Keputihan saat Hamil, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Keputihan saat hamil dapat disebabkan oleh infeksi jamur.
DAFTAR ISI
Keputihan saat hamil adalah hal yang umum terjadi dan sering memunculkan rasa khawatir. Sebenarnya, keputihan adalah cairan alami yang diproduksi tubuh untuk menjaga kebersihan dan keseimbangan area kewanitaan.
Namun, selama kehamilan, perubahan hormon sering kali membuat produksi cairan ini meningkat. Keputihan yang normal biasanya berwarna bening atau putih, tidak berbau, dan tidak menimbulkan rasa gatal atau nyeri.
Meski begitu, keputihan juga bisa menjadi tanda adanya infeksi atau masalah kesehatan jika warnanya berubah, berbau menyengat, atau disertai gejala lain seperti rasa perih.
Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk memahami penyebab dan cara mengatasi keputihan ini agar kesehatan ibu dan janin tetap terjaga. Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Kenali Berbagai Penyebab Keputihan saat Hamil
Keputihan normal saat hamil umumnya berwarna putih atau bening, tidak berbau, dan teksturnya encer atau sedikit kental.
Biasanya mulai muncul sejak trimester pertama dan meningkat menjelang akhir kehamilan. Selama tidak disertai bau, gatal, atau nyeri, ini adalah hal wajar.
Namun, ibu hamil juga perlu mewaspadai berbagai penyebab keputihan di masa kehamilan, khususnya jika disertai dengan perubahan warna dan rasa nyeri pada vagina.
Penyebab tersebut meliputi:
1. Penggunaan Antibiotik atau Steroid
Penggunaan antibiotik atau steroid dalam jangka waktu tertentu dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di area kewanitaan.
Ketidakseimbangan ini memicu pertumbuhan jamur berlebih, seperti Candida albicans, yang menjadi penyebab infeksi jamur.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan keputihan yang lebih kental, berwarna putih menyerupai warna keju, dan bisa disertai rasa gatal atau perih.
2. Infeksi Jamur
Infeksi jamur adalah salah satu penyebab keputihan yang paling umum saat hamil.
Hal ini terjadi karena perubahan hormon selama kehamilan yang meningkatkan kadar gula di area vagina, menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan jamur.
Gejala keputihan akibat infeksi jamur ditandai dengan munculnya cairan keputihan bertekstur tebal, putih, dan menggumpal, serta dapat menimbulkan rasa gatal, panas, atau iritasi di sekitar vagina.
3. Vaginosis Bakterial
Vaginosis bakterial terjadi akibat ketidakseimbangan flora bakteri di vagina, di mana jumlah bakteri jahat lebih banyak dibandingkan bakteri baik.
Kondisi ini sering menyebabkan keputihan berwarna abu-abu atau putih dengan bau yang menyengat, seperti bau amis.
Vaginosis bakterial tidak hanya mengganggu, tetapi juga dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan jika tidak segera ditangani.
4. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.
Infeksi ini dapat menyebabkan keputihan yang berwarna kuning atau hijau, berbuih, dan disertai bau yang tidak sedap.
Selain itu, gejala lainnya meliputi rasa gatal, nyeri saat buang air kecil, atau rasa tidak nyaman pada vagina juga sering muncul.
5. Vaginitis
Vaginitis adalah istilah umum untuk peradangan pada vagina yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau parasit, serta iritasi akibat bahan kimia.
Keputihan akibat vaginitis dapat bervariasi, baik dari segi warna, bau, hingga konsistensi, tergantung pada penyebabnya.
Umumnya akan disertai gejala lain termasuk rasa gatal, iritasi, atau nyeri di area vagina.
Bagaimana Cara Mengatasi Keputihan saat Hamil?
Keputihan saat hamil umumnya merupakan kondisi normal, namun penting untuk mengatasinya dengan cara yang tepat agar kesehatan ibu dan janin tetap terjaga.
Berikut beberapa cara yang bisa membantu mengatasi keputihan saat hamil:
1. Hindari Douching
Douching, yaitu membilas bagian dalam vagina dengan cairan tertentu, seperti sabun kewanitaan, sebaiknya tidak dilakukan saat hamil.
Hal ini dapat mengganggu keseimbangan pH alami vagina dan meningkatkan risiko infeksi. Sebaiknya biarkan vagina membersihkan dirinya sendiri secara alami.
2. Gunakan Panty Liner Jika Diperlukan
Panty liner adalah pelindung tambahan yang bisa digunakan untuk menyerap keputihan agar pakaian dalam tetap kering dan nyaman.
Namun, penting untuk memilih panty liner yang berbahan lembut dan tidak mengandung bahan kimia yang bisa menyebabkan iritasi.
Gunakan panty liner hanya saat dibutuhkan dan pastikan menggantinya secara teratur agar area intim tetap bersih dan kering.
3. Hindari Pakaian Dalam Ketat
Memakai pakaian dalam yang terlalu ketat dapat menghambat sirkulasi udara di sekitar area kewanitaan, yang dapat menyebabkan kelembapan berlebih.
Kondisi ini bisa memicu pertumbuhan bakteri atau jamur, yang akhirnya berisiko menyebabkan infeksi.
Pilihlah pakaian dalam yang berbahan katun, karena bahan ini lebih menyerap keringat dan memungkinkan kulit untuk bernapas.
4. Cuci dengan Sabun dan Air Hangat saat Mandi
Bersihkan area kewanitaan dengan sabun lembut tanpa pewangi dan air hangat ketika mandi.
Hindari produk pembersih yang keras atau beraroma kuat yang dapat mengganggu keseimbangan bakteri alami vagina.
Disarankan untuk memakai sabun atau tisu yang bebas alkohol untuk membersihkan area kewanitaan. Pastikan memilih produk dengan pH rendah yang mendekati pH alami vagina, yaitu sekitar 3,8 sampai 4,5.
Produk dengan pH rendah membantu menjaga keseimbangan bakteri baik, sehingga risiko infeksi dapat diminimalkan.
Itulah yang perlu ibu hamil ketahui tentang penyebab keputihan saat masa kehamilan, beserta cara mengatasinya.
Apabila keputihan saat hamil terus muncul, terutama disertai gejala seperti bau tidak sedap, perubahan warna, gatal, atau nyeri, sebaiknya periksakan pada dokter obgyn.
Kamu juga bisa menghubungi dokter obgyn melalui Halodoc, agar segera mendapat penanganan yang lebih tepat.
Dengan Halodoc, kamu bisa berkonsultasi di mana saja dan kapan saja dengan cepat dan mudah.
Tunggu apa lagi? Yuk, gunakan aplikasi Halodoc sekarang juga.