Kapan Sebaiknya Cek Albumin Dilakukan?
Halodoc, Jakarta - Cek albumin dilakukan untuk melihat kadar albumin dalam darah. Jika hasil cek menunjukkan jumlah albumin abnormal, mungkin terdapat masalah pada hati atau ginjal. Hasil cek albumin juga dapat menunjukkan bahwa seseorang mengalami kekurangan gizi. Lalu, kapan waktu cek albumin yang tepat?
Albumin adalah salah satu protein yang paling berlimpah yang ditemukan dalam darah. Hati melepaskan albumin sebagai bagian dari fungsi normalnya. Albumin berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Ia juga membantu mencegah pembuluh darah bocor terlalu banyak. Albumin juga berperan dalam memperbaiki jaringan dan membantu tubuh tumbuh sambil membawa hormon dan nutrisi di sekitarnya.
Waktu yang Tepat untuk Cek Albumin
Orang-orang berisiko memiliki kadar albumin abnormal apabila ia memiliki luka terbuka atau luka bakar atau setelah menjalani operasi. Organ hati yang sehat akan mengubah protein yang dicerna menjadi albumin. Ketika hati tidak berfungsi dengan benar, maka proses ini akan menurun dan dapat menyebabkan penurunan kadar albumin.
Baca Juga: Selain Diabetes, Kenali Penyebab Lain Hipoalbuminemia
Dokter akan meminta kamu melakukan cek albumin sebagai bagian dari panel metabolisme. Panel metabolik melibatkan beberapa tes untuk memeriksa kadar:
- Kreatinin.
- Prealbumin.
- Nitrogen urea darah.
- Albumin.
Dokter biasanya akan melakukan cek albumin jika terdapat gejala penyakit hati atau masalah hati lainnya. Dokter akan menjadwalkan pemeriksaan ketika satu atau lebih dari gejala berikut muncul:
- Penurunan berat badan yang tidak terduga.
- Terdapat bengkak di sekitar perut, mata, atau kaki.
- Penyakit kuning, menyebabkan kulit dan mata menjadi kuning.
- Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan.
Dokter dapat menggunakan pemeriksaan albumin dalam kasus lain untuk memantau kondisi yang terjadi, seperti penyakit ginjal atau pankreatitis kronis. Ketika digunakan untuk memeriksa kondisi-kondisi tersebut, tes ini membantu dokter untuk menentukan apakah pengobatan sedang berkembang.
Baca Juga: 4 Makanan Sehat untuk Pengidap Hipoalbuminemia
Persiapan dan Hasil yang Diharapkan dari Pemeriksaan Albumin
Pemeriksaan ini biasanya tidak mengharuskan kamu berpuasa. Namun, terdapat obat-obatan tertentu yang dapat memengaruhi hasil tes. Obat-obatan yang mungkin diperlukan untuk mengurangi dosis atau berhenti minum obat sama sekali sebelum tes albumin yaitu:
- Steroid anabolik.
- Insulin.
- Hormon pertumbuhan.
Kamu harus berbicara terlebih dulu dengan dokter melalui aplikasi Halodoc sebelum mengubah dosis atau menghentikan obat apapun. Begitu juga kamu harus memberi tahu dokter mengenai obat apapun yang harus diminum. Dokter akan menentukan apakah persiapan yang tepat sebelum tes dilakukan.
Setelah itu, dokter akan melakukan tes darah yang mencakup unsur albumin serum. Ketika prosedur tes dilakukan, kamu akan dipersilahkan duduk dan seorang ahli yang bertugas akan membersihkan area kulit dengan alkohol, petugas akan memasukkan jarum kecil ke salah satu pembuluh darah yang terlihat. Darah kemudian akan diambil sebanyak satu tabung atau lebih. Setelah darah terkumpul, darah akan dikirim ke laboratorium untuk dilakukan analisis.
Baca Juga: Cegah Hipoalbuminemia dengan Menerapkan Pola Hidup Sehat
Perlu kamu ketahui bahwa tes albumin merupakan salah satu dari beberapa tes yang dilakukan pada satu waktu, dokter akan menginterpretasikan semua hasil bersamaan untuk menentukan apakah ada kondisi khusus yang menjadi masalah. Biasanya, kisaran albumin dalam darah adalah antara 3,4-5,4 gram per desiliter. Ketika kadar seseorang ditemukan lebih rendah dari kisaran rata-rata, maka itu dapat menunjukkan suatu kondisi seperti :
- Penyakit Crohn.
- Penyakit hati.
- Penyakit Celiac.
- Peradangan.
- Nutrisi buruk.
- Syok.
- Sindrom nefritik atau nefrotik.
Dokter mungkin saja akan melakukan tes tambahan apabila ia mencurigai adanya penyakit hati dan untuk menentukan jenis penyakit lainnya. Beberapa jenis penyakit yang mungkin terjadi yaitu sirosis, hepatitis, dan nekrosis hepatoseluler. Apabila kadar albumin ditemukan terlalu tinggi, maka mungkin pertanda seseorang mengonsumsi makanan berprotein tinggi atau sedang mengalami dehidrasi.