Kenali Gejala Usus Buntu pada Lansia
Halodoc, Jakarta - Penyakit usus buntu (apendisitis) bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lanjut usia atau lansia. Gejala usus buntu secara umum adalah rasa sakit pada perut sebelah kanan, demam, mual, dan gangguan pencernaan.
Namun, apakah gejala usus buntu pada lansia berbeda dengan gejala pada umumnya? Simak lebih lanjut dalam pembahasan berikut ini!
Baca juga: Sering Makan Pedas? Begini Dampaknya pada Usus Buntu
Seperti Apa Gejala Usus Buntu pada Lansia?
Gejala khas usus buntu adalah rasa nyeri di perut. Namun, perlu diketahui bahwa gejala usus buntu tidak hanya itu, dan tidak semua orang mengalami gejala yang signifikan dan menyeluruh.
Berikut ini gejala usus buntu pada lansia:
1. Sakit Perut Sebelah Kanan Bawah
Kondisi ini adalah salah satu gejala utama usus buntu pada kebanyakan orang. Rasa sakit yang dialami terjadi akibat adanya pembengkakan dan peradangan pada usus buntu. Namun, lokasi sakit perut yang dialami setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung usia dan area usus buntu yang mengalami masalah.
Pada kebanyakan kasus, sakit perut dimulai pada perut tengah atas dekat pusar, kemudian berpindah ke perut bagian kanan bawah. Rasa nyeri tersebut semakin meningkat ketika melakukan gerakan, seperti mengejan, batuk atau bersin, dan menarik napas dalam-dalam
Namun, pada lansia, sakit perut sebagai gejala usus buntu yang dialami bisa jadi berbeda. Dikutip dari laman Medical News Today, gejala sakit perut pada lansia mungkin tidak terlalu parah dan kurang spesifik.
2. Mual dan Muntah
Mual dan muntah merupakan gejala dari banyak gangguan pencernaan. Kondisi ini juga menjadi salah satu gejala usus buntu pada lansia. Munculnya rasa mual dan muntah kemungkinan besar disebabkan oleh peradangan pada saluran cerna dan sistem saraf.
Baca juga: 5 Kebiasaan Sepele yang Menyebabkan Radang Usus Buntu
3. Demam
Gejala usus buntu pada lansia selanjutnya adalah demam, yang berkisar antara 37-38 derajat Celsius. Bila kondisi semakin parah atau tidak segera ditangani, demam juga bisa mencapai 38 derajat Celsius, disertai peningkatan denyut jantung.
Perlu diketahui bahwa demam merupakan reaksi alami dari sistem kekebalan tubuh, ketika melawan infeksi guna mengurangi jumlah bakteri jahat yang akan menyerang. Demam yang terjadi sebagai gejala usus buntu juga bisa menyebabkan tubuh banyak mengeluarkan keringat dan menggigil.
Itulah beberapa gejala usus buntu pada lansia yang perlu diwaspadai. Jika orangtua atau orang terdekat kamu mengalaminya, jangan tunggu parah. Segera gunakan aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan dokter di rumah sakit, agar bisa dipastikan diagnosisnya dan dilakukan penanganan.
Penyakit usus buntu bisa mengancam jiwa, sehingga membutuhkan perawatan medis segera. Semakin lama tidak ditangani, kondisi bisa memburuk. Mengobati penyakit usus buntu segera setelah gejala muncul akan mencegahnya memburuk dan menyebabkan komplikasi lebih lanjut.
Baca juga: Dapatkah Usus Buntu Ditangani Tanpa Operasi?
Pengobatan untuk Gejala Usus Buntu
Pengobatan untuk penyakit usus buntu biasanya dimulai dengan pemberian antibiotik dan cairan infus. Beberapa kasus penyakit usus buntu ringan dapat diobati sepenuhnya dengan dua pengobatan tersebut.
Langkah selanjutnya yang paling umum diambil dokter adalah pembedahan, yang dikenal sebagai operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi. Ini adalah operasi yang dilakukan untuk mengobati peradangan pada usus buntu.
Adapun dua jenis operasi yang mungkin dilakukan, yaitu:
- Operasi laparoskopi. Dilakukan dengan membuat beberapa sayatan kecil dan menggunakan alat khusus untuk mengangkat usus buntu melalui sayatan tersebut. Metode ini memiliki risiko komplikasi yang lebih rendah dan waktu pemulihan yang lebih singkat.
- Operasi laparotomi. Dilakukan dengan mengangkat usus buntu melalui satu sayatan yang dibuat di bagian kanan bawah perut. Tindakan ini mungkin diperlukan untuk usus buntu yang sudah pecah, sehingga dokter dapat membersihkan bagian dalam perut untuk mencegah infeksi.
Dengan pengobatan yang tepat, penyakit usus buntu dapat diobati, dan pemulihan biasanya cepat dan tuntas. Tanpa operasi atau antibiotik, risiko infeksi dan komplikasi yang berujung pada hilangnya nyawa bisa saja terjadi.
Jika usus buntu pecah, risiko komplikasi serius dapat meningkat, seperti abses atau peritonitis. Pemulihan mungkin lama dalam kasus ini. Lansia juga membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih jika kondisi ini terjadi.
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2021. Appendicitis: What You Need To Know.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Appendicitis.
NHS Choices UK. Diakses pada 2021. Appendicitis Symptoms.
The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases Health Information Center. Diakses pada 2021. Symptoms & Causes of Appendicitis.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan