Keracunan Merkuri dalam Jangka Panjang Ganggu Fungsi Otak
Halodoc, Jakarta – Keracunan merkuri adalah akibat dari terpapar merkuri terlalu banyak, baik melalui makanan maupun lingkungan. Merkuri adalah logam berat yang sangat beracun bagi manusia.
Mengonsumsi makanan yang mengandung merkuri adalah penyebab paling umum keracunan merkuri. Keracunan ini dapat menyebabkan gejala parah dan menempatkan tubuh pada risiko kesehatan tertentu. Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh International Weekly Journal of Science, keracunan merkuri dapat menyebabkan gangguan fungsi otak. Selengkapnya di sini!
Gangguan Fungsi Otak karena Merkuri
Makan-makanan laut yang mengandung merkuri dapat memengaruhi perkembangan otak anak-anak di masa remaja mereka. Studi ini memicu perdebatan yang sedang berlangsung tentang efek kesehatan dari bentuk merkuri yang disebut methylmercury, yang terakumulasi pada hewan laut besar, seperti ikan pedang dan paus.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa merkuri dapat mengganggu perkembangan bayi di dalam rahim, tetapi ada sedikit bukti bahwa anak yang lebih tua juga mengidap masalah perkembangan setelah terpapar racun.
Temuan menunjukkan bahwa segala kerusakan yang dilakukan karena paparan merkuri sebelum kelahiran atau di masa kanak-kanak tidak bisa diperbaiki ketika anak-anak tumbuh. Dan paparan merkuri yang berkelanjutan dapat terus memengaruhi otak remaja.
Baca juga: 6 Bahaya Kandungan Merkuri dalam Kosmetik
Semua manusia terpapar merkuri pada tingkat tertentu. Kebanyakan orang terpapar dengan kadar merkuri yang rendah, seringkali melalui paparan kronis (kontak jangka panjang terus menerus atau intermiten).
Namun, beberapa orang terpapar merkuri tingkat tinggi, termasuk paparan akut (paparan yang terjadi dalam waktu singkat, seringkali kurang dari sehari). Contoh paparan akut adalah paparan merkuri karena kecelakaan industri.
Faktor-faktor yang menentukan apakah efek kesehatan terjadi dan tingkat keparahannya meliputi:
-
Jenis merkuri yang bersangkutan.
-
Dosis.
-
Usia atau tahap perkembangan orang yang terpapar (janin paling rentan).
-
Durasi paparan.
-
Rute paparan (penghirupan, konsumsi atau kontak kulit).
Adapun paparan merkuri di dalam rahim dapat terjadi akibat konsumsi ikan dan kerang oleh ibu. Ini dapat memengaruhi otak dan sistem saraf bayi yang sedang tumbuh. Efek kesehatan utama dari methylmercury adalah gangguan perkembangan neurologis.
Ini mencakup pemikiran kognitif, memori, perhatian, bahasa, dan keterampilan motorik halus dan kemampuan visual yang mungkin terpengaruh pada anak-anak yang terpapar jenis methylmercury sejak janin.
Baca juga: Hati-Hati Bahaya Merkuri pada Ikan
Elemental dan methylmercury adalah racun bagi sistem saraf pusat dan perifer. Menghirup uap merkuri dapat menghasilkan efek berbahaya pada sistem saraf, pencernaan dan kekebalan tubuh, paru-paru dan ginjal, serta mungkin berakibat fatal.
Garam anorganik merkuri bersifat korosif terhadap kulit, mata, dan saluran pencernaan, serta dapat menyebabkan toksisitas ginjal jika tertelan. Gangguan neurologis dan perilaku dapat diamati setelah inhalasi, konsumsi, ataupun paparan kulit dari senyawa merkuri yang berbeda.
Gejalanya adalah termasuk tremor, insomnia, kehilangan memori, efek neuromuskular, sakit kepala dan disfungsi kognitif dan motorik. Efek akibat merkuri pada sistem kerja ginjal dapat dilihat dari peningkatan protein dalam urine hingga gagal ginjal.
Mengetahui bagaimana keracunan merkuri dapat memberikan dampak jangka panjang dalam perkembangan gangguan fungsi otak. Ingin tahu lebih lanjut mengenai hal ini baca selengkapnya di Halodoc .
Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol kapan dan di mana saja lewat Video/Voice Call atau Chat.
Referensi:
WHO. Diakses pada 2019. Mercury and health.
Medical News Today. Diakses pada 2019. Mercury poisoning: Symptoms and treatment.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan