Kerap Disamakan, Ini Beda Gejala Skizofrenia dan Psikosis
“Gejala skizofrenia ditandai dengan khayalan, halusinasi, dan bicara melantur. Sementara psikosis, yakni agitasi, delusi, halusinasi, dan pemikiran atau perilaku yang tidak teratur.”
Halodoc, Jakarta – Skizofrenia dan psikosis adalah dua kondisi yang berhubungan dengan kesehatan mental. Meski sama-sama gangguan psikologis, keduanya memiliki perbedaan mendasar, yakni dari gejalanya.
Skizofrenia adalah gangguan kesehatan mental yang dapat menyebabkan psikosis. Pengidap kondisi ini dapat mengalami gejala psikosis. Namun, tidak semua pengidap psikosis mengalami skizofrenia.
Sementara psikosis membuat pengidapnya tidak bisa membedakan khayalan dan kenyataan. Gejalanya dapat berupa halusinasi, delusi, dan agitasi. Penyebabnya, yakni penggunaan zat, kurang tidur, atau kondisi seperti skizofrenia.
Perbedaan Gejala Skizofrenia dan Psikosis
Berikut beberapa perbedaan antara gejala skizofrenia dan psikosis:
Skizofrenia
Beberapa gejala skizofrenia di antaranya:
- Khayalan.
- Halusinasi.
- Pembicaraan yang melantur.
- Gelisah, kurang bergerak, dan gerakan tidak menentu.
- Gejala negatif, seperti tidak memiliki emosi dan kurangnya motivasi hidup.
Beberapa pengidap skizofrenia juga mengalami gejala psikotik, seperti:
- Paranoia. Contohnya, mereka berpikir jika sedang dimata-matai atau dikendalikan oleh orang lain.
- Memiliki keyakinan bahwa orang lain bisa membaca pikiran mereka.
- Mempercayai bahwa peristiwa memiliki arti. Misalnya, membenarkan kalau berita di televisi adalah pesan khusus untuk mereka.
- Khayalan tentang keagungan. Misalnya, percaya bahwa mereka adalah orang penting, sangat kuat, atau memiliki kekuatan khusus.
- Mendengar suara-suara yang tidak ada. Misalnya, mendengar bisikan di luar nalar, seperti mereka adalah utusan malaikat.
- Mengalami kesulitan melakukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti bebenah dan merawat diri.
- Sulit membuat perencanaan.
- Mengalami gejala katatonia. Misalnya, gerakan berulang, atau berkurangnya respons terhadap lingkungan.
Mau tahu obat-obatan untuk mengatasi skizofrenia yang bisa diresepkan oleh dokter? Baca di artikel ini: “Kenali Jenis Obat Skizofrenia yang Umumnya Dokter Resepkan“
Psikosis
Adapun gejala yang terkait dengan psikosis, antara lain:
- Agitasi. Menggambarkan gerakan fisik atau aktivitas verbal yang berlebihan. Gejala mencakup tekanan emosional, kegelisahan, atau sering mondar-mandir.
- Delusi. Ini adalah keyakinan salah dan tidak berdasarkan pada kenyataan. Pengidap tidak akan mengubah keyakinannya, bahkan ketika diberi bukti bahwa keyakinan itu salah. Misalnya, percaya bahwa seorang artis jatuh cinta dengan mereka, meskipun tidak pernah bertemu.
- Pemikiran atau perilaku yang tidak teratur. Ini termasuk ucapan, tulisan, atau pemikiran yang sulit dipahami. Gejala ini dapat mempersulit pengidap untuk berkomunikasi dengan orang lain.
- Halusinasi. Terjadi ketika pengidap merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Misalnya, mendengar, melihat, mencium, mengecap, dan merasakan hal-hal yang terasa nyata bagi mereka, tetapi sebenarnya tidak ada.
Sementara tanda peringatan dini dari pengidap psikosis yang membutuhkan penanganan segera, antara lain:
- Kesulitan fokus.
- Menjadi lebih jorok dan sulit menjaga kebersihan.
- Respons emosional yang tidak tepat. Misalnya, tertawa saat lawan bicara menceritakan kisah sedihnya, atau sebaliknya.
- Menarik diri dari lingkungan pertemanan atau sosial.
Sederhananya, skizofrenia adalah masalah kesehatan mental yang memiliki banyak gejala dan psikosis bisa menjadi salah satunya. Sementara psikosis adalah gejala yang mengacu pada ‘hilangnya kontak dengan kenyataan’.
Pengidap dengan skizofrenia cenderung memiliki gejala psikotik. Namun, pengidap psikotik belum tentu mengalami skizofrenia. Kabar baiknya, keduanya dapat mengonsumsi obat antipsikotik dan psikoterapi untuk mengendalikan gejalanya.
Obat antipsikotik bertujuan untuk membantu mengelola gejala psikosis. Sementara psikoterapi bertujuan untuk mengubah cara pandang dan perilaku pengidap menjadi lebih positif. Kombinasi perawatan juga direkomendasikan untuk memberikan hasil terbaik.
Selain mengonsumsi antipsikotik dan psikoterapi, pengidap juga sebaiknya mengonsumsi suplemen untuk membantu meningkatkan kesejahteraan tubuh.
Dapatkan juga informasi lain seputar kesehatan mental, gaya hidup dan pola hidup sehat lainnya dengan download Halodoc sekarang juga!
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2023. Understanding the Difference Between Psychosis and Schizophrenia.
Very Well Health. Diakses pada 2023. Psychosis vs. Schizophrenia: What’s the Difference?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan