Jarang Merasakan Sakit, Waspada Gangguan Neuropati Perifer
Halodoc, Jakarta – Kebal terhadap rasa sakit juga perlu diwaspadai. Pasalnya, ada masalah kesehatan yang membuat pengidapnya tidak merasakan sakit atau merasakan sakit "palsu". Kondisi ini disebut neuropati perifer, yakni gangguan yang menyebabkan proses pengiriman sinyal antara sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi terganggu. Akibatnya, sistem saraf tidak mengirim sinyal rasa sakit ke otak atau sebaliknya, sistem saraf mengirim rasa sakit ke otak meski tidak ada penyebabnya.
Baca Juga: 4 Gangguan Saraf yang Perlu Diketahui
Gejala Neuropati Perifer Bervariasi
Gejala tergantung pada bagian saraf tepi yang terkena. Berikut penjelasannya:
-
Mononeuropati, terjadi akibat cedera pada salah satu saraf tepi. Gejalanya berupa penglihatan ganda (sulit fokus), nyeri tungkai, jari tangan terasa lemah atau kesemutan, (pada pengidap carpal tunnel syndrome/CTS), dan salah satu sisi wajah lumpuh (pada pengidap bell's palsy).
-
Neuropati motorik, terjadi akibat adanya gangguan pada saraf yang mengontrol gerakan tubuh. Gejalanya berupa kedutan, kram atau lemah otot, penurunan massa otot, serta kaki lunglai dan mudah terjatuh saat berjalan.
-
Neuropati sensorik, terjadi akibat gangguan pada saraf yang mengirim sinyal sensasi sentuhan, suhu, atau nyeri. Gejalanya berupa kesemutan, tidak bisa merasakan perubahan suhu (terutama di kaki), gangguan keseimbangan dan koordinasi tubuh, muncul rasa nyeri tertusuk atau terasa panas, serta mudah sakit meski hanya tersentuh sedikit.
-
Neuropati otonom, terjadi pada saraf yang mengendalikan kinerja otot tak sadar. Misalnya pada saluran pencernaan, kandung kemih, dan tekanan darah. Gejalanya berupa takikardia, sulit menelan, perut kembung, sering sendawa, mual, sering buang air kecil, hipotensi ortostatik, jarang berkeringat, disfungsi seksual, serta diare.
Baca Juga: Sering Kesemutan Tanda Adanya Penyakit Ini
Neuropati Perifer Terjadi Akibat Beberapa Penyakit
Misalnya diabetes, penyakit autoimun, hipotiroid, penyakit liver, gagal ginjal, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), penumpukan protein amiloid dalam jaringan atau organ tubuh (amiloidosis), kerusakan saraf akibat cedera atau efek samping operasi, infeksi bakteri atau virus (seperti difteri, kusta, hepatitis C, cacar, dan HIV/AIDS), serta kanker.
Selain penyakit, neuropati perifer bisa terjadi akibat faktor genetik, keracunan merkuri atau arsenik, efek samping obat-obatan, dampak negatif kecanduan alkohol, serta akibat kekurangan vitamin B1, B6, B12, dan vitamin E.
Diagnosis neuropati perifer ditetapkan berdasarkan tes darah, tes pencitraan, tes fungsi saraf, pungsi lumbal, dan biopsi saraf. Pengobatan tergantung penyebab neuropati perifer, antara lain:
-
Kekurangan vitamin: pemberian vitamin B12 bentuk tablet atau suntik.
-
Diabetes: jaga berat badan, olahraga teratur, berhenti merokok, dan kurangi konsumsi alkohol.
-
Penyakit autoimun: pemberian obat golongan kortikosteroid sebagai obat anti peradangan dan mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh.
Pengobatan lainnya berupa konsumsi obat pereda nyeri, suntik immunoglobulin, transfusi tukar plasma darah (plasmaferesis), fisioterapi, hingga tindakan bedah jika neuropati perifer disebabkan oleh tekanan pada saraf. Pengidap neuropati perifer juga bisa melakukan pengobatan di rumah dengan rutin latihan berjalan, berhenti merokok, hindari konsumsi alkohol, konsumsi makanan bergizi seimbang, dan rutin periksa kadar gula darah.
Baca Juga: 5 Gejala Penyakit Saraf yang Perlu Diketahui
Kalau kamu tidak pernah merasakan sakit atau sering muncul rasa sakit tanpa sebab yang jelas, segera bicara pada dokter Halodoc untuk mencari tahu penyebabnya. Gunakan fitur Contact Doctor yang ada di Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!