Kenali 5 Jenis Inkontinensia Urine yang Dapat Terjadi
Halodoc, Jakarta - Inkontinensia urine adalah sebutan untuk kondisi saat seseorang mengalami kehilangan kontrol pada kandung kemih. Kondisi ini nyatanya cukup umum dan sering kali membuat pengidapnya merasa malu, karena mereka bisa ngompol di tempat umum. Tingkat keparahannya berkisar dari kadang-kadang mengeluarkan air seni ketika sedang batuk atau bersin hingga ingin buang air kecil yang begitu tiba-tiba dan kuat, sehingga kamu tidak bisa ke toilet tepat waktu.
Meskipun ini lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia, inkontinensia urine bukanlah konsekuensi penuaan yang tak bisa dicegah. Jika inkontinensia urine memengaruhi aktivitas sehari-hari, kamu membutuhkan perawatan tepat dari dokter. Dokter pun akan mendiagnosis jenis inkontinensia apa yang kamu alami, sehingga perawatan yang tepat bisa dilakukan.
Baca juga: Idap Inkontinensia Urine, Ini Cara Mengatasinya
Jenis Inkontinensia Urine
Banyak orang yang sesekali mengalami kebocoran kecil urine. Namun, ada orang lain yang mungkin lebih sering kehilangan urine dalam jumlah kecil sampai sedang. Dalam dunia medis, ada beberapa jenis inkontinensia urine yang perlu kamu tahu, antara lain:
- Inkontinensia Stres. Urine yang bocor saat kamu menekan kandung kemih dengan batuk, bersin, tertawa, berolahraga, atau mengangkat sesuatu yang berat.
- Inkontinensia Mendesak. Kondisi saat kamu tiba-tiba ingin buang air kecil yang diikuti dengan keluarnya urine secara tidak sengaja. Kamu mungkin perlu sering buang air kecil, termasuk sepanjang malam. Inkontinensia yang mendesak dapat disebabkan oleh kondisi kecil, seperti infeksi, atau kondisi yang lebih parah seperti gangguan neurologis atau diabetes.
- Inkontinensia Luapan. Kamu akan mengalami tetesan urine yang sering atau terus-menerus karena kandung kemih yang tidak benar-benar kosong.
- Inkontinensia Fungsional. Gangguan fisik atau mental membuat kamu tidak bisa ke toilet tepat waktu. Misalnya, jika kamu menderita radang sendi parah, kamu mungkin tidak dapat membuka kancing celana dengan cukup cepat.
- Inkontinensia Campuran. Kondisi saat kamu mengalami lebih dari satu jenis inkontinensia urine.
Kondisi ini jelas membuat pengidapnya merasa tidak nyaman. Oleh karena itu, jika kondisi ini terus terjadi, segera diskusikan dengan dokter agar inkontinensia urine tidak memengaruhi kualitas hidup. Kamu juga bisa bertanya pada dokter di Halodoc mengenai perawatan awal mengatasi inkontinensia urine. Hanya melalui smartphone, kamu akan langsung terhubung dengan dokter profesional, kapan dan di mana saja.
Baca juga: Inilah Alasan Wanita Lebih Rentan Inkontinensia Urine
Beragam Penyebab Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine sebetulnya bukanlah penyakit, ia hanyalah gejala. Ini dapat disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari, kondisi medis yang mendasari, atau masalah fisik. Yuk, pahami penyebab inkontinensia urine berdasarkan durasi gejalanya:
- Inkontinensia Urin Sementara
Minuman, makanan dan obat-obatan tertentu dapat bertindak sebagai diuretik. Mereka akan menstimulasi kandung kemih dan meningkatkan volume urine. Jenis makanan atau minuman tersebut misalnya alkohol, kafein, minuman berkarbonasi dan air soda, pemanis buatan, cokelat, cabai, makanan yang tinggi rempah-rempah, gula atau asam, terutama buah jeruk, obat jantung dan tekanan darah, obat penenang, dan pelemas otot, dan vitamin C dosis besar. Ada juga beberapa penyebab Inkontinensia urin akibat kondisi yang mudah diobati, seperti infeksi saluran kemih dan sembelit.
2. Inkontinensia Urine yang Persisten
Inkontinensia urine juga bisa menjadi kondisi persisten yang disebabkan oleh masalah atau perubahan fisik yang mendasari, termasuk:
- Kehamilan. Perubahan hormonal dan peningkatan berat badan janin dapat menyebabkan stress incontinence.
- Persalinan. Persalinan per vaginam dapat melemahkan otot yang diperlukan untuk mengontrol kandung kemih dan juga merusak saraf kandung kemih dan jaringan pendukung, yang menyebabkan dasar panggul turun (prolaps). Dengan prolaps, kandung kemih, rahim, rektum, atau usus kecil bisa terdorong ke bawah dari posisi biasanya dan menonjol ke dalam vagina. Tonjolan seperti itu dapat dikaitkan dengan inkontinensia.
- Pertambahan Usia. Penuaan otot kandung kemih dapat menurunkan kapasitas kandung kemih untuk menyimpan urine. Selain itu, kontraksi kandung kemih yang tidak disengaja menjadi lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia.
- Menopause. Setelah menopause, wanita menghasilkan lebih sedikit estrogen, hormon yang membantu menjaga kesehatan lapisan kandung kemih dan uretra. Kerusakan jaringan ini dapat memperburuk inkontinensia.
Baca juga: Komplikasi yang Dapat Terjadi Akibat Inkontinensia Alvi
- Histerektomi. Pada wanita, kandung kemih dan rahim didukung oleh banyak otot dan ligamen yang sama. Setiap operasi yang melibatkan sistem reproduksi wanita, termasuk pengangkatan rahim, dapat merusak otot dasar panggul pendukung, yang dapat menyebabkan inkontinensia.
- Pembesaran Prostat. Terutama pada pria yang lebih tua, inkontinensia sering kali berasal dari pembesaran kelenjar prostat, suatu kondisi yang dikenal sebagai hiperplasia prostat jinak.
- Kanker Prostat. Pada pria, stress incontinence atau urge incontinence dapat dikaitkan dengan kanker prostat yang tidak diobati. Tetapi lebih sering, inkontinensia adalah efek samping dari pengobatan kanker prostat.
- Adanya Halangan pada Saluran Kemih. Tumor di mana saja di sepanjang saluran kemih dapat menghalangi aliran normal urine, yang menyebabkan inkontinensia luapan. Batu saluran kemih (massa keras seperti batu yang terbentuk di kandung kemih) terkadang menyebabkan kebocoran urine.
- Kelainan Saraf. Sklerosis multipel, penyakit Parkinson, stroke, tumor otak, atau cedera tulang belakang dapat mengganggu sinyal saraf yang terlibat dalam pengendalian kandung kemih, menyebabkan inkontinensia urine.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Urinary Incontinence.
Medical News Today. Diakses pada 2020. Urinary Incontinence.
Urology Care Foundation. Diakses pada 2020. What is Urinary Incontinence?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan