Jangan Keliru, Ini Perbedaan Antibiotik dan Antivirus yang Harus Diketahui
“Antibiotik bekerja dengan cara melawan bakteri dan menghentikan pertumbuhannya, sementara antivirus menghentikan replikasi virus. Keduanya efektif mengobati infeksi, tetapi bekerja pada organisme yang berbeda.”
Halodoc, Jakarta – Antibiotik dan antivirus adalah dua jenis obat yang digunakan untuk melawan infeksi. Perbedaan keduanya terletak pada jenis organisme dan penyakit yang dapat diatasi dengan obat.
Antibiotik berguna untuk infeksi bakteri, sedangkan antivirus bertujuan untuk membantu mengatasi infeksi virus. Jenis-jenisnya berbeda, tergantung pada penyakit dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
Ketahui di bawah ini lebih lengkapnya tentang perbedaan keduanya!
Perbedaan Antibiotik dan Antivirus
Antibiotik dan antivirus dikelompokkan ke dalam subkelas berbeda berdasarkan cara kerjanya. Ini beberapa perbedaannya:
1. Cara kerja
Antibiotik
Masing-masing antibiotik memiliki cara kerja yang sedikit berbeda. Namun, secara umum antibiotik menghambat pembentukan dinding sel, mencegah pembentukan DNA bakteri, dan menghentikan pembentukan protein bakteri.
Antibiotik dapat bersifat bakterisidal, membunuh bakteri langsung, atau bersifat bakteriostatik. Singkat kata, obat ini mampu menghentikan pertumbuhan bakteri. Pemilihan jenis obat yang tepat secara efektif dapat mencegah resistensi bakteri terhadap obat.
Jika anak mengalami demam akibat bakteri, ini rekomendasi antibiotik yang bisa ibu berikan: Ibu, Ini 5 Antibiotik Alami untuk Demam Anak.
Antivirus
Antivirus adalah kelas obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi virus. Jenis obat ini dikelompokkan ke dalam subkelas berbeda berdasarkan cara kerjanya.
Kebanyakan antivirus bekerja dengan mencegah virus memasuki sel sehat atau dengan menghambat replikasi DNA virus. Tidak seperti antibiotik, antivirus kebanyakan menghambat pertumbuhan dan replikasi virus dibandingkan membunuh patogen.
2. Jenis dan penyakitnya
Antibiotik
- Penisilin: Pneumonia, meningitis.
- Sefalosporin: gonore, meningitis, penyakit radang panggul, infeksi telinga, dan pneumonia.
- Tetrasiklin: jerawat, rosacea, demam berbintik, dan pneumonia.
- Makrolida: bronkitis, sinusitis, dan pneumonia.
- Fluorokuinolon: klamidia, gonore, dan konjungtivitis.
- Sulfonamida: infeksi telinga tengah dan infeksi saluran kemih.
- Glikopeptida: infeksi kulit, pneumonia, dan infeksi otak.
Antivirus
- Oseltamivir: meredakan gejala oleh flu (virus influenza).
- Peramivir: meredakan gejala flu (virus influenza).
- Penciclovir: mengatasi luka kulit akibat virus herpes.
- Bictegravir/Emtricitabine/Tenofovir: mengtasi human immunodeficiency virus dan acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS).
- Remdesivir, Veklury: untuk mengobati infeksi COVID-19.
- Nirmatrelvir/Ritonavir, Paxlovid: untuk mengobati infeksi COVID-19.
- Asiklovi: untuk luka herpes dan dapat mengobati herpes zoster atau herpes genital.
3. Efek Samping
Antibiotik
Kebanyakan antibiotik tidak menimbulkan masalah jika digunakan dengan benar, dan jarang menyebabkan efek samping yang serius. Efek samping yang umum meliputi:
- Merasa tidak enak badan.
- Kembung dan gangguan pencernaan.
- Diare atau feses cair.
Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap antibiotik, terutama jenis penisilin dan antibiotik jenis lain yang disebut sefalosporin.
Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, efek samping dapat menyebabkan reaksi alergi yang serius (anafilaksis), yang merupakan keadaan darurat medis.
Segera hubungi unit gawat darurat jika:
- Mengalami ruam kulit yang ditandai dengan gatal, merah, bengkak, melepuh, atau mengelupas.
- Mengi atau napas berbunyi.
- Merasa sesak di area sekitar dada atau tenggorokan.
- Mengalami kesulitan bernapas atau berbicara.
- Pembengkakan pada mulut, wajah, bibir, lidah atau tenggorokan.
Selain beberapa poin di atas, ketahui juga: Ini Hal yang Bisa Terjadi Jika Minum Antibiotik Tidak Teratur.
Antivirus
Efek samping dari obat antivirus berbeda-beda, tergantung jenis obat dan dosis penggunaannya. Umumnya pengguna mungkin saja mengalami:
- Batuk.
- Mulut kering.
- Diare.
- Pusing.
- Kelelahan.
- Sakit kepala.
- Insomnia.
- Nyeri sendi atau nyeri otot.
- Mual dan muntah.
- Ruam kulit.
Risiko efek samping juga bisa muncul akibat adanya interaksi antar obat. Ketahui di sini berbagai dampak yang bisa saja terjadi: Mengenal Apa Itu Interaksi Antar Obat dan Berbagai Dampaknya.
Itulah perbedaan antara antibiotik dan antivirus. Ingat, penggunaan kedua jenis obat tersebut harus berdasarkan resep dan anjuran dokter. Jika tidak, bisa saja terjadi peningkatan gejala dari penyakit alih-alih sembuh.
Jika membutuhkan informasi lain seputar kesehatan dan pola hidup sehat lainnya, silakan download Halodoc sekarang juga!
Referensi:
TalktoMira. Diakses pada 2023. What Is The Difference Between Antibiotics And Antivirals?
National Health Service UK. Diakses pada 2023. Antibiotics.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Antivirals.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan