Kenali Pemeriksaan untuk Deteksi Perdarahan Postpartum
Halodoc, Jakarta – Perdarahan postpartum alias postpartum hemorrhage (PPH) adalah satu kondisi yang harus diwaspadai wanita setelah melahirkan. Kondisi ini terjadi saat adanya perdarahan setelah melahirkan dan menjadi penyebab utama kematian pada ibu pasca persalinan. Perdarahan postpartum biasanya ditandai dengan gejala berupa meningkatnya detak jantung, penurunan tekanan darah, demam, serta muncul rasa nyeri tak tertahankan di seputar vagina.
Kondisi ini sangat rentan menyerang wanita, dan bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Selain memperhatikan gejala yang muncul, perdarahan postpartum juga bisa dideteksi dengan beberapa pemeriksaan medis oleh dokter. Cara pemeriksaan yang dilakukan tergantung pada tingkat keparahan dan kondisi tubuh wanita yang mengalami perdarahan postpartum. Biar lebih jelas, simak penjelasan mengenai penyebab perdarahan dan bagaimana cara mendeteksi perdarahan postpartum berikut!
Baca juga: Kehamilan di Usia Tua Berisiko Alami Perdarahan Postpartum
Mengenal Penyebab dan Cara Mendiagnosis Perdarahan Postpartum
Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan seorang ibu mengalami perdarahan setelah melewati persalinan. Salah satu penyebab umum dari perdarahan postpartum adalah terbukanya pembuluh darah pada rahim yang merupakan tempat plasenta melekat selama hamil. Selain itu, perdarahan juga bisa terjadi saat darah keluar dari robekan jalan lahir. Kondisi ini umumnya terjadi pada wanita yang melalui prosedur episiotomi pada proses persalinan.
Selain kedua kondisi itu, perdarahan juga bisa terjadi karena beberapa faktor. Perlu diketahui, tubuh manusia memiliki respon yang berbeda-beda terhadap perdarahan. Pada kondisi yang paling parah, dan dengan ketahanan tubuh yang kurang, wanita yang baru melahirkan bisa mengalami perdarahan postpartum lebih parah. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan perdarahan terjadi secara berlebihan.
Perdarahan postpartum secara berlebihan atau postpartum hemorrhage (PPH) bisa terjadi akibat adanya robekan ataupun sayatan ataupun sayatan episiotomi yang menyebabkan terjadinya perdarahan. Robekan ini berukuran lebar dan terjadi pada perineum atau vagina. Perdarahan juga bisa disebabkan oleh hilangnya tonus otot rahim alias atonia uteri. Kondisi ini menyebabkan otot rahim tidak dapat berkontraksi dan menekan pembuluh darah, sehingga mengurangi aliran darah. Situasi ini yang merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
Baca juga: Pengidap Anemia Rentan Alami Perdarahan Postpartum
Pemeriksaan untuk mendiagnosis kondisi ini bisa dilakukan dengan mengamati gejala yang muncul. Perubahan denyut jantung dan tekanan darah harus selalu diawasi untuk melihat ada atau tidak shock. Jika perdarahan dini sudah terjadi, dokter akan melakukan pemeriksaan pada area perut bawah untuk melihat ada atau tidak kontraksi pada rahim. Selain memeriksa bagian rahim, pemeriksaan juga dilakukan pada plasenta.
Pemeriksaan lanjutan mungkin akan dilakukan jika kondisi dianggap aneh, misalnya rahim terlihat berkontraksi, tetapi perdarahan berlanjut. Saat kondisi ini terjadi, pemeriksaan akan dilanjutkan pada area serviks dan vagina. Pemeriksaan ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum atau anestesi epidural. Jika perdarahan postpartum yang terjadi sudah parah dan ada di tahap akhir, dokter mungkin akan melakukan scan ultrasonik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pemindai pada vagina untuk melihat sisa plasenta pada rahim. Vaginal swab dapat dilakukan untuk melihat apakah ada infeksi atau tidak.
Baca juga: Tanda Ayah Juga Alami Postpartum Depression
Masih penasaran tentang perdarahan postpartum pada ibu hamil dan cara mendeteksinya? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Sampaikan juga keluhan seputar masalah kesehatan dan dapatkan rekomendasi beli obat. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!