Inilah Perbedaan Kehamilan Biasa dan Kehamilan Ektopik

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   24 Juli 2019
Inilah Perbedaan Kehamilan Biasa dan Kehamilan EktopikInilah Perbedaan Kehamilan Biasa dan Kehamilan Ektopik

Halodoc, Jakarta – Bagi pasangan yang telah menikah, kehamilan adalah hal yang ditunggu-tunggu. Namun, banyak pasangan yang kebingungan untuk mengenal gejala maupun tanda dari kehamilan.

Umumnya, wanita yang memasuki masa kehamilan mengalami beberapa gejala di awal kehamilan, seperti perubahan pada bentuk tubuh, rasa mual dan pusing serta merasa lebih cepat lelah.

Baca juga:  Inilah Fakta Mengenai Kehamilan Ektopik

Kenali Kehamilan Biasa dan Kehamilan Ektopik

Tidak ada salahnya untuk segera memeriksakan kandungan pada dokter kandungan setelah ibu mengalami tanda-tanda kehamilan. Ada banyak gangguan yang bisa terjadi pada awal masa kehamilan, salah satunya adalah kehamilan ektopik.

Lalu, apa perbedaannya dengan kehamilan biasa? Kehamilan ektopik adalah gangguan pada kehamilan ketika sel telur yang telah dibuahi oleh sperma menetap pada tuba fallopi bukan di dalam rahim. Tidak hanya pada tuba fallopi, kehamilan ektopik bisa terjadi pada organ lain seperti indung telur, leher rahim, dan rongga perut.

Sedangkan pada kehamilan biasa, sel telur yang telah dibuahi oleh sperma menetap dalam rahim. Di dalam rahim, sel telur berkembang dan bertumbuh hingga persalinan tiba.

Penyebab Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik yang terjadi cukup sering dikaitkan kerusakan pada bagian tuba fallopi seorang wanita. Tuba fallopi adalah saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim. Sebaiknya ketahui apa saja faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi:

  1. Faktor genetik;

  2. Bawaan lahir;

  3. Ketidak seimbangan hormon pada wanita;

  4. Adanya peradangan pada bagian tuba fallopi akibat infeksi atau tindakan medis;

  5. Perkembangan organ reproduksi yang tidak normal.

Kehamilan ektopik juga rentan terjadi pada wanita yang telah aktif dalam kegiatan seksual. Usia seorang wanita ketika menjalani masa kehamilan juga menentukan kesehatan dan perkembangan janin. Wanita yang memasuki usia 35 tahun ketika menjalani masa kehamilan sangat rentan mengalami kehamilan ektopik.

Penyakit menular seksual seperti gonore dapat menyebabkan seorang wanita mengalami kehamilan ektopik. Sebaiknya rutin untuk memeriksa kesehatan reproduksi untuk menghindari kondisi kehamilan ektopik.

Ketika ibu mengalami keguguran berulang, perhatikan kondisi kehamilan selanjutnya. Seseorang dengan riwayat keguguran berulang rentan dengan kondisi kehamilan ektopik.

Baca juga: Perlu Diwaspadai, Inilah 4 Gejala Kehamilan Ektopik

Ini Gejala Kehamilan Ektopik

Tanda kehamilan ektopik pada awalnya hampir sama dengan kehamilan biasa, namun biasanya kehamilan ektopik ada beberapa gejala lanjutan nyeri pada bagian perut yang tidak berangsur hilang dan muncul perdarahan yang cukup banyak dari vagina.

Tidak ada salahnya untuk menghubungi dokter ketika kehamilan yang ibu alami disertai rasa nyeri seperti rasa tertusuk pada bagian perut dan panggul. Tidak hanya pada bagian perut dan panggul, rasa nyeri yang dialami oleh wanita dengan kehamilan ektopik juga terasa pada bagian dubur. 

Baca juga: Diagnosis Kehamilan Ektopik dengan Cara Ini

Kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc dan bertanya langsung pada dokter mengenai kondisi ini. Selain perdarahan, segera hubungi dokter jika ibu hamil mengalami kram perut atau nyeri pada bagian satu sisi tubuh saja. Terkadang, kondisi ini menyebabkan ibu mengalami penurunan kesadaran dan kehilangan kesadaran.

Segera atasi kondisi kehamilan ektopik karena menyebabkan beberapa komplikasi pada kesehatan. Tidak ada salahnya untuk meminta dukungan pada pasangan agar kesehatan mental serta fisik ibu segera pulih!