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   05 Oktober 2020
Ketahui 4 Penyebab Pendarahan Setelah Operasi CaesarKetahui 4 Penyebab Pendarahan Setelah Operasi Caesar

Halodoc, Jakarta – Rachel Maryam, seorang aktris yang kini menjadi Anggota DPR RI, diberitakan sedang dirawat di rumah sakit akibat perdarahan hebat usai menjalani operasi caesar. Wanita yang telah menginjak usia 40-an ini dikabarkan melahirkan anak keduanya pada Jumat (2/10/2020) di RSIA Bunda, Jakarta.

Selain mengalami perdarahan hebat, Rachel juga dikabarkan mengalami koma. Namun, kabar ini ditepis oleh suami dan adiknya. Mereka justru mengatakan bahwa kondisi Rachel saat ini sudah berangsur-angsur pulih. Perdarahan yang dialami Rachel diketahui akibat komplikasi, mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi saat hamil.

Baca juga: Kehamilan di Usia Tua Berisiko Alami Perdarahan Postpartum

Penyebab Pendarahan setelah Operasi Caesar

Pada umumnya, wanita yang menjalani persalinan pervaginam mengalami perdarahan sebanyak 500 cc atau sekitar dua cangkir. Pada proses persalinan caesar, kehilangan darah mungkin bisa dua kali lipat. Pasalnya, rahim memiliki salah satu suplai darah terbesar dari semua organ di tubuh. Dalam setiap persalinan sesar, pembuluh darah besar dipotong saat ahli bedah membuka dinding rahim untuk mendapatkan akses ke bayi.

Ketika seorang wanita kehilangan darah lebih banyak, bisa jadi ada beberapa komplikasi yang menyertainya. Melansir dari Healthline, berikut beberapa penyebab perdarahan hebat setelah menjalani operasi caesar:

1. Perdarahan Postpartum

Kehilangan banyak darah selama persalinan sesar adalah hal yang normal. Namun, bila ibu mengeluarkan darah terlalu banyak, ini bisa disebut perdarahan postpartum. Hal ini dapat terjadi jika organ dipotong, pembuluh darah tidak terpasang sempurna atau keadaan darurat selama persalinan. Wanita yang memiliki masalah pembekuan darah juga bisa membuat pendarahan sulit dihentikan.

Dalam beberapa kasus, kehilangan darah bukanlah masalah. Ibu hamil memiliki sekitar 50 persen lebih banyak darah dibandingkan wanita yang tidak hamil. Namun, perdarahan bisa menjadi keadaan darurat bila jumlahnya terlalu banyak dan tidak kunjung berhenti. Setelah menerima perawatan, kebanyakan wanita sembuh total dalam beberapa minggu. 

Dalam beberapa kasus, dokter memberikan transfusi darah selama atau setelah operasi caesar. Obat-obatan, cairan intravena, suplemen zat besi, dan makanan bergizi atau vitamin dianjurkan untuk membantu ibu mendapatkan energinya kembali dan suplai darah yang mencukupi setelah mengalami pendarahan.

2. Atonia Uteri

Setelah bayi dan plasenta dilahirkan, rahim harus berkontraksi untuk menutup pembuluh darah yang memasok plasenta selama kehamilan. Atonia uteri terjadi ketika uterus tetap rileks. Kondisi ini bisa terjadi setelah persalinan yang berlangsung lama atau kelahiran bayi yang berukuran cukup besar atau kembar. Jika uterus mengalami atonia, perdarahan mungkin terjadi sangat cepat. Untungnya, ada beberapa obat yang sangat efektif untuk mengobati atonia uteri. 

Sebagian besar obat ini merupakan variasi zat alami dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Dengan penggunaan prostaglandin, komplikasi jangka panjang dari atonia uteri sangat jarang terjadi. Jika obat tidak bekerja dan perdarahan terus menerus terjadi, operasi pengangkatan rahim mungkin diperlukan.

Baca juga: Melahirkan Caesar? Ini yang Harus Diketahui Ibu

3. Laserasi

Terkadang sayatan sesar tidak cukup lebar untuk dilalui bayi, terutama bila ukuran bayinya sangat besar. Saat bayi dilahirkan melalui sayatan, sayatan dapat merobek area yang tidak diinginkan oleh dokter bedah. Area di sebelah kanan dan kiri rahim memiliki arteri dan vena besar yang bisa robek tanpa sengaja. Jika dokter melihat adanya robekan yang tidak disengaja tersebut, robekan harus segera diperbaiki dengan aman sebelum ibu kehilangan darah terlalu banyak.

Robekan ini sangat berisiko memengaruhi pembuluh darah di dekat rahim. Di lain waktu, dokter mungkin tidak sengaja memotong arteri atau organ di sekitarnya selama operasi. Misalnya, pisau terkadang mengenai kandung kemih saat persalinan sesar karena letaknya sangat dekat dengan rahim. Laserasi ini bisa menyebabkan pendarahan hebat, sehingga membutuhkan jahitan dan perbaikan ekstra. Dalam kasus yang jarang terjadi, kerusakan pada organ lain membutuhkan operasi kedua untuk memperbaikinya.

4. Plasenta Akreta

Saat embrio kecil masuk ke dalam rahim, sel-sel yang akan membentuk plasenta mulai berkumpul di dinding rahim. Sel-sel ini disebut trofoblas. Umumnya trofoblas tumbuh melalui dinding rahim dan masuk ke pembuluh darah ibu. Sel-sel ini berperan penting dalam memindahkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin serta memindahkan produk limbah dari janin ke ibu. Saat janin dan plasenta tumbuh, trofoblas terus mencari pembuluh darah untuk mendukung pertumbuhan janin.

Ketika rahim telah rusak (misalnya dari persalinan sesar sebelumnya), lapisan fibrosa mungkin tidak menghentikan trofoblas untuk tumbuh jauh ke dalam rahim ibu. Sel bahkan bisa menyebar ke organ lain, seperti kandung kemih. Nah, kondisi inilah yang disebut dengan plasenta akreta. Kondisi ini sangat umum terjadi pada wanita yang pernah menjalani persalinan sesar sebelumnya. 

Kabar baiknya plasenta akreta kini mudah dikenali, sehingga komplikasinya bisa dicegah lebih dini. Kabar buruknya, hampir semua kasus plasenta akreta membutuhkan histerektomi untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. 

Baca juga: Mau Cepat Pulih dari Operasi Caesar? Ini Tipsnya

Itulah beberapa kondisi yang bisa menyebabkan perdarahan hebat setelah operasi caesar. Bila ibu punya pertanyaan lain seputar kehamilan maupun persalinan, jangan ragu untuk bertanya langsung dengan dokter spesialis kandungan lewat aplikasi Halodoc. Tidak perlu repot ke luar rumah, lewat aplikasi ini, ibu bisa menghubungi dokter kapan dan di mana saja via Chat atau Voice/Video Call.

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Cesarean Section Complications.
Parenting Firstcry. Diakses pada 2020. Bleeding After Caesarean Delivery: Everything You Should Know.