Kaitan Hoarding Disorder dan Gangguan Kesehatan Mental
“Hoarding disorder termasuk ke dalam jenis gangguan kesehatan mental yang menyebabkan pengidapnya gemar menumpuk barang. Mereka merasa membutuhkannya, padahal sebenarnya tidak.”
Halodoc, Jakarta – Hoarding disorder adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan kebiasaan menimbun barang di dalam rumah. Pengidap mengalami kesulitan untuk menyingkirkan benda yang sebenarnya tidak diperlukan.
Penyakit yang bisa juga disebut dengan gangguan menimbun membuat pengidapnya merasa harus menyelamatkan benda-benda yang ditemuinya. Padahal, kebanyakan barang yang ditemukan tidak memiliki nilai materi.
Dampaknya, rumah terisi penuh oleh barang-barang dan menjadi sempit. Ini bisa menimbulkan dampak buruk, terutama dari sisi medis. Di antaranya, sesak napas, asma dan infeksi saluran pernapasan.
Gejala yang Dialami oleh Pengidap
Tanda hoarding disorder sudah bisa terlihat sejak seseorang memasuki masa remaja. Pengidap cenderung suka menyimpan dan menumpuk barang serta kesulitan mengorganisir dan membuangnya.
Seiring bertambahnya usia, kebiasaan menimbun barang yang tidak terpakai jadi semakin parah. Gangguan ini berkembang secara bertahap seiring dengan waktu. Adapun tanda lainnya, yakni:
- Memungut benda yang tidak dibutuhkan.
- Kesulitan membuang atau berpisah dengan barang-barang yang dibawa, terlepas dari nilai materinya.
- Merasa perlu menyimpan barang-barang dan kesal dengan pemikiran ketika harus membuangnya.
- Memiliki masalah dalam mengatur atau menata benda.
Gejala di atas berdampak pada:
- Tumpukan barang yang tidak teratur dan berantakan.
- Timbul konflik dengan orang serumah yang mencoba menata atau membereskan timbunan barang.
- Kehilangan barang-barang penting yang dibutuhkan.
Adapun alasan pengidap hoarding disorder mengumpulkan barang yang tak terpakai, yakni:
- Pengidap percaya barang-barang ini unik dan akan dibutuhkan sewaktu-waktu.
- Barang-barang tersebut memiliki makna emosional atau kenangan. Contohnya, sebagai pengingat ketika melewati momen bahagia.
- Pengidap merasa lebih aman jika dikelilingi oleh barang-barang yang mereka ‘selamatkan’ dari jalanan atau tempat sampah.
Pengobatan Hoarding Disorder
Adapun langkah pengobatan yang dilakukan guna mengatasi gejala pada pengidap hoarding disorder, yakni:
1. Psikoterapi
Salah satunya adalah perilaku kognitif. Metode ini dilakukan untuk meredakan gejala dengan menahan keinginan pengidap dalam menimbun barang dan belajar membuang barang tertumpuk yang tak terpakai.
2. Obat-obatan
Langkah ini diberikan jika pengidap mengalami gangguan kesehatan mental lain, seperti kecemasan atau depresi. Jenis obat yang diresepkan yakni antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Sementara langkah sederhana yang dilakukan guna meningkatkan keberhasilan proses pengobatan, di antaranya:
- Buat daftar benda-benda yang perlu dibuang.
- Kurangi kebiasaan memungut atau membawa barang dari luar. Misalnya, dari 10 benda, dikurangi menjadi 5 benda per hari.
- Menyumbangkan barang layak pakai pada orang yang lebih membutuhkan.
- Bersihkan salah satu ruangan di dalam rumah dan buat perbandingan dengan ruangan yang masih kotor.
- Manfaatkan waktu yang ada dengan kegiatan lain ketimbang mengumpulkan barang dari luar rumah.
Hoarding disorder yang tidak ditangani berpotensi menurunkan kualitas hidup pengidapnya dan menimbulkan masalah lain. Di antaranya tertimbun benda-benda, terisolasi dari lingkungan sekitar dan gangguan kesehatan akibat lingkungan tempat tinggal yang kotor.
Selain menghentikan kebiasaan menimbun barang, upaya menjaga kesehatan juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi suplemen penunjang kesehatan yang dibutuhkan tubuh. Download Halodoc segera dan cek kebutuhan suplemen di Toko Kesehatan pada aplikasi tersebut, ya.