Jangan Tiru 4 Mitos Olahraga yang Masih Dipercaya Ini
Halodoc, Jakarta - Olahraga menyimpan beragam keistimewaan bagi tubuh, mulai dari ujung kaki hingga kepala mendapatkan manfaat dari aktivitas fisik ini. Akan tetapi, olahraga bisa saja menjadi bumerang bagi tubuh bila kita terjebak dengan mitos-mitos olahraga yang menyesatkan.
Untuk mendapatkan berat badan dan bentuk tubuh yang ideal, apalagi dalam waktu instan, terkadang sebagian orang menerima mentah-mentah begitu saja saran atau tips yang yang belum teruji kebenarannya. Lantas, apa saja sih mitos-mitos olahraga yang masih dipercayai banyak orang?
Baca juga: Olahraga yang Ampuh Mengecilkan Perut dengan Cepat
1.Perbanyak Sit Up Biar Six Pack
Inilah salah satu mitos-mitos olahraga yang cukup populer. Banyak awam yang mempercayai kalau sit up merupakan cara yang paling efektif untuk membuat perut kotak-kotak, alias six pack.
Faktanya, sit up saja tidaklah cukup untuk membentuk otot perut. Gerakan ini perlu digabungkan dengan gerakan atau olahraga lainnya, serta program penurunan berat badan secara keseluruhan. Contohnya seperti konsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga (bervariasi) secara rutin.
Bahkan, menurut beberapa ahli dalam beberapa kasus six pack dapat menyebabkan perut buncit bila dilakukan banyak. Agar hasilnya efektif, coba kombinasikan six pack dengan gerakan seperti walking lunge, sambil memutar bagian atas tubuh secara bersamaan.
Gerakan ini menargetkan semua otot perut dan kelompok otot besar lainnya, serta membakar lebih banyak kalori dan lemak tubuh. Nah, gerakan seperti ini yang membantu dirimu untuk membentuk otot perut.
Mau tahu kenapa para pesenam dan penari memiliki perut yang rata? Alasannya mereka melakukan beragam variasi gerakan tubuh, bukan cuma sit up saja.
2.Semakin Berkeringat, Semakin Banyak Kalori Terbakar
Mitos-mitos olahraga lainnya berkaitan dengan keringat yang dihasilkan saat berolahraga. Banyak awam yang mempercayai kalau kita semakin berkeringat saat berolahraga, maka tandanya semakin banyak kalori yang sudah terbakar.
Bagaimana faktanya? Menurut American Council on Exercise, keringat adalah sebuah respon biologis kulit untuk mengatur suhu tubuh internal. Kondisi ini juga menandai banyaknya cairan yang dibuang oleh tubuh untuk menjaga panas. Nah, akibatnya semakin banyak keringat bukan banyak kalori yang terbakar, melainkan lebih cepat dehidrasi.
Baca Juga: Dosis Olahraga yang Dianjurkan agar Tetap Sehat
3.Perbanyak Konsumsi Protein
Pernah mendengar saran untuk seperti perbanyak asupan protein siapa otot lebih cepat terbentuk? Faktanya, protein berperan penting dalam pembentukan otot, namun jangan menelan mentah-mentah saran tersebut.
Sebab, masih banyak awam yang mempercayai hal tersebut, sehingga mengesampingkan bahan makanan lainnya. Misalnya karbohidrat, sayuran, dan buah segar. Memangnya, ada yang salah?
Hati-hati, mitos-mitos olahraga menyoal asupan protein yang berlebihan bisa merugikan tubuhmu. Alasannya, konsumsi protein yang tinggi di atas ambang batas akan menimbulkan beban yang berat bagi metabolisme. Sementara itu, mengurangi porsi sayuran dan buah juga tidak baik bagi tubuh.
Mengurangi porsi sayuran dan buah akan membuat tubuh kehilangan pasokan vitamin C, yang membuat dinding pembuluh darah menjadi sangat tipis. Alhasil, otak akan memerintahkan tubuh untuk melapisi dinding tersebut dengan substansi lemak lengket, yang didapat dari konsumsi protein hewani yang mungkin saja dipilih secara sembarang. Nah, hal ini yang bisa membuat dinding pembuluh darah akan menyempit dan mengganggu peredaran darah dalam jangka panjang.
Baca juga: 4 Makanan Sumber Protein Nabati yang Baik Bagi Tubuh
4.Kurangi Makan, Perbanyak Gerak
Untuk menghilangkan lemak kuncinya kita perlu membakar lebih banyak kalori daripada yang dikonsumsi. Alasan ini memang logis, bahwa mengurangi porsi makan dan lebih banyak bergerak akan menyebabkan penurunan berat badan. Meski secara teori saran ini berhasil, namun tips ini merupakan rekomendasi yang buruk bagi mereka yang memiliki masalah dengan berat badan berlebih.
Pasalnya, kebanyakan orang yang mengikuti saran ini berat badannya kembali naik karena proses fisiologis dan biokimia tubuh. Oleh sebab itu, perubahan besar dan berkelanjutan dalam perilaku dan perspektif, amat diperlukan untuk menurunkan berat badan dengan cara diet dan berolahraga. Singkat kata, membatasi asupan makanan dan melakukan lebih banyak aktivitas fisik saja tidaklah cukup.
Menginstruksikan pengidap obesitas untuk memangkas porsi makanannya dan lebih aktif berolahraga, sama halnya dengan memberi tahu seseorang yang depresi untuk tetap ceria, atau seseorang dengan alkoholisme untuk mengurangi takaran minumannya.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?