Kenali Apa Arti Dejavu dan Penyebabnya
Penelitian yang menunjukkan bahwa dejavu mungkin berkaitan dengan masalah persepsi atau ingatan.
DAFTAR ISI
- Apa Itu Dejavu?
- Teori Penyebab Dejavu
- Riset Terkait Dejavu
- Apakah Dejavu Berbahaya?
- Fenomena yang Mirip dengan Dejavu
Sampai saat ini istilah dejavu masih menjadi perbincangan hangat. Lantaran banyak orang yang kerap merasakan fenomena ini.
Adapun istilah ini digambarkan sebagai perasaan bahwa kamu pernah melakukan atau melalui hal familiar atau sama sebelumnya.
Kendati begitu, seseorang yang mengalami dejavu sadar kalau dirinya sama sekali belum pernah mengalami situasi atau hal yang terasa familiar tersebut. Yuk, pahami lebih dalam tentang fenomena ini!
Apa Itu Dejavu?
Dejavu digambarkan sebagai perasaan bahwa kamu pernah melakukan atau melalui sesuatu yang terasa familiar sebelumnya.
Namun, seseorang yang mengalami dejavu biasanya sadar bahwa dirinya sebenarnya belum pernah mengalami situasi tersebut.
Istilah “déjà vu” berasal dari bahasa Prancis yang berarti “sudah pernah terlihat”. Secara historis, Santo Agustinus, seorang filsuf kuno, pertama kali menyebut konsep ini pada tahun 400 M sebagai “memori yang salah”.
Kemudian, filsuf Perancis Emile Boirac menggunakan istilah “déjà vu” pada tahun 1890. Istilah ini pertama kali digunakan dalam konteks ilmiah oleh F.L. Arnaud, seorang ahli saraf, sebagai bagian dari usulannya dalam memahami fenomena neurologis.
Fakta Unik Tentang Dejavu
Fenomena dejavu juga seringkali dikait-kaitkan dengan mimpi. Pasalnya, beberapa orang pernah merasa mengalami kejadian yang sama persis dengan mimpi mereka sebelumnya.
Kondisi ini mungkin terjadi karena otak kita kadang sulit membedakan antara pengalaman nyata dan imajinasi dalam mimpi.
Teori Penyebab Dejavu
Tahukah kamu ada sejumlah teori yang mengungkapkan penyebab dejavu? Nah, berikut beberapa teori yang perlu kamu ketahui:
1. Teori Split Perception
Teori ini menyebutkan bahwa dejavu bisa terjadi ketika seseorang melihat sesuatu di waktu berbeda, tetapi otak tetap menyimpannya sebagai memori meskipun hanya dalam sekejap.
Sebagai contoh, saat kamu sedang berjalan-jalan, kamu melihat bangunan tua di pinggir jalan, tapi tidak terlalu memperhatikan karena fokusmu teralihkan karena sedang menyetir.
Keesokan harinya, kamu kembali melewati bangunan yang sama dan tiba-tiba merasa seperti pernah melihatnya sebelumnya, meskipun tidak ingat kapan atau di mana.
Nah, inilah yang disebut sebagai pengalaman dejavu.
2. Teori Memory Recall
Teori ini menjelaskan bahwa dejavu dapat terjadi di tempat berbeda, tetapi memiliki suasana yang mirip dengan pengalaman masa lalu.
Misalnya, ketika kamu mengunjungi rumah makan yang bernuansa khas jawa tengah di Bandung, suasana di sana terasa akrab.
Setelah dipikir-pikir, ternyata interiornya mengingatkanmu pada rumah makan yang pernah kamu kunjungi saat kecil.
Menurut teori ini, dejavu muncul karena otak kita merespons memori lama yang tersembunyi, baik itu kenangan masa kecil, momen liburan, atau bahkan sesuatu yang sederhana seperti aroma tertentu.
Riset Terkait Dejavu
Apakah kamu pernah mendengar istilah “dreamy state“? Nah, dreamy state atau keadaan melamun sering dikaitkan dengan pengalaman deja vu. Kondisi ini, umumnya terjadi pada pasien epilepsi yang mengalami kejang di lobus temporal.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Oxford Academic, bertujuan untuk memahami daerah otak mana yang paling berperan dalam terjadinya dreamy state.
Para peneliti melakukan stimulasi listrik dan kimiawi pada berbagai bagian otak pasien epilepsi yang telah ditanamkan elektroda untuk tujuan pengobatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik bagian medial maupun lateral lobus temporal terlibat dalam terjadinya dreamy state.
Namun, bagian medial, khususnya amigdala dan hippocampus anterior, memiliki peran yang lebih penting dalam memicu fenomena ini.
Meskipun demikian, neokorteks temporal superior juga berperan dalam menghasilkan pengalaman melamun.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dreamy state merupakan hasil kerja sama antara berbagai bagian otak, terutama di lobus temporal, dan melibatkan baik struktur medial maupun lateral.
Apakah Dejavu Berbahaya?
Secara umum, dejavu tidak berbahaya dan tidak memerlukan perhatian medis. Awalnya, fenomena ini sempat dikaitkan dengan gangguan neurologis seperti epilepsi lobus temporal. Namun, banyak orang sehat juga mengalaminya tanpa menunjukkan gejala lain.
Jika dejavu terjadi terlalu sering atau disertai gejala lain seperti kejang, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Hal ini bisa menjadi tanda adanya gangguan neurologis yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Fenomena yang Mirip dengan Dejavu
Selain dejavu, ada beberapa fenomena lain yang memiliki kemiripan, di antaranya:
1. Jamais Vu
Fenomena ini adalah kebalikan dari dejavu. Jamais vu terjadi ketika seseorang merasa asing terhadap sesuatu yang sebenarnya sudah sangat familiar.
Misalnya, kamu melihat wajah teman dekat, tetapi mendadak merasa seperti belum pernah mengenalnya sama sekali. Hal ini sering dikaitkan dengan kelelahan mental atau gangguan neurologis tertentu.
2. Presque Vu
Presque vu adalah sensasi hampir mengingat sesuatu tetapi tidak mampu mengingatnya sepenuhnya.
Fenomena ini biasa digambarkan dengan istilah “di ujung lidah,” ketika seseorang merasa sangat dekat untuk mengingat sebuah kata atau detail tertentu namun tetap tidak bisa menemukannya.
Situasi ini sering membuat frustasi, tetapi umumnya tidak berbahaya.
3. Deja Vecu
Deja vecu mirip dengan dejavu tetapi memiliki detail yang lebih spesifik.
Jika dejavu hanya berupa perasaan familiar, deja vecu melibatkan keyakinan bahwa seseorang telah menjalani situasi tertentu dengan detail yang sama sebelumnya.
Contohnya, kamu tidak hanya merasa pernah berada di suatu tempat, tetapi juga yakin pernah berbicara dengan orang yang sama dan dalam urutan percakapan yang identik.
Fenomena ini kadang terkait dengan gangguan memori atau kondisi neurologis tertentu.
Itulah penjelasan mengenai dejavu dan penyebabnya. Selain mengetahui mengenai beberapa fenomena psikologis, pastikan juga untuk memeriksakan kesehatan secara berkala.
Hal ini bertujuan untuk mendeteksi berbagai gangguan kesehatan yang mungkin tidak menunjukkan indikasi.
Melalui aplikasi Halodoc kamu bisa memeriksakan kondisimu. Tentunya tanpa perlu mengantre atau menunggu lama. Jadi tunggu apa lagi? Yuk download Halodoc sekarang!