Kenali Terapi CBT untuk Atasi PMS
“PMS atau premenstrual syndrome menunjukkan berbagai gejala yang berbeda pada setiap wanita yang mengalaminya. Beberapa mengalami gangguan pada fisik, beberapa lainnya justru mengarah pada mental. Tentunya, hal ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun, kini PMS bisa diatasi dengan terapi CBT.”
Halodoc, Jakarta – Jadwal menstruasi semakin dekat dan kamu merasa sangat tertekan, murung, dan sangat emosional. Beberapa hari setelah menstruasi datang, kamu merasa lebih baik. Pernah mengalami kondisi demikian? Jika iya, mungkin kamu sedang mengalami sindrom pramenstruasi (PMS) maupun gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD).
Setidaknya, hingga 85 persen wanita pernah mengalami setidaknya satu gejala PMS, dan 3 hingga 8 persen lainnya mengalami PMDD, bentuk PMS yang bisa dibilang lebih buruk. Selain menggunakan obat-obatan dan menjalani perubahan gaya hidup, biasanya dokter juga merekomendasikan wanita yang mengalami PMS maupun PMDD melakukan terapi kesehatan mental untuk membantu mengatasi gejala emosional yang muncul.
Baca juga: Jangan Tertukar, Ini Bedanya PMS dan Dismenore
Wanita yang mengalami PMS sering menunjukkan gejala fisik berupa perut terasa kembung, sakit kepala, tubuh terasa sangat kelelahan, dan nyeri. Lalu, bagaimana dengan gejala emosional PMS dan PMDD? Ternyata, gejala yang muncul bisa dikatakan sangat bervariasi dari setiap wanita, tetapi wanita dengan PMS dan PMDD mungkin mengalami satu atau lebih dari gejala berikut ini antara waktu ovulasi dan awal periode:
- Suasana hati yang tertekan.
- Kemarahan yang tidak dapat dijelaskan.
- Menjadi cepat marah.
- Mudah mengalami perubahan pada suasana hati.
- Mengalami kecemasan dan sensitivitas yang ekstrem.
- Muncul perasaan seperti terbebani.
- Menarik diri dari keadaan sosial.
Jika gejala ini cukup parah untuk mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti pergi bekerja atau sekolah. maka mereka mungkin akan diklasifikasikan sebagai PMDD.
Sebagian besar gejala PMS dapat diatasi dengan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), perubahan pola makan, dan olahraga teratur. Namun, beberapa wanita mungkin membutuhkan perawatan tambahan, seperti terapi kognitif. Faktanya, ada banyak bukti bahwa terapi kognitif adalah cara yang bermanfaat untuk meredakan gejala pramenstruasi.
Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Mood saat Sedang PMS
Terapi CBT untuk Mengatasi Menstruasi
Terapi kognitif telah terbukti membantu orang dengan depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya yang memiliki gejala yang sama dengan PMS dan PMDD. Para peneliti percaya bahwa terapi kognitif dapat membantu wanita memahami bagaimana perubahan hormonal sepanjang siklus menstruasi memengaruhi pemikiran dan suasana hati mereka.
Penelitian telah menunjukkan bahwa terapi kognitif dapat bekerja sama efektifnya seperti antidepresan dalam membantu mengelola PMDD, bahkan mungkin lebih efektif dalam membantu memulihkan kesehatan emosional dalam jangka panjang. Selain itu, terapi kognitif untuk PMS dan PMDD dapat membantu mengurangi kecemasan dan depresi, serta mencegah gejalanya mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
Namun, tetap perlu diingat bahwa penelitian yang dilakukan masih sangat terbatas. Tentunya diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah, dan bagaimana tepatnya, jenis terapi ini dapat meredakan gejala PMS dan PMDD.
Terapi kognitif melibatkan identifikasi dan belajar mengelola pikiran negatif yang dapat membuat kamu merasa sedih dan tertekan. Jika dokter meyakini bahwa terapi kognitif dapat membantu, kamu bisa meminta rujukan ke profesional kesehatan mental yang memiliki pengalaman merawat pasien dengan PMS atau PMDD. Supaya lebih mudah, kamu bisa download dan gunakan aplikasi Halodoc. Jadi, kamu bisa kapan saja bertanya jawab dengan dokter atau psikolog mengenai kondisi yang sedang kamu rasakan.
Baca juga: Sakit Kepala Sebelah, Benarkah Gejala PMS?
Saat sedang menjalani sesi terapi kognitif pertama, kamu mungkin akan berbicara dengan terapis tentang bagaimana perasaanmu berfluktuasi selama siklus menstruasi. Kemudian, dalam sesi terapi reguler, terapis akan mencoba membantu mengidentifikasi pola pikir dan situasi yang memicu perasaan negatif tersebut. Selama sesi, terapis juga mungkin meminta kamu untuk mencatat gejala dan siklus menstruasi pada grafik dan mempraktikkan teknik untuk membantu mengelola gejala yang kamu rasakan.
Sebenarnya, terapi CBT ini bisa dibilang sangat membantu untuk mengelola gejala yang muncul saat mengalami PMS dan PMDD. Mempelajari cara berpikir, merasakan, dan berperilaku baru melalui terapi kognitif bisa membuat kamu dapat mulai mengenali pemicu gejala emosional PMS dan PMDD.