Inilah Risiko Penyakit yang Menyebabkan Peritonitis
Halodoc, Jakarta – Peritonitis bukan sakit perut biasa. Kondisi ini merupakan peradangan pada peritoneum, yaitu lapisan tipis di dalam perut yang fungsinya melindungi organ di dalam rongga perut. Peradangan pada peritonitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Namun, peritonitis juga bisa disebabkan karena adanya penyakit lain. Jadi, jangan sepelekan sakit perut peritonitis. Cari tahu penyakit apa saja yang bisa menyebabkan peritonitis agar kamu bisa mendapatkan pengobatan yang sesuai.
Penyebab Peritonitis
Kebanyakan kasus peritonitis memang disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur. Namun, infeksi ini bisa bermula dari tempat yang berbeda-beda. Berdasarkan asal infeksinya, peritonitis bisa dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu peritonitis primer dan peritonitis sekunder.
1. Peritonitis Primer
Jenis peritonitis ini disebabkan oleh infeksi yang berasal dari dalam peritoneum sendiri. Berikut beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya peritonitis primer:
-
Sirosis. Kerusakan hati ini bisa menyebabkan cairan dalam rongga perut menumpuk yang akhirnya menyebabkan infeksi.
-
Tindakan CAPD. Prosedur yang dilakukan untuk mengobati gagal ginjal kronis ini, bila tidak dilakukan secara steril bisa menyebabkan infeksi.
2. Peritonitis Sekunder
Bila infeksi yang menyebabkan peritonitis berasal dari saluran pencernaan, maka kondisi tersebut dinamakan peritonitis sekunder.
Nah, peritonitis sekunder inilah yang umumnya disebabkan oleh penyakit lain, antara lain:
-
Luka perut, akibat tembakan atau tusukan benda tajam
-
Usus buntu yang pecah
-
Usus besar berlubang
-
Tukak lambung
-
Radang panggul.
-
Penyakit Crohn
-
Diverkulitis
-
Pankreatitis.
-
Sirosis hati.
-
Infeksi kandung empedu, usus, ataupun aliran darah.
-
Pasca melakukan prosedur medis invasif, seperti operasi rongga perut, pengobatan untuk gagal ginjal, maupun penggunaan tabung pengisi.
Baik peritonitis primer maupun peritonitis sekunder sama-sama sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Pada pengidap peritonitis yang juga memiliki sirosis, risiko kematian bisa meningkat hingga 40 persen.
Gejala Peritonitis
Gejala peritonitis yang muncul juga tergantung pada penyebab infeksi atau radang. Namun umumnya, pengidap peritonitis akan mengalami gejala berupa mual dan tidak nafsu makan. Selain itu, gejala-gejala peritonitis lainnya adalah sebagai berikut:
-
Diare
-
Lemas
-
Perut kembung
-
Nyeri perut yang semakin terasa bila disentuh atau bergerak
-
Demam dan disertai menggigil.
-
Sangat sering merasa haus, tapi hanya mengeluarkan urine yang sedikit
-
Susah buang air besar atau buang angin.
Bila pengidap gagal ginjal yang habis menjalani CAPD, juga terserang peritonitis, maka biasanya akan mengalami gejala berupa keluarnya cairan dari rongga perut yang terlihat keruh dan banyak gumpalan berwarna putih.
Cara Mendiagnosis Peritonitis
Bila kamu mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Dokter biasanya akan menanyakan tentang gejala yang kamu alami serta riwayat kesehatan kamu. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan cara menekan lembut perut kamu. Pada pengidap yang baru menjalani CAPD, dokter bisa memastikan penyakit peritonitis dengan melihat cairan yang keluar dari peritoneum.
Selain itu, beberapa pemeriksaan penunjang berikut juga diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat:
-
Tes darah. Pengambilan sampel darah di laboratorium ini bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri sudah menyebar ke dalam darah.
-
Analisis cairan peritoneum. Dokter mengambil sampel cairan peritoneum untuk memeriksa apakah ada infeksi atau peradangan, serta bakteri.
-
Uji pencitraan. Foto rontgen atau CT scan perut juga diperlukan untuk memeriksa adanya lubang atau robekan lain dalam saluran pencernaan.
Bila peritonitis disebabkan oleh usus buntu atau usus besar yang robek, maka tindakan pengobatan yang dianjurkan adalah dengan melakukan operasi.
Itulah jenis penyakit yang bisa menyebabkan peritonitis. Kalau kamu ingin tahu lebih lanjut tentang penyakit peritonitis, kamu bisa menanyakan langsung kepada ahlinya lewat aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu berdiskusi dengan dokter kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Baca juga:
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan