Kata Dokter: Harapan akan Berakhirnya Pandemi COVID-19 Sangat Besar
“Cakupan imunisasi yang luas akan mampu menciptakan HERD Immunity di kalangan masyarakat.”
Halodoc, Jakarta – Pandemi COVID-19 masih berlangsung. Korban infeksi virus ini, baik yang terkonfirmasi positif maupun meninggal dunia, terus bertambah. Di Indonesia, per 16 November 2020, ada penambahan kasus terkonfirmasi positif sebanyak 3.535 kasus baru.
Kendati begitu, harapan untuk berakhirnya pandemi masih ada, bahkan sangat besar. Pemerintahan Indonesia melalui Satuan Tugas (Satgas) penanganan COVID-19 terus berupaya untuk mengatasi masalah virus corona.
Sayangnya, kesadaran masyarakat justru semakin kendur dalam mewaspadai penyebaran virus corona. Ditambah lagi, tidak sedikit informasi kurang tepat yang beredar. Merespons situasi dan perkembangan seputar COVID-19 di Indonesia, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro, berbincang dengan Halodoc.
Berikut pertanyaan dan jawaban seputar pandemi COVID-19 yang berhasil dirangkum!
1.Ada sekumpulan dokter yang mengatakan bahwa pandemi COVID-19 sudah berakhir dan menjadi seperti flu biasa. Sebenarnya, bagaimana keadaan pandemi COVID-19 saat ini?
Mengenai sekumpulan dokter yang menyatakan pandemi telah berakhir, tampaknya kurang tepat dan harus diluruskan. Pandemi masih berlangsung hingga saat ini. Penderita COVID-19 juga masih terus bertambah di hampir seluruh wilayah Indonesia dan juga dunia.
Faktanya, di Indonesia per 16 November 2020, penambahan kasus terkonfirmasi positif adalah sebanyak 3.535 kasus baru. Meski demikian, kesembuhan pasien juga terus mengalami kenaikan yakni 3.452 pasien sembuh.
2.Melihat hal tersebut, apakah ada harapan pandemi COVID-19 ini bisa segera berakhir?
Tentu ada, harapan akan berakhirnya pandemi COVID-19 ini sangat besar. Tentu hal itu bisa tercapai dengan penerapan 3M (memakai masker, menjaga jarak aman, mencuci tangan dengan baik dan benar). Di samping itu, pemerintah juga berupaya melaksanakan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment) dengan harapan penurunan angka penularan virus sehingga pandemi dapat segera berakhir.
Akhir pandemi juga bisa terwujud jika mayoritas (di atas 70-90 persen) telah memiliki daya tahan tubuh spesifik terhadap virus SARS-Cov-2 penyebab COVID-19. Hal ini bisa dilakukan salah satunya melalui vaksin COVID-19. Dengan cakupan imunisasi yang luas akan mampu menciptakan HERD Immunity di kalangan masyarakat.
Selain itu, penting bagi masyarakat untuk terus disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan dan diharapkan tetap optimis serta terus mendukung berbagai upaya pemerintah dalam menghadapi pandemi ini bersama-sama.
3.Selain menerapkan 3M, apa saja hal yang perlu dilakukan dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19 ini?
Masyarakat perlu memahami bahwa dalam masa pandemi sangat penting untuk menjaga kesehatan. Sehat bisa diartikan dengan sehat secara fisik atau jasmani dan sehat secara psikis atau rohani. Oleh karena itu, masyarakat harus membiasakan untuk menjalani gaya hidup sesuai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) agar terhindar dari penularan virus.
Caranya adalah dengan menerapkan 3M untuk diri sendiri dan menjaga kebersihan untuk lingkungan sekitar. Memperhatikan kebersihan barang-barang yang ada di ruang publik, yang digunakan bersama, di area makan, dan yang berhubungan dengan air liur/droplets orang lain. Pencegahan virus juga bisa dilakukan dengan memperhatikan sirkulasi udara dan ventilasi yang ada di ruangan agar selalu terjaga dengan baik, ada aliran udara yang bersih, atau manfaatkan teknologi seperti penggunaan air purifier, humidifier, dan air disinfectant.
Selanjutnya, menerapkan pola hidup sehat yakni, mengonsumsi gizi seimbang. Bisa mengikuti panduan “isi piringku” dari Kemenkes, sehingga semua nutrisi makronutrien dan mikronutrien terpenuhi. Lengkapi juga dengan olahraga secara rutin dan teratur, minimal 3 kali seminggu dengan intensitas ringan hingga sedang sekitar 15-30 menit.
Selain itu, tidur cukup di malam hari dengan kualitas yang baik selama 7-8 jam setiap harinya. Lalu, menjaga kesehatan mental dengan selalu berpikir logis dan menghindari stres yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Salurkan stres dengan beribadah, melakukan hobi, dan berkonsultasi dengan para tenaga profesional.
Terapkan protokol kedatangan, terutama bagi yang sudah aktif bekerja di luar rumah. Setelah bepergian, lepaskan sepatu di luar rumah, bersihkan barang-barang sebelum dibawa masuk ke dalam rumah, segera mandi, keramas, dan ganti baju bersih, baru kemudian menyapa dan bertemu dengan anggota keluarga di rumah. Pastikan juga untuk segera mencuci pakaian dan masker yang dipakai sebelumnya.
4.Sebagian orang sudah beraktivitas di luar rumah, apakah sudah cukup aman? Apa saja hal-hal yang harus dilakukan untuk melindungi diri dari penyebaran virus corona dan tidak membawa risiko penularan untuk keluarga di rumah?
Kita semua harus yakin bahwa kita mampu menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin sebelum kita keluar rumah. Selalu menjaga dan memastikan tubuh sehat dan tidak memiliki gejala penyakit.
Aktivitas di luar rumah boleh, tetapi harus dilakukan dengan bijak. Usahakan keluar rumah hanya untuk hal-hal yang penting saja, misalnya berbelanja kebutuhan sehari-hari dan bekerja atau berobat. Selalu ikuti protokol yang berlaku di tempat umum.
Jangan lupa juga untuk memakai masker dengan baik dan benar, menutupi mulut dan hidung dengan rapat, dan tidak dinaik-turunkan atau diletakkan di dagu atau leher. Selalu ganti masker maksimal setiap 4 jam sekali dan bawa ekstra masker untuk beraktivitas di luar rumah.
Siapkan hand sanitizer atau sabun dalam tas untuk digunakan setiap kali kita telah menyentuh benda-benda yang ada di ruang publik. Menjaga jarak aman minimal 1-2 meter ketika berinteraksi dengan orang lain dan jangan berkerumun.
Hindari makan di tempat umum, karena harus membuka masker dan berdekatan dengan orang lain. Usahakan makan sendiri-sendiri dan menggunakan peralatan makan yang steril, higienis, dan tidak tukar-tukaran dengan orang lain. Disarankan membawa peralatan makan dan minum sendiri dari rumah. Hindari juga kontak fisik dengan orang lain seperti bersalaman, cium tangan, berpelukan dan lain sebagainya.
5.Kemudian ada yang menyebutkan bahwa penyintas COVID 19 akan lebih sulit menjalani hidupnya; karena ada stigma negatif di masyarakat bahwa ia adalah carrier pasif dan sudah mengalami penurunan fungsi organ, terutama paru-paru. Benarkah seperti itu?
Orang yang sudah sembuh dari COVID-19, justru memiliki antibodi atau daya tahan tubuh, sehingga dirinya terlindungi dan tidak bisa terinfeksi untuk beberapa waktu. Sejauh ini kita memang belum bisa memastikan berapa lama antibodi yang terbentuk itu akan bertahan. Namun, jika seseorang sudah melewati masa atau periode infeksinya yakni pada COVID-19 berlangsung 14-21 hari. Jika seseorang sudah dinyatakan sembuh (kriteria sembuh saat ini adalah telah melalui masa infeksi dan tidak ada gejala lagi ditambah 3 hari), sebenarnya ia sudah tidak bisa lagi menginfeksi orang lain.
Karena virusnya sudah bersifat inaktif atau sudah tidak ada lagi di tubuhnya. Justru orang-orang penyintas COVID-19 dapat menyelamatkan orang lain yang sedang sakit dengan menyumbangkan darahnya yang diolah sebagai terapi plasma konvalesens. Gunanya adalah untuk membantu meringankan gejala penyakit dan memperpendek masa penyakit COVID-19 ini.
Orang yang pernah terkena COVID-19 memang bisa jadi memiliki komplikasi pasca kesembuhannya. Hal ini biasanya terjadi apabila orang tersebut mengalami sakit berat atau memiliki penyakit penyerta. Namun, hal ini tidak menular jadi tidak ada yang perlu ditakutkan.
***
Hasil eksklusif interview Halodoc dengan dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru.
Menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Pelita Harapan. Pernah praktik di RS Polri Raden Said Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, dan saat ini di JMB Clinic Prapanca, Jakarta Selatan. Tim DVI Indonesia. Dokter Reisa pernah mendapatkan gelar Runner up-1 Puteri Indonesia, Puteri Indonesia Lingkungan 2010, dan Miss Indonesia International 2011. Pengurus Besar IDI bagian Relasi Publik periode 2018-2021.