Introvert Bukan Berarti Antisosial, Ini Perbedaannya
Halodoc, Jakarta - “Kamu seharusnya perlu lebih banyak berbicara dan bergaul”. Kalimat seperti itu banyak diucapkan oleh para ekstrovert ke introvert. Sayangnya, para introvert menganggap kalimat tersebut menyebalkan dan mengganggu. Belum lagi telinga mereka juga harus ‘kebal’ dengan berbagai kata penghakiman. Mulai dari sombong, cuek, tidak berempati, bahkan hingga antisosial. Tuduhan yang cukup serius, bukan?
Orang-orang melihat introvert sebagai suatu “penyakit”, sesuatu yang rusak dan harus diperbaiki. Mereka terus memberikan introvert dorongan dan rasa percaya diri agar bisa tampil lebih proaktif. Namun, tunggu dulu, apa benar orang introvert membutuhkan dukungan atau nasihat tersebut?
Baca juga: Introvert Itu Pendiam, Masa Sih? Ini Faktanya
Introvert Bukan Berarti Antisosial
Mau tahu apa perbedaan antara introvert dan antisosial? Pertama, pahami dulu sifat sifat, karakter, atau ciri-ciri introvert. Menurut ahli di American Psychological Association, introvert cenderung menarik diri, pendiam, tenang, suka menyendiri, dan tidak tergesa-gesa atau berhati-hati. Seorang introvert juga lebih suka bekerja secara mandiri.
Ada hal menarik lainnya dari seorang introvert. Berdasarkan studi yang dipublikasikan Journal of Motor Behavior mengatakan, introvert membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memproses informasi daripada ekstrovert.
Nah, menurut Beth Buelow, penulis The Introvert Entrepreneur: Amplify Your Strengths and Create Success on Your Own Terms, itulah sebabnya introvert sering kali hanya duduk diam selama rapat. Padahal, sebenarnya introvert berendam dalam informasi yang disajikan dan berpikir kritis.
Lantas, apa perbedaan introvert dan antisosial? Menurut ahli di National Health Service UK, antisosial adalah gangguan kepribadian saat terjadinya penyimpangan perilaku dari norma-norma. Kondisi ini terus dilakukan pengidapnya dari waktu ke waktu, dan mengarah pada perbuatan yang berpotensi membahayakan dirinya atau orang lain.
Pengidap gangguan kepribadian tidak peduli akan perasaan orang lain, dan mengacuhkan perilaku yang benar dan tidak benar. Mereka yang mengalami gangguan ini umumnya tidak memiliki rasa empati dan cenderung memanipulasi orang-orang di sekitarnya. Itulah sebabnya gangguan kepribadian antisosial sering dikaitkan dengan psikopat atau sosiopat.
Mau tahu apa saja gejala antisosial? Sungguh beragam, mulai dari mengeksploitasi, memanipulasi atau melanggar hak orang lain, kurang perhatian, atau penyesalan terhadap kesusahan orang lain, menyalahkan orang lain atas masalah dalam hidup mereka, hingga berulang kali melanggar hukum.
Nah, itulah perbedaan introvert dan antisosial. Kesimpulannya, tak sesederhana “ansos” yang sering didengar, bukan? Gangguan kepribadian antisosial begitu kompleks, bukan cuma menyoal enggan bergaul atau suka menyendiri saja.
Jika kamu ingin mengetahui lebih banyak tentang gangguan kepribadian antisosial, caranya mudah. Kamu bisa berdiskusi dengan psikolog melalui aplikasi Halodoc, kapan saja dan di mana saja.
Baca juga: Begini Cara Mencegah Gangguan Kepribadian Antisosial
Tak Paham, Maka Timbulkan Prasangka
Sayangnya, sifat atau karakter introvert seperti di atas sering kali menimbulkan berbagai ‘masalah’. Menurut Susan Cain, penulis Quiet: The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking, para introvert sering menjadi subjek prasangka yang sangat dalam dan nyata di kehidupan masyarakat.
Oleh sebab itu, untuk melihat pandangan ini dengan jelas, sebaiknya kita perlu mengetahui apa itu introvert. Sebenarnya, introvert berbeda dengan pemalu, sebab pemalu lebih takut terhadap pandangan atau penilaian sosial terhadap dirinya.
Introvert lebih mengenai cara seseorang merespons stimulasi, termasuk stimulasi sosial. Bila ekstrovert benar-benar mengharapkan banyak sekali stimulasi, sedangkan introvert justru sebaliknya.
Mereka merasa paling nyaman, hidup, dan bersemangat ketika berada di lingkungan yang sepi dan tenang. Memang tidak setiap saat dan tidak mutlak, tapi kebanyakan orang introvert sering menginginkan kondisi tersebut.
Menurut Dr. Jennifer Kahnweiler, sekaligus penulis The Introverted Leader: Building on Your Quiet Strength, introvert adalah orang-orang yang mendapatkan energi dari menghabiskan waktu sendirian.
Nah, inilah masalah yang memicu timbulnya prasangka. Padahal, bila ingin memaksimalkan bakat, kemampuan, fokus, semangat, dan hal-hal positif lainnya, seseorang perlu menempatkan diri dalam zona stimulasi yang cocok bagi diri mereka.
Pertanyaannya, salahkah bila zona stimulasi yang cocok dan nyaman bagi introvert adalah lingkungan sepi dan damai?
Sekali lagi, di sinilah prasangka itu datang. Orang-orang yang tidak memahami introvert dengan jelas, sering menuduh mereka sebagai orang antisosial, sombong, aneh, tidak ramah, perlu dikasihani, kesepian, atau bahkan orang yang bermasalah.
Hal yang mesti digarisbawahi, kondisi di atas adalah suatu hal yang membuat para introvert lebih nyaman dan benar-benar hidup. Introvert bukanlah masalah yang harus diatasi atau “penyakit” yang harus disembuhkan. Pendek kata, ini hanyalah cara hidup yang paling nyaman bagi para introvert.
Baca juga: Kapan Karakter Anak Introvert dan Ekstrovert Terlihat?
Introvert Perlu Mengubah Diri?
Tak sedikit para orang-orang yang terus mencoba memberi masukan pada introvert mengenai sifat mereka. Sayangnya, niat baik itu hampir selalu jatuh pada telinga yang lelah dikasihi. Mengapa? Memang tidak ada yang perlu diperbaiki dan tak ada alasan untuk dikasihani.
Sayangnya, orang introvert sering kali dianggap sebagai antisosial, pemalu, bahkan orang yang muak dengan hubungan sosial. Sedari kecil mungkin kita sudah sering mendengar kalau supel, berinteraksi, bergaul–apa pun namanya, merupakan hal yang sangat baik. Sementara itu, pemalu dan pendiam itu jelek. Padahal, introvert juga memiliki beragam kesamaan dengan orang lainnya, termasuk ekstrovert.
Para introvert juga memiliki ambisi, hasrat, semangat, pandangan, dan pendapat mengenai hal-hal di lingkungannya. Hanya saja, mereka tak ingin membaginya dengan orang lain. Mengapa? Alasannya simpel, karena mereka introvert! Namun, adakah yang salah dari hal tersebut?
Diperkirakan sepertiga penduduk bumi adalah orang introvert. Beberapa tokoh ternama juga seorang introvert, seperti Emma Watson, Elton John, Elon Musk, Barack Obama, Bill Gates, Mahatma Gandhi, Albert Einstein, Michael Jordan, Mark Zuckerberg, Steve Wozniak, hingga Larry Page. Ingat, masih banyak lagi introvert hebat dan menginspirasi seperti mereka di luar sana.
Nah, apa benar mereka perlu mengubah dirinya agar bisa diterima di masyarakat, menjadi sukses, atau bahkan bahagia? Kesimpulannya, sama sekali tidak ada yang salah dengan seorang introvert.
Jadi, andaikan dirimu melihat ada seorang anak kecil di sudut kelas yang tidak terlalu banyak berpartisipasi, atau kolega yang diam seribu bahasa dan minim peran serta, jangan berprasangka buruk. Cobalah berpikir positif, kira-kira hal istimewa apa yang akan mereka lakukan ke depannya?
Referensi:
American Psychological Association - APA Dictionary of Psychology. Diakses pada 2020. Introversion
American Psychological Association. Diakses pada 2020. Introverts and Extroverts.
TIME. Diakses pada 2020. The Surprising Benefits of Being an Introvert
Youtube - TED. Diakses pada 2020. The power of introverts | Susan Cain
Quiet: The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking. Susan Cain
The Introverted Leader: Building on Your Quiet Strength. Dr. Jennifer Kahnweiler,
Introvert Power: Why Your Inner Life Is Your Hidden Strength. Dr Laurie Helgoe,
NHS . Diakses pada 2020. Antisocial personality disorder
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan