Jelang Menopause, Wanita Rentan Alami Inkontinensia Urine?
Halodoc, Jakarta – Setiap wanita pasti akan mengalami masa menopause. Umumnya, wanita mengalami menopause ketika siklus menstruasi berhenti secara alami saat memasuki usia lanjut, sekitar usia 40 hingga 50 tahun. Menopause pada setiap wanita menimbulkan gejala yang berbeda-beda. Umumnya, ada beberapa gejala yang mungkin dialami wanita yang mengalami menopause.
Baca juga: 5 Metode untuk Mendiagnosis Inkontinensia Urine
Tanda yang umum adalah berhenti menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Selain itu, gangguan tidur atau insomnia kerap dialami oleh wanita menjelang masa menstruasi. Wanita menjelang masa menstruasi juga mengalami gangguan pada kemih, salah satunya adalah inkontinensia urine. Ini penjelasannya.
Penyebab Inkontinensia Urine Jelang Menopause
Inkontinensia urine terjadi ketika seseorang tidak dapat menahan buang air kecil. Kondisi ini menyebabkan seseorang lebih sering mengompol. Inkontinensia urine lebih sering dialami oleh wanita yang memasuki masa lansia. Meskipun tidak berbahaya, kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental dan kehidupan sosial pengidap inkontinensia urine.
Wanita yang memasuki masa menopause rentan alami inkontinensia urine. Dilansir dari Medical News Today, penurunan hormon estrogen pada tubuh wanita dapat membuat otot, khususnya pada area kandung kemih mengalami pengenduran. Penurunan kadar estrogen yang terjadi pada tubuh wanita meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pada wanita. Infeksi saluran kemih yang tidak diatasi atau cukup parah juga dapat sebabkan inkontinensia urine.
Baca juga: Mengompol saat Dewasa Bisa Jadi Gejala Inkontinensia Urine?
Faktor keturunan juga meningkatkan risiko seseorang alami inkontinensia urine. Jika kamu memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami serupa, maka kamu rentan mengalaminya juga. Sebaiknya lakukan gaya hidup yang sehat. Dilansir dari Urology Care Foundation, kebiasaan merokok dapat meningkatkan kondisi inkontinensia urine.
Penggunaan beberapa jenis obat-obatan juga meningkatkan risiko seseorang alami inkontinensia urine, seperti penggunaan obat penenang, obat penyakit jantung, dan obat antihipertensi. Jika inkontinensia urine yang dialami disebabkan penggunaan obat, tidak ada salahnya untuk bertanya langsung pada dokter mengenai penggunaan obat yang dikonsumsi. Hal ini dapat membantu untuk mengatasi inkontinensia urine.
Kenali Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Ada beberapa gejala yang dialami pengidap inkontinensia urine, seperti mengompol ketika kandung kemih mengalami tekanan, seperti batuk atau bersin. Tidak hanya itu, pengidap inkontinensia urine tidak mampu menahan dan menunda untuk melakukan buang air kecil.
Sebaiknya segera mengunjungi rumah sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan apabila kamu mengalami gejala lain, seperti tubuh yang lemas dan terasa kesemutan, alami gangguan berjalan, gangguan bicara, pandangan yang kabur, tidak dapat menahan buang air besar, atau alami penurunan kesadaran.
Kini kamu bisa membuat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan melalui aplikasi Halodoc. Jadi, kamu tidak perlu mengantre sesampainya di rumah sakit. Adapun beberapa pengobatan untuk mengatasi inkontinensia urine, yaitu tindakan non bedah dan tindakan operasi.
Baca juga: Idap Inkontinensia Urine, Ini Cara Mengatasinya
Namun, tidak ada salahnya lakukan pencegahan inkontinensia urine, seperti menurunkan berat badan dan konsumsi makanan yang memiliki kandungan serat cukup tinggi untuk cegah sembelit. Dilansir dari National Health Service UK, hentikan pengonsumsian minuman atau makanan yang mengandung alkohol dan soda agar terhindar dari penyakit inkontinensia urine.
Referensi:
National Health Service UK. Diakses pada 2020. Urinary Incontinence
Urology Care Foundation. Diakses pada 2020. 7 Urologic Conditions Impacted by Smoking
Urology Care Foundation. Diakses pada 2020. What is Urinary Incontinence
Medical News Today. Diakses pada 2020. Urinary Incontinence: What You Need to Know
NIH National Institute on Aging. Diakses pada 2020. Urinary Incontinence in Older Adults
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan