Halodoc, Jakarta – Sebuah penyakit bisa membuat pengidapnya merasa takut dan cemas. Apalagi kalau penyakit yang diidap berpotensi serius. Bahkan, meski dokter telah menyatakan sembuh, beberapa orang masih takut dan cemas berlebihan. Alasan yang paling mendasar karena takut penyakit kambuh kembali.

Jika ketakutan terasa sangat berlebihan, bisa jadi itu pertanda nosophobia. Seseorang yang mengidap fobia ini dapat merasakan ketakutan ekstrim yang tidak masuk akal terhadap suatu penyakit. Salah satu cirinya adalah mengalami serangan panik saat merasakan gejala suatu penyakit. 

Ciri-Ciri Nosophobia

Pengidap nosophobia sangat khawatir dengan penyakit yang ganas dan mengancam nyawa, seperti HIV, kanker, atau gangguan jantung. Ketakutannya tetap muncul meski dokter sudah mengatakan kalau ia tidak mengidap penyakit tersebut. Kendati begitu, mereka masih suka menghabiskan waktu untuk mencari tahu soal penyakit yang mereka khawatirkan. 

Mereka juga berusaha menghindari perbincangan yang berkaitan dengan penyakit. Ketika ada faktor pemicunya, pengidap nosophobia dapat mengalami gejala fisik berikut ini:

• Pusing.
• Mual.
• Peningkatan denyut nadi.
• Keringat berlebih.
• Gangguan tidur.

Apa Penyebabnya?

Sebagian besar pengidap nosophobia punya riwayat penyakit yang sulit sembuh, misalnya kanker, diabetes atau penyakit jantung. Bukan itu saja, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit serius juga bisa memicu trauma. Nah, trauma ini yang kemudian berkembang menjadi fobia. 

Seseorang yang sering mendengar informasi tentang penyakit terus menerus juga bisa mengalami nosophobia. Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risikonya, seperti:

• Mengalami gangguan mental, seperti stres atau depresi.
• Bekerja dalam bidang kesehatan sehingga sering mendengar, membaca, atau berhadapan dengan pengidap penyakit yang memicu rasa takut.

Opsi Pengobatan Nosophobia

Sama seperti penanganan fobia pada umumnya, nosophobia bisa diatasi dengan terapi berikut ini:

1. Terapi perilaku kognitif

Terapis akan membantu pengidap nosophobia untuk mengubah persepsinya tentang sebuah penyakit. Dengan demikian, mereka bisa menghilangkan pikiran-pikiran negatif tentang hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi.

2. Terapi paparan

Exposure therapy atau terapi paparan adalah jenis terapi dengan cara memaparkan pemicu fobia. Dalam kasus nosophobia, terapis akan memaparkan informasi seputar berbagai penyakit secara bertahap. Selain itu, mereka juga mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan. 

3. Hipnoterapi

Mirip seperti terapi perilaku kognitif. Bedanya, terapis mensugesti pengidapnya lewat alam bawah sadar. Hal ini kemudian bisa mengubah perilaku, kebiasaan dan persepsi tentang sebuah penyakit. 

4. Terapi obat-obatan

Obat-obatan tidak bisa mengobati fobia. Kendati begitu, obat mampu mengurangi kecemasan berlebih pada pengidapnya. Beberapa obat yang sering digunakan adalah antidepresan dan anti kecemasan.

Bagaimana Cara Mencegahnya?

Karena fobia ini berkaitan erat dengan gangguan mental, maka kamu perlu melakukan gaya hidup sehat untuk mencegahnya. Beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk mencegah depresi, di antaranya:

• Rutin olahraga.
• Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
• Istirahat yang cukup.
• Melakukan kegiatan menyenangkan.
• Membagikan cerita kepada orang lain.
• Melakukan konsultasi pada psikolog.

Punya keluhan kesehatan? Segera periksakan diri ke dokter untuk mendapat diagnosis yang tepat. Kalau kamu berencana mengunjungi rumah sakit, buat janji rumah sakit melalui aplikasi Halodoc supaya lebih mudah dan praktis. Jangan tunda untuk memeriksakan diri sebelum kondisinya semakin memburuk. Download Halodoc sekarang juga!

Referensi:

Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Nosophobia (Fear of Disease).

Web MD. Diakses pada 2022. What Is Nosophobia?

Healthline. Diakses pada 2022. Understanding Nosophobia, or Fear of Disease.