Kenali Tahapan Perkembangan Penyakit Kusta dalam Tubuh

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   19 Oktober 2019
Kenali Tahapan Perkembangan Penyakit Kusta dalam TubuhKenali Tahapan Perkembangan Penyakit Kusta dalam Tubuh

Halodoc, Jakarta - Gangguan pada kulit dapat menjadi pertanda munculnya berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang umum terjadi di Indonesia adalah kusta atau lepra. Penyakit ini dalam dunia medis juga dikenal dengan sebutan penyakit Morbus Hansen. Di samping itu, penyakit ini juga termasuk penyakit tertua yang pernah terjadi.

Penyakit ini termasuk salah satu yang menular dan menyebabkan gangguan yang fatal. Ketika seseorang mengidapnya, kecacatan fisik mungkin saja terjadi. Untuk mencegah gangguan ini menjadi lebih parah, kamu harus tahu tahapan perkembangannya. Berikut tahapan perkembangan penyakit kusta yang dapat terjadi!

Baca juga: Ketahui 3 Jenis Kusta dan Gejala yang Dialami oleh Pengidapnya

Tahapan Perkembangan Penyakit Kusta ketika Terjadi

Penyakit kusta adalah sebuah gangguan infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Infeksi yang terjadi dapat memengaruhi sistem saraf, kulit, lapisan hidung, dan saluran pernapasan bagian atas. Perkembangan bakteri ini sangat lambat untuk memperlihatkan gejalanya, dari 6 bulan hingga 40 tahun.

Saat infeksi tersebut menyebar di tubuh, pengidapnya akan mengalami borok kulit, kerusakan saraf, dan kelemahan otot. Jika tidak mendapatkan perawatan, orang tersebut akan mengalami kecacatan yang parah dan signifikan. Maka dari itu, pengobatan yang tepat harus dilakukan agar tidak menjadi parah.

Sebelum dilakukan pengobatan, kamu harus tahu tahapan perkembangan penyakit lepra pada tubuh agar dapat dicegah dini. Berikut adalah tahapan perkembangannya, yaitu:

  1. Saat Bakteri Masuk ke Tubuh

Awalnya, bakteri penyebab penyakit kusta akan masuk ke tubuh melalui hidung dan terus terdorong ke organ pernapasan. Selanjutnya, bakteri akan masuk ke jaringan saraf dan sel-sel saraf di tubuh. Bakteri ini akan berada di area seperti, selangkangan atau kulit kepala. Pasalnya, area tersebut terbilang lebih dingin.

Bakteri tersebut kemudian akan menetap di sel saraf dan berkembang biak. Umumnya, bakteri tersebut akan dapat membelah diri dengan waktu sekitar 12 hingga 14 hari. Seseorang yang mengalami hal ini umumnya belum mengalami gejala tertentu sehingga dapat dideteksi.

Jika kamu mempunyai pertanyaan terkait penyakit kusta, dokter dari Halodoc dapat menjawabnya. Kamu hanya perlu download aplikasi Halodoc di smartphone yang kamu miliki! Selain itu, kamu juga dapat melakukan pemesanan pemeriksaan fisik secara online melalui aplikasi tersebut.

Baca juga: Jangan Diabaikan, Ini Akibat Kusta yang Tidak Diobati

  1. Saat Penyakit Kusta Makin Berkembang

Setelah beberapa lama, bakteri tersebut akan berkembang biak dan terus berlipat ganda. Ketika terjadi, sistem pertahanan tubuh akan meningkatkan imunitas tubuh. Hal tersebut berakibat sel darah putih semakin banyak diproduksi yang berfungsi untuk membunuh bakteri penyebab infeksi yang dapat berkembang menjadi penyakit kusta.

Saat bakteri tersebut sudah mendapat respons dari tubuh kamu, maka gejala dari penyakit kusta akan terlihat. Kamu mungkin akan mengalami timbulnya bercak-bercak putih pada kulit. Pengidapnya mungkin akan mengalami mati rasa pada area tertentu. Jika hal ini terjadi, penanganan cepat harus dilakukan agar gangguannya tidak menyebar.

Setiap bakteri yang dapat menyebabkan gangguan apapun, termasuk penyakit kusta secara otomatis akan diburu oleh sistem imunitas pada tubuh. Seseorang yang memiliki sistem imun yang kuat tidak akan mengalami gejala yang terlalu parah karena penyebaran infeksinya dapat diredam.

Baca juga: Disebut Penyakit Mematikan, Inilah Awal Mula Penyakit Kusta

Gangguan ini tetap menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit dan membuat pengidapnya mengalami mati rasa. Namun, ketika terjadi pada seseorang dengan sistem imun yang lemah, gejalanya akan lebih parah. Orang tersebut dapat mengalami infeksi pada kulit, otot, ginjal, hingga pembuluh darah. 

Referensi:
MSD Manuals.Diakses pada 2019.Leprosy
Healthline.Diakses pada 2019.Leprosy