Kenapa Orang dengan Obesitas Rentan Mengidap Xanthelasma?
Halodoc, Jakarta – Memiliki benjolan kuning di cekungan mata, siku, lutut dan sendi lainnya? Ada kemungkinan kamu mengidap xanthelasma. Kondisi ini merupakan tanda ataupun gejala kolesterol dan trigliserida mengalami peningkatan.
Kecenderungan orang dengan obesitas dan mengidap diabetes kerap mengalami kondisi ini karena dua kondisi ini kerap dibarengi dengan tingkat kolesterol dan trigliserida yang tidak normal.
Menurut jurnal penelitian yang dipublikasikan oleh The International Academy of Cosmetic Dermatology, obesitas menyebabkan perubahan kondisi pada kulit yang dipicu secara hormonal maupun metabolisme.
Ini memengaruhi kelenjar sebaceous, produksi sebum, kelenjar keringat, limfatik, struktur dan fungsi kolagen, penyembuhan luka, mikro dan makro sirkulasi, dan jaringan lemak subkutan. Benjolan seperti xanthelasma adalah salah satunya.
Baca juga: Obesitas pada Remaja Bisa Sebabkan Masalah Mental
Biasanya tidak gatal atau menyebabkan rasa sakit dan tidak berbahaya. Terkadang bisa pergi sendiri. Jika kamu ingin menghilangkannya, dokter kulit dapat melakukannya dengan pisau bedah, terapi laser atau asam topikal. Namun xanthelasma bisa kembali lagi ketika kamu tidak menjaga pola makan secara benar.
Ini termasuk mengendalikan kadar lemak darah, mengontrol kadar kolesterol dan trigliserida yang abnormal melalui diet atau obat-obatan. Meskipun beberapa orang mengklaim bahwa bawang putih membantu mengurangi xanthomas, secara medis belum ada bukti yang jelas bahwa tindakan tersebut akan membantu. Apalagi bila coba menusuknya dengan jarum, karena itu dapat menyebabkan infeksi.
Mengobati Xanthelasma
Seperti yang dipaparkan di atas, kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida. Metode menurunkan berat badan yang sehat dapat membantu orang yang kelebihan berat badan dan memiliki kondisi xanthelasma.
Disarankan untuk mengonsumsi makanan yang seimbang rendah lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol. Seorang dokter atau ahli gizi kemungkinan akan merekomendasikan makan lebih banyak buah, sayuran, dan biji-bijian. Makanan ini rendah lemak dan tidak mengandung kolesterol.
Baca juga: Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Bisa Pengaruhi Obesitas
Kalau kamu bingung bagaimana mengatur pola makan yang sehat untuk kondisi xanthelasma, jangan ragu untuk mengontak langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Terkait makanan yang harus dihindari berikut adalah jenis makanannya yaitu susu, mentega, keju, dan krim, daging dan lemak babi, kue manis, makanan yang mengandung kelapa atau minyak sawit.
Seseorang harus mengonsumsi lemak sehat sebagai gantinya. Ini dapat ditemukan di ikan berminyak, kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak sayur. Makanan kaya serat larut juga dapat membantu menurunkan kolesterol. Ini termasuk:
-
Kacang dan lentil;
-
Gandum;
-
Beras gandum;
-
Buah sitrus; dan
-
Berolahraga secara teratur.
Aktivitas fisik yang teratur juga penting dalam mengobati xanthelasma. Ini dapat membantu meningkatkan kadar kolesterol HDL, dan menurunkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida. Kegiatan seperti jalan cepat, bersepeda, berenang, dan berlari juga dapat meningkatkan kesehatan jantung dan membantu seseorang menjaga berat badan yang sehat.
Baca juga: Kebiasaan Melewatkan Sarapan Bisa Sebabkan Obesitas
Kolesterol tinggi sangat mudah didiagnosis dengan tes darah yang disebut panel lipid. Dokter akan mengambil sampel darah dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisis. Panel lipid mengukur total kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut ini ukuran kolesterol yang baik:
-
Kolesterol LDL: kurang dari 100 mg/dL
-
Kolesterol HDL: 60 mg/dL atau lebih tinggi
-
Trigliserida: kurang dari 150 mg/dL
Kolesterol LDL umumnya dianggap berada di batas maksimal jika di antara 130 dan 159 mg/dL dan dianggap tinggi jika di atas 160 mg/dL. Sedangkan kolesterol HDL, umumnya dianggap buruk jika di bawah 40 mg/dL.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan