Kenali Manfaat dan Risiko dari Permainan Latto-Latto
“Main latto-latto yang pernah dilarang pada tahun 1985, kembali viral beberapa waktu terakhir ini. Ada yang menganggap permainan ini bermanfaat, tak sedikit pula yang beranggapan permainan ini cukup berisiko untuk anak-anak.”
Halodoc, Jakarta – Clackers ball atau lebih populer dengan sebutan latto-latto di Indonesia kembali viral belakangan ini. Tidak hanya anak-anak, permainan ini juga cukup tinggi peminatnya di kalangan orang dewasa. Sebenarnya, apa itu permainan latto-latto?
Latto-latto merupakan mainan berupa pendulum yang memiliki dua buah bola pemberat dengan ukuran sama. Kedua bola pemberat tersebut terikat seutas tali dengan cincin pada bagian atasnya. Mainan ini sebenarnya sudah ada dan populer sejak tahun 1960-an.
Ketika kamu memainkan permainan ini, kedua pendulum ini akan saling memantul dan menimbulkan suara “klak” keras. Permainan ini sebenarnya memiliki tujuan utama untuk membuat bola saling beradu dengan suara sekeras mungkin dan secepat mungkin.
Namun, di balik suara keras dan menyenangkan ketika bermain, ada hal-hal yang perlu orang tua perhatikan sebelum memberikan mainan latto-latto untuk anak.
Manfaat Permainan Latto-Latto
Ketika bermain latto-latto, kamu perlu berkonsentrasi dan fokus untuk membuat kedua bola tetap beradu. Inilah salah satu manfaat dari permainan tersebut, yaitu melatih fokus dan konsentrasi.
Semakin lama kamu ingin membuat bola tetap bergerak seimbang dan lama, semakin tinggi fokus dan konsentrasi yang kamu perlukan. Selain itu, mainan ini juga mampu membantu melatih gerak motorik dan koordinasi anak. Memang benar, kedua hal ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Risiko Permainan Latto-Latto
Ada hal yang perlu orang tua perhatikan terkait mainan ini. Permain latto-latto mungkin sangat menyenangkan, terutama saat anak berhasil membenturkan kedua bola tersebut hingga menghasilkan suara keras.
Namun, semakin keras benturannya, semakin tinggi risiko kedua bola tersebut pecah dan berserakan. Sayangnya, anak-anak terkadang memainkan permainan ini terlalu dekat dengan wajah. Alhasil, ketika bola tersebut pecah, bukan tidak mungkin pecahan materialnya akan masuk dan mengenai mata, sehingga meningkatkan risiko kebutaan.
Bahkan, sebelum berbahan plastik seperti sekarang ini, latto-latto pada tahun 1960 hingga 1970 terbuat dari bahan kaca. Setelah terjadi insiden yang membuat empat orang terluka di Amerika Serikat, produsen kemudian menarik produk tersebut dan mengubah materialnya menjadi plastik.
Sayangnya, perubahan tersebut tetap tidak menyelesaikan masalah. Sebab, material plastik cenderung lebih mudah pecah daripada kaca. Meski begitu, setidaknya bahan plastik tidak berserakan separah material kaca saat pecah.
Pernah Dilarang di Beberapa Negara
Empat orang yang mengalami cedera yang berasal dari Amerika Serikat membuat Food and Drugs Administration (FDA) negara setempat akhirnya secara resmi melarang mainan latto-latto beredar dan dimainkan. Namun, ternyata bukan hanya Amerika yang melarang permainan tersebut.
Permainan ini juga tidak boleh di Mesir pada tahun 2017, meski sebenarnya permainan pendulum ini sedang begitu populer di negara tersebut. Alasannya mungkin terdengar sangat aneh, yaitu permainan tersebut dianggap melecehkan Abdel Fattah al-Sisi, Presiden Mesir kala itu.
Sebab, clacker balls saat itu bernama “Sisi’s balls” yang merujuk pada bagian privasi dari sang presiden. Sejak saat itu, negara menganggap permainan ini menyinggung pemerintah setempat. Jadi, sebaiknya orang tua mempertimbangkan dengan baik manfaat dan risikonya sebelum memberikan permainan ini pada anak-anak.
Masih banyak permainan lain yang lebih aman untuk anak-anak. Namun, apa pun bentuk permainannya, sebaiknya orang tua tetap mengawasi dan mendampingi anak.
Jika merasa ada yang tidak biasa dengan kondisi anak, segera tanyakan pada dokter di Halodoc. Cek segera dan download Halodoc melalui ponsel, gratis.