Inilah Proses Infeksi HIV Berubah Menjadi AIDS
Halodoc, Jakarta – Masih banyak orang yang tidak bisa menganggap HIV dan AIDS itu sama. Kalau kamu salah satunya, kamu harus tahu kalau acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah kondisi kronis yang berpotensi mengancam nyawa yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Simpelnya, AIDS adalah infeksi stadium lanjut yang disebabkan oleh penyakit HIV .
Tidak semua orang yang terserang HIV pasti mengidap AIDS. Namun, seseorang yang mengidap AIDS sudah pasti memiliki HIV. Lantas, bagaimana HIV bisa berkembang menjadi AIDS? Begini prosesnya.
Baca juga: Inilah Cara Penularan HIV yang Perlu Diwaspadai
Proses HIV Berubah Menjadi AIDS
Awalnya, HIV menghancurkan sel T CD4, yakni sel darah putih yang berperan besar dalam membantu tubuh untuk melawan penyakit. Ketika sel CD4 T yang kamu miliki semakin sedikit, maka sistem kekebalan kamu pun menjadi semakin lemah dan sulit memerangi infeksi yang masuk ke dalam tubuh.
Kamu dapat terkena infeksi HIV dengan sedikit atau tanpa gejala selama bertahun-tahun sebelum berubah menjadi AIDS. AIDS didiagnosis ketika jumlah CD4 T turun sampai di bawah 200 atau mengalami komplikasi terdefinisi AIDS, seperti infeksi serius atau kanker.
Gejala HIV/AIDS Berdasarkan Fasenya
Gejala HIV/AIDS bermacam-macam, tergantung dari fase infeksinya. Berikut gejala HIV/AIDS berdasarkan fase infeksinya:
1. Infeksi Primer (HIV Akut)
Beberapa orang yang terinfeksi HIV mengembangkan penyakit yang mirip seperti flu dalam dua hingga empat minggu setelah virus memasuki tubuh. Penyakit ini dikenal sebagai infeksi HIV primer (akut) dan dapat berlangsung selama beberapa minggu. Tanda dan gejala meliputi:
- Demam.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot dan nyeri sendi.
- Ruam.
- Sakit tenggorokan dan luka mulut yang menyakitkan.
- Kelenjar getah bening membengkak, terutama di leher.
- Diare.
- Penurunan berat badan.
- Batuk.
- Keringat malam.
Gejala ini bisa sangat ringan sehingga pengidap mungkin tidak menyadarinya. Namun, jumlah virus dalam aliran darah sudah cukup tinggi saat ini. Akibatnya, infeksi menyebar lebih mudah selama infeksi primer daripada tahap berikutnya.
Baca juga: Bagaimana Cara Mengenali Gejala Awal HIV?
2. Infeksi Laten Klinis (HIV Kronis)
Pada tahap infeksi ini, HIV masih ada di dalam tubuh dan di sel darah putih. Namun, banyak orang mungkin tidak mengalami gejala atau infeksi selama waktu ini. Tahap ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun bila pengidapnya tidak menerima terapi antiretroviral (ART). Beberapa orang mengembangkan penyakit yang lebih parah dan lebih cepat.
3. Infeksi HIV Bergejala
Saat virus terus berkembang biak dan menghancurkan sel-sel kekebalan, sel-sel dalam tubuh yang membantu melawan kuman dapat mengembangkan infeksi ringan atau tanda dan gejala kronis seperti:
- Demam.
- Kelelahan.
- Kelenjar getah bening yang membengkak.
- Diare.
- Penurunan berat badan.
- Infeksi jamur rongga mulut (sariawan).
- Herpes zoster.
- Radang paru-paru.
4. Perkembangan Menjadi AIDS
Pengidap yang mendapatkan perawatan antivirus kebanyakan tidak mengembangkan AIDS. Namun, HIV yang tidak diobati biasanya berubah menjadi AIDS dalam waktu sekitar 8-10 tahun. Saat AIDS terjadi, sistem kekebalan telah rusak parah, sehingga pengidapnya lebih rentan mengembangkan infeksi oportunistik atau kanker oportunistik. Tanda dan gejala dari beberapa infeksi ini mungkin termasuk:
- Berkeringat.
- Panas dingin.
- Demam berulang.
- Diare kronis.
- Kelenjar getah bening membengkak.
- Bintik putih yang persisten atau lesi yang tidak biasa di lidah atau mulut.
- Kelelahan yang terus-menerus dan tidak bisa dijelaskan.
- Kelemahan.
- Penurunan berat badan.
- Ruam atau benjolan kulit.
Baca juga: Ini 3 Tes untuk Mendeteksi HIV dan AIDS
Kalau kamu punya pertanyaan lain mengenai HIV/AIDS, kamu bisa bertanya-tanya lebih lanjut dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Melalui aplikasi ini, kamu bisa bertanya-tanya sepuasnya via Chat atau Voice/Video Call.
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. HIV/AIDS.
NHS. Diakses pada 2020. HIV and AIDS.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan