Kenali Lebih Dalam Tentang Eklampsia
Halodoc, Jakarta – Salah satu kondisi yang harus diwaspadai ibu hamil adalah eklampsia, yaitu kondisi serius yang terjadi akibat preeklamsia. Eklampsia pada ibu hamil merupakan kondisi gawat darurat dan ditandai dengan kejang-kejang. Meski jarang terjadi, eklampsia harus segera mendapat penanganan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan pada ibu maupun bayi yang dikandung. Eklampsia bisa terjadi pada ibu hamil yang mengalami hipertensi berat atau preeklamsia.
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa membahayakan nyawa ibu hamil maupun bayi yang berada di dalam kandungan. Waspadai jika ibu hamil mengalami kejang-kejang, dan biasanya disertai dengan penurunan kesadaran atau tatapan yang kosong. Cara paling efektif untuk menghindari hal ini adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan kandungan sehingga risiko preeklamsia bisa terdeteksi pada masa-masa awal kehamilan. Biar lebih jelas, simak penjelasan lebih lanjut seputar eklampsia berikut!
Baca juga: Mitos atau Fakta, Preeklamsia dalam Kehamilan bisa Terulang
Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegah Eklampsia
Pada dasarnya, preeklamsia rentan terjadi pada trimester terakhir kehamilan. Kondisi ini berpotensi memicu kejang alias eklamsia saat semakin mendekati proses persalinan. Dilihat dari keparahannya, kejang akibat eklamsia dibagi ke dalam 2 fase. Pada fase pertama, kejang terjadi sekitar 15–20 detik dengan tanda awal kedutan di sekitar wajah. Sementara pada fase kedua, eklampsia ditandai dengan kejang otot di sekitar rahang, otot mata, sampai akhirnya menyebar ke seluruh tubuh. Kejang pada fase kedua eklamsia biasanya akan berlangsung selama 60 detik.
Eklamsia akan didahului dengan munculnya preeklamsia, yaitu komplikasi kehamilan yang sering terlambat disadari. Sebab, gejala dari kondisi ini seringnya baru muncul setelah kehamilan memasuki usia 20–24 minggu, atau beberapa saat setelah bayi lahir. Selain itu, dalam beberapa kasus preeklamsia bisa berkembang tanpa menunjukkan gejala apapun, atau hanya gejala yang ringan. Preeklamsia pada ibu hamil ditandai dengan meningkatnya tekanan darah (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ lain. Preeklamsia yang tidak disadari oleh calon ibu bisa berkembang menjadi eklamsia, sebuah kondisi yang jauh lebih serius dan mengancam.
Baca juga: 5 Cara Cegah Preeklampsia Usai Persalinan
Sayangnya, hingga kini masih belum diketahui secara pasti apa penyebab eklampsia maupun preeklamsia. Namun, kedua jenis komplikasi kehamilan ini sering dikaitkan dengan kelainan pada pembuluh darah dan kelainan pada plasenta. Selain itu, ada beberapa faktor yang disebut bisa meningkatkan risiko preeklamsia dan eklamsia, seperti hamil terlalu muda maupun terlalu tua, memiliki riwayat preeklamsia atau eklamsia, mengalami obesitas, mengidap hipertensi, mengalami anemia sel sabit, serta memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Dokter akan melakukan pemeriksaan jika kejang terjadi pada ibu hamil, terutama ibu hamil yang memiliki riwayat preeklamsia maupun eklampsia. Kondisi ini sama sekali tidak boleh diabaikan, sebab eklampsia bisa menyebabkan komplikasi serius, termasuk kematian ibu dan janin. Karena penyebabnya belum diketahui, cara mencegah penyakit ini pun masih belum diketahui. Meski begitu, menjaga kesehatan dan selalu menerapkan pola hidup sehat selama kehamilan bisa membantu menurunkan risiko preeklamsia maupun eklamsia. Karena kondisi ini berkaitan dengan hipertensi, ibu hamil disarankan untuk selalu menjaga tekanan darah tetap normal.
Baca juga: Ibu Hamil Alami Kejang, Apa Sebabnya?
Kalau punya masalah selama kehamilan dan butuh bantuan dokter segera, coba tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Lakukan ini sebagai pertolongan pertama saat gangguan terjadi. Dokter bisa dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan