Kenali Anuptaphobia, Rasa Takut Berlebihan Menjadi Lajang
Halodoc, Jakarta – Anuptaphobia adalah rasa takut menjadi lajang. Anuptaphobia dianggap sebagai fobia spesifik yang kerap menjadi lawan dari gamophobia (takut pada pernikahan). Fobia ini muncul dari kombinasi peristiwa eksternal (peristiwa traumatik) dan kecenderungan internal (faktor keturunan atau genetika).
Sebenarnya kebanyakan orang tidak ingin berakhir sendirian dalam kehidupan. Namun buat sebagian lainnya, kesendirian menyebabkan rasa cemas, takut, dan panik. Orang-orang ini dianggap memiliki disfungsional dalam hubungan.
Penyebab utamanya adalah rasa takut akan kesepian sehingga mereka terus-menerus memikirkan pernikahan, cinta, dan masa depan. Pengidap anuptaphobia kerap merasa tidak pernah merasa puas dengan dirinya sendiri. Mereka tidak dapat menghabiskan waktu luang sendiri, dan dalam beberapa kasus mereka tidak mau menghadiri perayaan pernikahan.
Banyak fobia spesifik, seperti anuptaphobia yang bila ditelusuri kembali ke peristiwa pemicu spesifik, biasanya disebabkan oleh pengalaman traumatis pada usia dini. Seperti fobia lainnya, gejala anuptaphobia bervariasi tergantung pada tingkat ketakutannya.
Gejala-gejalanya biasanya termasuk kecemasan ekstrem, ketakutan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kepanikan. Sesak napas, napas berlangsung cepat, detak jantung tidak teratur, berkeringat, keringat berlebih, mual, dan mulut kering. Selain itu, ketidakmampuan mengartikulasikan kata-kata atau kalimat serta mulut kering dan gemetar adalah tanda-tanda dari kepanikan ekstrem lainnya.
Pemicu Anuptaphobia
Meskipun pemicu utamanya adalah pengalaman traumatik, tetapi banyak faktor dari luar yang menyebabkan gejala semakin berkembang. Sejak kecil tanpa disadari sudah ada penanaman nilai-nilai kalau kebahagiaan akan diraih ketika seseorang menemukan pasangan yang akan melengkapi hidupnya.
Adanya ayah dan ibu sebagai orangtua komplit juga semakin memperkuat anggapan tersebut. Single parent adalah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan. Tidak ada orang yang bisa melewati sepanjang hidupnya sendirian, apalagi membesarkan anak.
Keyakinan-keyakinan ini semakin didukung lewat pemberian mimpi-mimpi kepada anak, terutama anak perempuan, melalui kartun yang menceritakan kebahagiaan bersama pangeran berkuda putih.
Kalau orang dengan konsep diri lemah, akan menelan bulat-bulat pemahaman seperti ini yang pada akhirnya meyakini kalau hanya orang lain yang bisa membuatnya bahagia.
Peran media sosial juga menciptakan budaya yang tidak mendukung hubungan sehat. Melihat posting-an pasangan-pasangan dengan #relationshipgoals secara psikologis membuat pengguna media sosial yang lajang “lapar” akan kebutuhan dicintai dan mencintai. Pada akhirnya, timbul perasaan tidak merasa utuh tanpa orang lain, tetapi juga tidak tahu cara menjalin hubungan yang benar itu seperti apa
Bagian terburuk dari anuptaphobia ini adalah baik laki-laki dan perempuan menghabiskan hidup mereka dengan membiarkan ketakutan dan perasaan-perasaan negatif ini mengendalikan dirinya. Mereka tidak merasa bahagia walaupun menjadi lajang, apalagi pernikahan bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan.
Bagaimana Mengatasinya?
Mengganti konsep diri, mengenyahkan pikiran-pikiran negatif, memfokuskan diri dengan kegiatan-kegiatan positif yang membuat mood baik adalah hal-hal yang semestinya kamu lakukan.
Jangan terlalu mengejar sebuah status “relationship” tanpa sebelumnya menjalin hubungan dengan diri sendiri. Berhentilah stalking hal-hal yang membuatmu semakin merasa karena masih menjadi lajang, lalu kurangi menonton film romantis yang terlalu bermimpi adalah cara lain untuk menghilangkan rasa tersiksa karena masih “sendiri”
Apabila gangguan menjadi lajang ini sudah sampai mengganggu aktivitas sehingga membuat kamu tidak bisa mengerjakan hal-hal lainnya, maka ada baiknya untuk berkonsultasi dengan psikolog ataupun psikiater.
Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai anuptaphobia serta penanganan yang perlu dilakukan, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan