Kenali 3 Terapi untuk Atasi Sindrom Asperger
Halodoc, Jakarta - Anak dengan sindrom asperger biasanya akan mengalami gangguan interaksi sosial, serta pola pikir yang kaku, dan terfokus pada peraturan. Sindrom ini biasanya sudah dapat diketahui sejak anak berusia 2-6 tahun. Jika hal ini terjadi pada Si Kecil, ibu bisa lakukan beberapa terapi di bawah ini sebagai langkah pengobatan sindrom asperger!
Baca juga: 4 Jenis Autis yang Perlu Diketahui
Beberapa Terapi untuk Atasi Si Kecil dengan Sindrom Asperger
Ketika Si Kecil diduga mengidap kondisi ini, biasanya dokter akan melihat riwayat keluarga, melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan saraf, serta melakukan CT scan dan tes darah. Meski belum ada obat yang ditemukan guna menyembuhkan penyakit ini, ibu dapat melakukan serangkaian terapi di bawah ini supaya kualitas hidup Si Kecil menjadi lebih baik.
1. Terapi Modifikasi Perilaku
Terapi modifikasi perilaku perlu dilakukan guna mendukung perilaku positif dan kemampuan Si Kecil dalam melakukan komunikasi, sekaligus mengurangi perilaku negatif pada Si Kecil.
2. Terapi Wicara, Terapi Fisik, Serta Terapi Okupasional
Terapi wicara, terapi fisik, dan terapi okupasional ini berfungsi dalam meningkatkan kemampuan fungsional anak dalam berkomunikasi, serta menjalani aktivitas hariannya.
3. Terapi Kemampuan Sosial
Terapi kemampuan sosial dilakukan untuk mengajarkan Si Kecil cara berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, terapi ini juga akan mengajarkan bagaimana cara membangun relasi sosial dengan baik.
Baca juga: Ibu Harus Tahu, Inilah Penyebab Autisme pada Anak
Kenali Si Kecil dengan Gejala Sindrom Asperger Berikut
Gejala sindrom asperger pada setiap anak akan berbeda. Gejala utama biasanya akan ditandai dengan masalah sosial anak, seperti memiliki interaksi sosial yang kurang baik dengan teman sebayanya, ekspresi wajah yang kaku, pola bahasa yang kurang jelas, serta tingkah laku berbeda dari yang lainnya. Selain itu, gejala pada anak yang mengidap sindrom asperger dapat ditandai dengan:
-
Sulit membaca maksud gerak tubuh orang lain (isyarat).
-
Sulit untuk memulai dan mempertahankan percakapan dengan orang lain.
-
Merasa canggung, bahkan takut ketika terjadi kontak mata dengan orang lain.
-
Sensitif terhadap rangsangan sensorik.
-
Tidak bisa mengenali nada bicara. Anak dengan sindrom asperger biasanya tidak bisa membedakan candaan atau komentar kasar.
-
Berbicara dengan nada yang datar dan gaya bicara yang terkesan formal.
-
Mengalami keterlambatan motorik, seperti terlambat naik sepeda, atau menggunakan garpu atau sendok.
-
Anak dengan sindrom asperger biasanya menyukai hal-hal yang tidak biasa disukai oleh anak-anak sebayanya.
-
Memiliki kemampuan kognitif verbalnya di atas rata-rata, sedangkan kemampuan kognitif nonverbal di bawah rata-rata.
Anak dengan sindrom ini biasanya tidak menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan bahasa dan memiliki kemampuan bahasa yang baik sejak usia dini. Namun, biasanya mereka menggunakan bahasa yang sulit dimengerti. Jika Si Kecil mengalami gejalanya, segera diskusikan pada dokter ahli di aplikasi Halodoc. Kamu bisa download aplikasinya di sini.
Baca juga: Anak Mengidap Sindrom Down, Orang Tua Jangan Malu
Anak dengan sindrom asperger akan membutuhkan pendidikan khusus untuk memenuhi kebutuhan tiap anak. Belum diketahui apa yang menjadi penyebab pasti terjadinya sindrom asperger, tetapi faktor genetik, adanya kelainan pada otak, serta pengaruh faktor lingkungan tempat tinggal diduga menjadi faktor pemicu terjadinya sindrom asperger. Ibu, selalu awasi tumbuh kembang Si Kecil, ya! Jika ada yang tidak beres, jangan lupa segera diskusikan dengan dokter ahli.