Kenali Penyebab Bell's Palsy yang Perlu Diwaspadai
“Banyak ahli yang meyakini bahwa Bell’s palsy terjadi disebabkan oleh virus. Misalnya virus herpes simpleks, herpes zoster, hingga virus yang menyebabkan penyakit lyme.”
Halodoc, Jakarta – Bell’s palsy merupakan kondisi yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan sementara pada otot-otot wajah. Kondisi ini terjadi disebabkan oleh infeksi virus, peradangan, dan pembengkakan saraf kranial ketujuh, yaitu saraf yang mengontrol otot wajah.
Saat bell’s palsy terjadi, wajah seperti terkulai. Biasanya hanya terjadi pada satu sisi wajah, sehingga saat senyum terlihat miring, atau kelopak mata yang tidak menutup. Gejala tersebut dapat berlangsung selama beberapa bulan dan hilang tanpa pengobatan.
Penyebab Bell’s Palsy yang Perlu Dikenali
Kondisi bell’s palsy terjadi ketika saraf kranial ketujuh menjadi bengkak atau tertekan, sehingga mengakibatkan kelemahan atau kelumpuhan wajah. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kerusakan saraf ini. Namun, kebanyakan peneliti meyakini bahwa kondisi ini dipicu oleh infeksi virus.
Virus dan bakteri yang dikaitkan dengan berkembangnya bell’s palsy yaitu:
- Herpes simpleks, yang menyebabkan luka dingin dan herpes genital.
- Human Immunodeficiency Virus (HIV), yang merusak sistem kekebalan tubuh.
- Sarkoidosis, yang menyebabkan peradangan organ.
- Virus herpes zoster, yang menyebabkan cacar air dan herpes zoster.
- Virus epstein-barr, yang menyebabkan mononukleosis.
- Penyakit Lyme, yaitu infeksi bakteri yang disebabkan oleh kutu yang terinfeksi.
Mengutip National Institute of Neurological Disorders and Stroke, para ahli meyakini bahwa infeksi virus yang tidak aktif dapat terbangun kembali sehingga memicu bell’s palsy. Jika kamu stres atau barus aja sakit, dapat menjadi pemicu potensial. Sama halnya dengan trauma fisik yang terjadi, atau bahkan kurang tidur. Kondisi autoimun juga menjadi pemicu yang mungkin menyebabkan bell’s palsy.
Hal diatas dapat terjadi karena saraf wajah bereaksi terhadap infeksi dengan pembengkakan. Sehingga menyebabkan tekanan pada kanal tulang (kanal fallopii) yang dilalui oleh saraf wajah ke sisi wajah.
Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, radang saraf wajah dapat mengurangi aliran darah dan oksigen ke sel saraf. Kerusakan saraf kranial dan sel saraf ini dapat menyebabkan kelumpuhan otot wajah.
Selain karena virus, seseorang berisiko tinggi mengalami bell’s palsy jika:
- Sedang hamil, terutama pada trimester ketiga, atau minggu pertama setelah melahirkan.
- Mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu atau pilek.
- Mengidap diabetes.
- Memiliki tekanan darah tinggi.
- Obesitas.
Penanganan Bell’s Palsy yang Dapat Segera Dilakukan
Umumnya bell’s palsy dapat membaik tanpa pengobatan. Namun, dokter dapat merekomendasikan satu atau lebih dari pengobatan ini untuk meredakan gejala dan agar lebih cepat pulih:
- Obat kortikosteroid, untuk mengurangi peradangan.
- Obat antivirus atau antibakteri, jika bell’s palsy disebabkan oleh virus atau bakteri.
- Obat nyeri bebas resep, seperti ibuprofen atau acetaminophen, yang dapat meredakan nyeri ringan.
- Obat tetes mata, agar mata yang terkena terlumasi dengan baik.
- Penutup mata, untuk mata kering.
- Kompres handuk hangat dan lembab, untuk menghilangkan rasa sakit.
- Pijat wajah.
- Terapi fisik untuk merangsang otot-otot wajah.
Waktu pemulihan dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kerusakan saraf. Jika kerusakan saraf bersifat, ringan, pemulihan dapat berlangsung dalam 2 hingga 3 minggu sejak gejala awal. Jika kerusakan saraf lebih parah, diperlukan waktu 3 hingga 6 bulan untuk melihat perbaikan.
Namun jika kerusakan saraf sangat parah, sebaiknya segera kunjungi dokter di rumah sakit. Kamu dapat mencari dokter pilihan terbaik di aplikasi Halodoc untuk melakukan pemeriksaan. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!