Inilah yang Dimaksud dengan Hepatitis D
Halodoc, Jakarta – Salah satu jenis lain dari penyakit hepatitis adalah hepatitis D. Setiap jenis hepatitis memiliki metode penyebaran dan gejala yang berbeda-beda. Namun, khusus untuk hepatitis D, penyakit ini membutuhkan virus Hepatitis B untuk menjangkiti sel hati.
Penularannya dapat terjadi dengan dua acara. Pertama adalah infeksi bersamaan secara simultan hepatitis B dengan hepatitis D (koinfeksi). Sedangkan cara yang kedua adalah infeksi virus hepatitis D pada individu yang telah terinfeksi Hepatitis B sebelumnya (superinfeksi).
Hepatitis D dapat menimbulkan penyakit akut maupun kronis. Hepatitis D akut terjadi secara tiba-tiba dan menimbulkan gejala yang lebih hebat dibanding hepatitis D kronis. Jika infeksi hepatitis D terjadi selama 6 bulan atau lebih, infeksi yang terjadi merupakan infeksi kronis.
Pada infeksi kronis, gejala hepatitis D yang timbul akan berkembang dan bertambah parah secara perlahan. Virus biasanya menetap di tubuh selama beberapa bulan sebelum gejala pertama muncul. Semakin lama infeksi hepatitis D terjadi, risiko terjadinya komplikasi akibat penyakit ini semakin tinggi.
Hingga saat ini, masih belum diketahui obat untuk menyembuhkan hepatitis D maupun vaksin untuk mencegah infeksi hepatitis D. Namun, penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin hepatitis B karena virus Hepatitis D hanya dapat menyebabkan infeksi bila terdapat virus Hepatitis B.
Pengobatan hepatitis D yang dilakukan sedini mungkin dapat mencegah terjadinya gagal hati pada penderitanya. Infeksi Hepatitis D penting dideteksi karena dapat menyebabkan gagal hati dan perburukan cepat ke arah sirosis dan kanker hati, serta meningkatnya angka kematian pada pengidap dewasa.
Gejala Hepatitis D
Infeksi hepatitis seringkali bersifat asimptomatik (tidak menimbulkan gejala) pada sekitar 90 persen pengidapnya. Selain itu, infeksi hepatitis D seringkali sulit dibedakan dari infeksi virus hepatitis lainnya secara klinis, terutama gejala infeksi virus hepatitis B.
Gejala hepatitis B dan D sangat mirip, sehingga sulit untuk menentukan virus mana yang menimbulkan gejala pada pengidapnya. Pada beberapa kasus, hepatitis D dapat membuat gejala hepatitis B menjadi lebih buruk.
Selain itu, pengidap hepatitis B dengan gejala asimptomatik dapat mengalami gejala hepatitis B akibat infeksi hepatitis D. Periode inkubasi hepatitis D, yaitu waktu yang dibutuhkan virus dari terpapar hingga menimbulkan gejala, adalah 21-45 hari. Namun, dapat juga berlangsung lebih cepat, terutama pada superinfeksi. Gejala hepatitis D yang umumnya ditemui antara lain adalah:
- Kulit dan mata menjadi kuning.
- Rasa Lelah.
- Mual dan muntah.
- Nyeri sendi.
- Nyeri perut.
- Kehilangan nafsu makan.
- Warna urine berubah menjadi gelap seperti teh.
- Gatal-gatal.
- Mudah bingung.
- Memar dan perdarahan.
Penyebab Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV) yang dapat menyebar melalui cairan tubuh atau kontak langsung dengan penderita. HDV dapat ditularkan melalui:
- Urine.
- Kehamilan (dari ibu ke janin).
- Persalinan (dari ibu ke bayi).
- Cairan sperma.
- Cairan vagina.
- Darah.
Jika seseorang sudah terinfeksi HDV, orang tersebut dapat menularkan HDV ke orang lain, bahkan sebelum gejala hepatitis D muncul. Beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi lebih mudah terkena hepatitis D antara lain adalah:
- Terkena infeksi hepatitis B.
- Sering menerima transfusi darah.
- Melakukan seks anal.
- Penyalahgunaan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik, misalnya heroin.
- Pasien cuci darah.
- Pekerja fasilitas kesehatan.
Cara pencegahan hepatitis D terbaik adalah dengan mencegah terjadinya hepatitis B. untuk menghindari terjadinya hepatitis B, kamu perlu berdiskusi dengan dokter di Halodoc. Informasi dokter bisa kamu dapatkan dengan cara Chat atau Voice /Video Call di aplikasi Halodoc. Yuk, buruan download aplikasi Halodoc sekarang!
Baca juga:
- Hati-Hati Hepatitis C yang Menular
- Supaya Enggak Salah, Kenali 5 Gejala Hepatitis B Sejak Dini
- Sering Tidak Disadari, Ini Gejala Hepatitis A yang Perlu Kamu Ketahui